Setelah beberapa minggu lalu aku post 7 rekomendasi buku parenting, ternyata temenku baru bikin buku juga donk. Pas banget pula temanya parenting, spesifik mengenai menghadapi tantrum pada anak.
Nah, pas banget ini, umur anak aku yang ketiga lagi krusial nih, umur-umur di mana tantrum bisa menyerang, yaitu 1,5 tahun. Tantrum kan biasanya di umur 1-3 tahun ya bun.
Alhamdulillahnya ya, selama ini kami, saya dan suami, inshaAllah kuat menghadapi anak tantrum di umur segitu. Karena tau, mereka itu tantrum bukan karena nakal apalagi sengaja membuat kita kesal. Tapi, mereka itu tantrum karena masih sulit menyampaikan apa yang mereka inginkan atau mereka maksud.
Komunikasinya masih terbatas dan mereka juga masih kebingungan sendiri dengan emosi yang mereka rasakan. Jadilah, ekspresinya keluar dalam bentuk tantrum itu.
Apa Itu Tantrum?
Anw, memangnya tantrum apa sih?
Tantrum: /tan·tru·m/ Luapan kemarahan
Nah, artinya general banget kan? Tantrum itu adalah luapan emosi yang bisa keluar dalam bentuk teriakan atau gerak tubuh yang tidak terkendali. Bisa dengan melempar barang, bisa dengan mencaci maki, atau bahkan bisa dengan memukul orang di sekitarnya.
Sayangnya, tantrum pada anak bisa menyebabkan orang dewasa ikut tantrum juga karena terkadang keburu stress mendengar rengekan bahkan tangisan mereka yang tidak jarang memekakkan telinga.
Maka dari itu, sebagai orangtua, memang perlu banget sih tau tentang fase tantrum ini pada anak. Tau kalau tantrum ini sebenarnya adalah kesempatan kita untuk bisa mengajarkan anak mengenal emosi yang ada pada dirinya sendiri serta melatih mereka untuk bisa mengendalikan emosi yang mereka rasakan itu.
Tantrum di Anak yang Berumur Lebih dari 3 Tahun
Tapi, masalahnya, seiring anak bertambah umur, tantrum ini ada kemungkinan berulang. Ini yang terjadi sama anak pertama aku sekarang. Bukan karena gak pernah diajarkan mengenal emosi atau menangani emosinya sendiri. Tapi ternyata karena kami luput mengajarkannya empati, huhu.
Selama ini yang diajarkan oleh kami, terutama aku sebagai ibunya, terbatas pada mengenalkan ada emosi apa saja yang mungkin hadir pada diri kita, sekaligus bagaimana memperbaiki perasaan saat ada emosi yang tidak enak hadir.
Tapi, kami lupa untuk memintanya berpikir mengenai orang lain, lupa untuk memintanya aware akan kondisi sekitar. Malah tidak jarang, kami juga mencontohkan marah yang tidak baik, yaitu dengan berteriak dan bersungut-sungut, bahkan melempar barang T_T
Iya sih mengajarkan untuk menenangkan diri setelah marah, tapi kami lupa mengajarkan ia untuk mengekspresikan kemarahannya dengan lebih baik dan dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya. Apakah ada yang tersakiti saat dia merespon? Atau apakah perasaan orang lain jadi enak saat dia marah dengan berteriak dan merengek?
Jadilah di umur yang (harusnya) sudah tuntas mengenai tantrum ini, dia malah beberapa kali tantrum lagi. Marah dengan berteriak atau merengek, dan tidak jarang dengan memaksa adiknya atau aku melakukan sesuatu yang dia inginkan.
Setelah berkonsultasi dengan psikolog, ternyata dia belum tuntas dalam hal mengenali dan mengendalikan emosi yang sedang dirasakan ini. Dia belum terlalu memahami akibat yang ditimbulkan saat dia marah-marah dengan berteriak atau merengek.
Iya, dia sudah bisa tau dia bisa tenang kembali dengan cara apa. Dia sudah paham dia bisa menenangkan diri dengan melakukan apa yang dia sukai, yaitu dengan membaca atau membuat origami. Tapi dia belum sepenuhnya sadar dan bisa mengendalikan diri sesaat setelah perasaan marah atau kecewanya itu muncul. Jadilah saat ekspektasinya terhadap suatu hal tidak terpenuhi, atau ada penyebab lain yang membuat ia kecewa atau marah, dia cenderung akan berteriak dan memaksakan kehendaknya pada orang lain.
Maka, tugas kami sekarang sebagai orangtua ya melatihnya lagi untuk semakin memperhatikan lingkungan serta keadaan orang di sekitarnya saat dia melakukan luapan emosi tersebut. Kami juga tidak lupa untuk memperbaiki diri dan belajar bagaimana caranya agar mengekspresikan kemarahan kami dengan lebih baik lagi.
Agar kami bisa mengingatkannya untuk bisa tenang dalam kondisi marah atau emosi. Mengingatkan kalau dia tetap boleh punya perasaan marah, hanya saja bagaimana caranya agar saat marah, dia tetap menyampaikannya dengan baik dan tidak bersungut-sungut atau jadi memaksakan kehendaknya. Bismillaaahh.
Antri Stress Hadapi Tantrum Pada Anak
Ternyata mbak Dian Ismyama, teman sesama bloggerku, juga mengalami anak tantrum di umur yang sudah melewati 3 tahun. Malah, tantrum pada anaknya ini bukan hanya disebabkan oleh rasa yang biasa dirasakan oleh anak tantrum pada umumnya.
Aku pernah menuliskan kalau penyebab tantrum itu adalah anak lapar, bosan, atau mengantuk. Nah, ternyata anak pertama mbak Dian ini bukan dari ketiga hal tersebut, melainkan ada alasan lain kenapa tantrum pada anaknya masih kerap terjadi di umur yang menginjak tujuh tahun.
Baca juga: Mencegah Anak Tantrum
Setelah melakukan usaha yang tidak mudah, akhirnya sedikit demi sedikit, mbak Dian berhasil melalui masa penuh tantangan tersebut. Sedikit demi sedikit mbak Dian sudah bisa menghadapi anaknya yang tantrum yang disebabkan oleh hal lain selain lapar, bosan, dan mengantuk yang sering terjadi pada anak umumnya.
Nah, karena mengerti kalau ternyata menghadapi anak tantrum memang penuh tantangan dan semelelahkan itu, mbak Dian akhirnya membagi pengalaman serta pelajarannya melalui sebuah buku, yaitu buku “Anti Stress Hadapi Tantrum pada Anak.”
Buku tersebut tidak hanya berisi mengenai pengalamannya, tapi juga berisi banyak pengetahuan dan pelajaran mengenai tantrum pada anak ini. Berisi mengenai apa yang harus kita benahi terlebih dahulu sebelum menghadapi anak yang tantrum agar kita, sebagai orang dewasa, nantinya tidak ikutan tantrum 🙂
Beliau mau pengalamannya bermanfaat bagi ibu lain yang juga sedang berjuang menghadapi anak tantrum. Beliau mau, ibu-ibu lainnya terhindar dari rasa frustasi dan stress saat anak tantrum. Beliau mau, ibu lainnya bisa tetap tenang dan mengajarkan ketenangan ini pada anak yang tantrum.
Semoga niat baik ini akan berbuah manis. Semoga banyak yang membaca buku ini lalu akhirnya akan sangat terbantu dengan pengetahuan dan pelajaran berharga yang terkandung di dalamnya.
Giveaway & Book Tour
Dalam rangka launchingnya buku terbaru mbak Dian inilah, kami mengadakan book tour dan giveaway yang berhadiah total 6 buku “Anti Stress Hadapi Tantrum pada Anak.”
Ada 6 buku yang akan diberikan secara cuma-cuma oleh mbak Dian. Adapun syarat dan ketentuannya sebagai berikut yaa:
- Follow @momopururu, @dian_ismyama, @penerbitdivapress
- Share postingan ini di IG Story atau feed kalian lalu tag aku & mbak @dian_ismyama
- Jawab pertanyaan ini: Apa yang membuatmu sangat menginginkan buku ini? 😋
- Pemenang GA nantinya diminta untuk review bukunya di sosmed yaa 😊
Tenang aja waktunya sebulan looh. Namanya “Book Tour” karena buku ini akan direview di blog secara estafet oleh aku, @syarifani89, @ajeng.yulunay, @anisabooks, @vitarinda, dan @tettytanoyo.
Cuss ikutan yaa, buku yang sarat ilmu ini worth it banget dimiliki lah pokoknya 😀
iyaa, bukuny bgus banget, wajib banget punya buat orang tua menghadapi tantrum anak. Dulu juga anakku tantrum parah, penjelasan di buku ini beneran bisa dipraktekin, bukan sekedar teori.
Jadi kepengen ounya bukunya, Mba. Beberapa kali sempat agak kewalahan menghadapi anak yang lagi tantrum. Terlebih di masa pandemi begini dimana smeua aktivitasnya lebih banyak di dalam rumah. Tantrumnya karena dia bosan dan tidak ada teman.
aku pengen buku ini soalnya anakku yang kedua lagi fase tantrum dan dia masih kesulitan ngasih tahu maunya apa soalnya umurnya belum 2 tahun, kadang kalau anakku sudah tantrum aku berusaha sabar tapi kadang kepancing juga buat balik marahin anaknya jadi aku kayaknya perlu buku ini biar bisa lebih sabar menangani anak yang tantrum