Parenting

[Parenting] Cegah Kekerasan Seksual dengan Sex Education

Masih ingat dengan kasus kekerasan seksual yang terjadi di salah satu sekolah bertaraf internasional di Jakarta? Tentunya masih ya, lha wong belum lama ini kok kasusnya terjadi. Media massa ramai sekali memberitakannya.

Belum lagi ada kasus Emon, yang telah melakukan kejahatan seksual pada lebih dari 100 orang anak. Sampai-sampai kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) ini menjadi sorotan tersendiri bagi para agamawan. Bahkan para ulama menghimbau agar pendidikan agama harus lebih intensif lagi agar tercipta manusia yang lebih tinggi kualitas keimanannya. Harapannya, dengan keimanan dan ketaqwaan yang tinggi, maka kasus-kasus serupa dapat dihindari dan dikurangi.

Memang betul kalau pelaku kasus seperti ini sangat erat kaitannya dengan agama seperti telah dijelaskan oleh salah satu member KEB, Ida Nur Laila, dalam file kampanye #KEBAgentOfChange yang berjudul “Kekerasan Seksual Thd Anak Lawan dg Pengetahuan“. Oleh karena itu, kita memang harus menanamkan keimanan yang kuat pada anak kita agar terhindar dari kekerasan seksual ini, baik terhindar dari menjadi korban maupun terhindar dari menjadi pelaku itu sendiri.

KEB Agent of Change - File PDF
KEB Agent of Change – File PDF

~Oiya, kampanye #KEBAgentOfChange ini digagas oleh member KEB yang sekaligus pemenang Srikandi Blogger tahun 2014 lalu, Pungky Prayitno~

Tapi, bukankah agama juga erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan? Jadi, selain menanamkan keimanan yang kuat, sebaiknya kita juga memberi pemahaman dan pengetahuan terkait kekerasan seksual itu sendiri. Mulai dari apa itu kekerasan seksual sampai cara menghindarinya. Mengajarkan untuk menghindari terjadinya kekerasan seksual ini juga tidak cukup hanya sekali dan sebentar lho. Perlu waktu bertahun-tahun untuk membentuk karakter anak sehingga dirinya mampu terhindar sebagai korban maupun dirinya berani untuk melapor apabila terjadi kasus sejenis di sekitarnya. Pengetahuan tersebut terangkum dalam konten sex education alias pendidikan seks. Yap pendidikan seks.

Masih tabu ngomongin pendidikan seks ke anak? Aduh, please jangan. Karena kalau kita sendiri sebagai orang tua selalu menganggap tabu dan menghindari obrolan tentang ini di rumah, maka anak akan justru mencari tau dari tempat lain. Syukuuur kalau wadah tempatnya bertanya tidak menjerumuskannya kepada kekerasan seksual. Kalau malah menjerumuskannya bagaimana? Naudzubillah ya 🙁

Nah, pendidikan seks yang benar itu seperti apa sih memangnya? Hal yang paling mendasar adalah dengan memberi pengetahuan mengenai area pribadi yang tidak boleh sembarangan disentuh orang. Apabila ada yang berusaha menyentuhnya haruslah dengan seijin si anak, baik orangtua serta dokter sekalipun. Berikut ini salah dua contoh ilustrasi menarik yang dibuat untuk menanamkan pengetahuan akan area pribadi ini.

Gambar pertama mengkampanyekan kata TANGKIS yang merupakan singkatan dari:

Tubuhmu adalah milikmu. Bagaimanapun bentuk dan rupa tubuhmu, kamu harus menyayanginya. Itu punyamu. Jadi, gak ada yang boleh melakukan apapun yang bisa membuat kamu malu, nggak nyaman, dan benci sama tubuhmu sendiri.
Ada rahasia di balik baju. Ssst, bagian tubuh yang ditutupi baju dalam adalah rahasia. Nggak ada yang boleh melihat atau menyentuhnya. Memang, kadang dokter membukanya. Tapi, mereka pun harus memberi penjelasan dan meminta ijinmu.
Nggak boleh. Ya nggak boleh. Kamu harus berani bilang “nggak boleh” meskipun kepada orang yang kamu kenal atau kamu sayangi, bahkan anggota keluargamu sendiri. Jika tubuh dan perasaanmu merasa tersakiti oleh mereka, jangan takut menolak apapun yang mereka minta.
Gelagat bahaya. Waspadai. Kamu harus tau lingkungan dan siapa yang ada di sekitarmu. Meskipun kamu mengenalnya, waspadalah jika mereka melakukan hal yang aneh. Misalnya, tiba-tiba dia menjadi sangat baik tanpa alasan, memberi makan enak gratis, dan mengajak ke tempat yang sepi. Ikuti kata hatimu, bukan rayuannya.
Kalau dipaksa, lawan! Jika kamu dipaksa melakukan sesuatu yang menyakiti tubuhmu dan perasaanmu, harus dilawan. Ketika mulai takut saat diancam, kamu harus berteriak dan sebisa mungkin lari menjauh. Lawan dengan cara apapun.
Ingat, gak semua rahasia baik. Rahasia biasanya menyenangkan. Misalnya, rahasia untuk membuat kejutan ulang tahun. Tapi, rahasia yang membuatmu sedih dan gelisah bukan rahasia yang harus kamu simpan sendiri. Kamu harus memberitahukannya ke orang dewasa yang kamu percaya.
Selalu cerita ke orangtua. Kamu gak hanya boleh bercerita kegiatan menyenangkan, kamu juga harus bercerita tentang hal-hal yang membuatmu sedih ataupun marah. Orang dewasa yang kamu percaya akan mendengarkan dan bisa membantu.

Malah, ada video menariknya juga lho tentang pelajaran daerah pribadi ini. Simak deh:

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=a-5mdt9YN6I]

Dalam buku yang baru saja saya beli, “Anakku sayang! Anakku aman!” yang ditulis oleh Prof. Etty Indriati, Ph.D. terdapat survey yang menunjukkan kalau pelaku kekerasan seksual cenderung menghindari anak yang sudah diajarkan untuk berkata JANGAN / TIDAK saat orang lain menyentuh area pribadinya. Maka, SANGAT PENTING memberinya pelajaran mengenai area pribadi ini. Mereka cenderung mengincar anak-anak yang pemalu serta tertutup dan tidak berani melawan. Maklum, mereka kan memang biasa memberitahu korbannya kalau perbuatan tersebut adalah rahasia mereka berdua. Mereka juga biasa mengancam korban dengan ancaman pembunuhan terhadapnya ataupun terhadap orangtua korban.

Anakku Sayang! Anakku Aman!
Anakku Sayang! Anakku Aman!

Di buku tersebut juga sangat concern dengan korban kekerasan seksual itu sendiri. Bagaimana tidak? Dari ratusan korban, apakah ada yang serius menyembuhkan mereka pasca trauma akan kekerasan seksual yang dihadapinya? Sekarang ini lebih banyak justru kasusnya disorot sedemikian rupa, pelakunya dijerat hukuman beberapa tahun, sampai kronologis kejadiannya dibeberkan secara gratis di berbagai berita tanpa memikirkan perasaan korban. Maka tidak heran deh pelaku kekerasan seksual kebanyakan adalah korban kejahatan yang sama di masa lalunya. Lingkaran setan ini seperti telah dibeberkan pada postingan mbak Jihan Davincka di sini.

Lalu, apakah pendidikan seks hanya sebatas memberi tahu anak mengenai bagian tubuh pribadinya? Tentu tidak. Saya juga ingin membahas tahapan pendidikan seks ini mengikuti jenjang umurnya. Tapi, hal itu saya tulis di bagian berikutnya saja ya, agar postingan ini tidak menjadi terlalu panjang 😉

——–

Semoga anak-anak kita terhindar dari hal demikian ya. Upaya yang kita bisa lakukan untuk menghindarinya adalah dengan terus menggali ilmu dan menyampaikannya ke anak agar kita para ortu bisa menjadi sumber informasi pertama bagi mereka. Untuk mencapai tujuan itu, sangat dibutuhkan komunikasi yang baik sejak anak masih usia balita hingga sudah remaja, bahkan dewasa.

Untuk bisa berkomunikasi dengan baik tidak susah kok. Cukup luangkan waktu yang berkualitas dengan anak sesering mungkin dan jawab pertanyaan anak dengan benar. Ingat ya, dengan BENAR. Yakin deh, kalau kita melakukan komunikasi yang baik dengan anak, anak akan terus percaya kita sebagai informasi pertamanya sebelum mereka bertanya kepada mbah Google atau mbah-mbah lainnya 😀

Yuk lawan maraknya kekerasan seksual pada anak dengan pengetahuan. Happy Parenting ^^

istianasutanti

Halo, salam kenal ya.

Aku Istiana Sutanti, seorang ibu dari 3 orang perempuan yang hobi sekali mengajak anak-anak untuk traveling bersama.

Di blog ini aku sharing pengalaman traveling kami sekeluarga plus pelajaran parenting yang aku dapatkan, baik dari pengalaman pun dari seminar parenting.

Semoga kalian suka membaca pengalaman traveling kami dan semoga membantu untuk menentukan tujuan traveling kalian berikutnya! ;)

You may also like...

14 Comments

  1. @mirasahid says:

    Anakku sayang, anakku aman. Semoga saja semakin banyak yang peduli pada keadaan sekitar untuk lebih memerhatikan anak2 di manapun berada. Terima kasih sudah berbagi, mak. Salam hangat

    1. Aamiin mak. Terima kasih juga mak sudah berkunjung ^^

  2. makasih mak tulisannya mencerahkan…

    1. Ahamdulillah. Terima kasih juga mak udah berbagi ilmu di file itu 🙂

  3. Nice share… menjaga anak adalah tanggung jawab orang tua

  4. Iya mak…ngeri liat skrg kayak gini :”)
    apalagi kalau anak kita orgnya mauan…-___-

    Nice share mak

    aku jadi ingin beli buku bu ety itu

    1. terima kasih ya mak udah berkunjuuung ^^
      iya mak, beli aja, isinya baguss deh. lengkap 🙂

  5. Terimakasih ya mak.. tulisannya bagus banget..
    Jadi pengen beli buku itu deh.. di gramedia ada kan ya?
    Semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang berani melawan ya mak.. melawan hal-hal jahat tentunya ^_^

    1. iya mak, di gramedia ada, kemarin saya belinya juga di situ 🙂
      iya mak, semoga anak kita termasuk yang berani melawan hal2 jahat ya. Aamiin..

  6. Miriiiis kalau anak2 nggak ada didepan mata saya. Penginnya tak gembol kemana-mana. Tapi kan yo nggak mungkin. Semoga Allah selalu melindungi anak2 kita. Aamiin

    1. Aamiin mak, semoga Allah selalu melindungi mereka

  7. singgah kemari sambil menyimak saja artikelnya neh bu ^_^, salam kenal ya bu, ditunggu kunjungannya

  8. makin khawatir dengan anak2 sekarang
    pengennya selalu di bawa kmana-mana..
    tapi yakin, insyaallah bisa membawa dirinya sendiri selama orang tua memberikan bekal ilmu dan agama..

    moga anak2 kita selalu di lindungiNya ya Mak 🙂

    1. Aamiin.. semoga anak2 selalu dilindungiNya 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.