Parenting

[Parenting] Kebiasaan Buruk 7, Papa dan Mama Tidak Kompak

Alkisah *elah, kok pake alkisah yak*. oke, saya ganti..

Suatu malam Bela (bukan nama sebenarnya *halah) ingin menonton televisi dan membujuk sang Ibu agar ia diperbolehkan menonton. Tapi ternyata si Ibu melihat kalau Bela ini belum makan, jadilah ia memberi syarat Bela harus makan dulu sampai habis baru bisa menonton. Tentunya dengan bahasa yang telah diatur sedemikian rupa sehingga penyampaiannya baik. Tapi Bela malah tetap gak mau makan dan langsung merengek yang lama kelamaan jadi menangis kencang. Karena si Ibu tau itu hanya strategi, ya dibiarkan saja Bela menumpahkan tangisannya. Toh, Ibu tau kalau tangisan strategi itu biasanya gak bertahan lama. Kalau dia sangat ingin menonton televisi, toh dia pada akhirnya mau makan.
Tapi ternyata Ayahnya Bela kasihan dengannya dan akhirnya mengabulkan permintaannya untuk menonton televisi. Walhasil tangisan berhenti, Bela menonton televisi namun tidak jadi makan. Si Ibu jadi bingung dengan Ayah yang gak kompak itu dan akhirnya hanya geleng-geleng kepala sendiri.

Pernah mendengar kisah serupa? Atau kisah lain dimana Ayah tidak mau membelikan mainan karena bulan itu telah dibelikan mainan namun Ibu tetap membelikannya dengan alasan takut nangis dan mengganggu pengunjung toko lain?

Itu tandanya pengaasuhan Ayah – Ibu yang masih belum kompak. Mungkin bila dirunut, tujuan pengasuhannya berbeda antara si Ayah dan si Ibu ini. Maka dari itu, penting sekali saat memiliki buah hati untuk mulai menetapkan tujuan pengasuhan dan mengkompakkan diri antara Ayah dan Ibu. Atau, kalau tujuan pengasuhan dilakukan jauh sebelum itu, saat merencanakan kehamilan justru lebih baik lagi.

Dengan pengasuhan yang kompak, anak tidak akan menjadi bingung dan nantinya tidak akan “berlindung” di ketiak salah satu orangtuanya. Anak akan cenderung mengikuti orang yang menurutnya enak kan? Nah, kalau Ayah – Ibu tidak kompak, anak akan merasa enakan sama Ayah, ini itu dibolehin. Atau, enakan sama Ibu ah, apa aja dibeliin. Maka, jangan heran kalau nantinya anak akan selalu mencari dukungan salah satu orangtua yang lebih “enak” itu dan jadi tidak mau menurut. 😀

Alhamdulillah, saya dan suami sampai saat ini masih kompak dalam mengasuh Naia. Kalau saya membuat kesepakatan dengan Naia dan suami tidak tau, saya segera memberi tahunya agar dia mengerti sekarang Naia sedang apa. Misalnya, saya punya kesepakatan dengan Naia, yaitu membolehkannya menonton di laptop kalau Naia mau sikat gigi terlebih dahulu. Nah, kalau Naia belum sikat gigi namun meminta hadiah kepada papanya, nantinya papanya akan menyampaikan kalau ia harus melakukan apa yang telah disepakati tadi dengan saya, yaitu sikat gigi.

Hihi, itu contoh kecil aja sih. Masih banyak kekompakan lain yang harus dilakukan oleh kita, selaku orangtua.

Happy Parenting ^^

istianasutanti

Halo, salam kenal ya.

Aku Istiana Sutanti, seorang ibu dari 3 orang perempuan yang hobi sekali mengajak anak-anak untuk traveling bersama.

Di blog ini aku sharing pengalaman traveling kami sekeluarga plus pelajaran parenting yang aku dapatkan, baik dari pengalaman pun dari seminar parenting.

Semoga kalian suka membaca pengalaman traveling kami dan semoga membantu untuk menentukan tujuan traveling kalian berikutnya! ;)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.