Ka, istri yang baik gak akan keberatan diajak melarat.
Iya, sih. Tapi, mah, suami yang baik tidak akan tega mengajak istrinya untuk melarat.
Dari dulu saya memang suka sekali untuk mengambil pelajaran dari kisah2. Bukan kisah yang berat2 seperti kisah Einstein atau ilmuwan lainnya sih *walaupun pada akhirnya tertarik juga membaca kisah hidup mereka, hehe*, novel remaja atau kumpulan cerpen saja sudah cukup. Karena jujur saja, waktu saya remaja, saya mendapat banyak pelajaran dari cerpennya Asma Nadia. Pelajaran bagaimana menghargai orang, pelajaran mengenai islam lebih lanjut, dan masih banyak pelajaran lainnya. Karena ini pula saya suka banget sama “Teka-teki Terakhir“nya Annisa Ihsani yang sarat akan ilmu Matematika.
Berhubung saya udah punya anak, saya lalu jadi concern banget sama segala sesuatu yang berbau parenting atau pengasuhan. Sejak Naia lahir, semangat saya jadi sangat terpacu untuk mempelajari segala hal mengenai pengasuhan, baik dari internet maupun membeli buku2 fisiknya. Saya sampai ikut gabung di milis parenting, subscribe di website parenting juga, sampai mengikuti webinar *seminar melalui web* terkait gaya pengasuhan yang sesuai. Nah, hal yang menarik adalah: saya belum menemukan topik parenting ini dibahas dan dijadikan tema utama dalam sebuah novel. Ingat ya, belum. Belumnya saya bukan berarti bukunya memang belum ada, mungkin ada hanya saya saja yang belum menemuinya. Karena itulah saya bertekad mau menulis sebuah cerita dengan tema utamanya pengasuhan tadi.
Lalu tetiba semalam saya mendapati buku ini di kamar adik ipar. Dan secara tidak sengaja, sambil ngelonin Naia, saya membacanya iseng saja. Tidak disangka, buku ini sangat bagus dan saya jadi menunda waktu tidur saya demi menyelesaikan membacanya. Buku ini bisa dibilang merupakan buku “impian” saya *lebay yah? Emang! hehe*. Saya bisa belajar lebih banyak mengenai hal yang saya ingin tahu dengan membaca kisah seperti ini. Alhamdulillah sudah ada yang bikin. Berikutnya saya juga mau lho bikin novel kaya gini, saya masukkan dalam salah satu capaian saya malah. Semoga terwujud suatu hari nanti. Aamiin *ayo amini yang keras sodara2 😀
Judul: Sabtu Bersama Bapak
Karangan: Adhitya Mulia
Tahun: 2014
Penerbit: Gagas Media
Rating: 4/5
Preview
“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang Bapak melambaikan tangan.
“Ini Bapak.
Iya, benar kok, ini Bapak.
Bapak cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra.
…
Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.
Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.
Bapak sudah siapkan.
Ketika punya pertanyaan, kalian tidak pernah perlu bingung ke mana harus mencari jawaban.
I don’t let death take these, away from us.
I don’t give death, a chance.
Bapak ada di sini. Di samping kalian.
Bapak sayang kalian.”
Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.
*****
Buku ini penuh padat akan pelajaran namun dengan bahasa yang tetap ringan dan bisa menjangkau semua kalangan *ciaelah*. Maksudnya semua kalangan adalah, buku ini bisa dan cocok banget dibaca oleh kalangan orangtua-orangtua muda seperti saya dalam belajar ilmu parenting, mumpung anak yang kita miliki masih kecil2 gitu, jadi bisa lah sedikit banyak mengambil pelajaran dari buku ini. Misalnya saja, bagaimana sang Bapak mengajarkan tentang tanggung jawab pada kedua anak lelakinya. Juga tentang harga diri yang sesungguhnya tidak dinilai dari barang maupun materi namun dari hati yang baik, yang tulus, dan yang tidak akan mau menyusahkan orang lain. Serta tentang pentingnya sebuah perencanaan dalam segala aspek kehidupan kita. Sungguh, setiap chapternya sungguh sarat akan makna. Mungkin bisa dibilang satu chapter dalam buku ini mengandung satu pelajaran baru bagi pembacanya.
Buku ini cocok juga dibaca oleh orang yang jomblo akut sedang mencari jodoh. Karena kang Adhit berhasil menyusupkan dan memberi pandangan baru akan konsep pasangan yang seharusnya.
Laki dan perempuan yang baik itu tidak membuat pasangannya cemburu dengan orang lainLaki dan perempuan yang baik itu membuat orang lain cemburu akan pasangannya
Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan. Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing. Bukan tanggung jawab orang lain. Find someone complimentary, not supplementary.
Terakhir, buku ini sungguh tidak menggurui juga tidak terkesan kaku. Pelajaran-pelajaran yang ingin diberikan tersampaikan dengan ringan dan mengalir. Karena kisahnya sungguh alami, sungguh lekat dengan keseharian kita. Pokoknya “the best” banget lah.
Sayang, saya ~suami sih yang lebih dulu nyadar~ menemui satu kelemahan. Tahun 1992, bukankah Steve Jobs belum seterkenal sekarang? dan bukankah ia belum menciptakan iPad, iPod, atau lainnya. Jadi, bagaimana sang Bapak bisa menyebutkannya dalam contoh orang yang berhasil dalam bermimpi? 😀
Aamiin *bersuara keras2* ^_^
Maak, saya setuju kita bisa belajar dari pengalaman orang lain. Tapi sy agak gak setuju dengan kutipan dari buku yang ini:
Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan.
Menurut saya sih, kekuatan kita masing2 bisa saling mengisi kelemahan satu sama lainnya. Berdasarkan pengalaman pernikahan saya, sih. Pernikahan saya belum lama, baru juga 15 tahun tapi selama 15 tahun, saya belajar banyak ttg itu. Bahwa kekuatan saya ternyata bisa mengisi kelemahan suami saya dan sebaliknya pun begitu. Sehingga rumah tangga kami bisa terus seimbang (atau bahasa kerennya mencapai equilibriumnya) dalam perjalanannya. Atau kalo diibaratkan kapal … kapal kami tak mudah goyah saat ada goncangan keras.
Karena tidak boleh kita menutup mata kalo masing2 kita punya kekurangan dan kekurangan itu tidak bisa diabaikan. Yang ada adalah, harus diterima dengan lapang dada. Kalo kekurangan itu bisa diperbaiki masing2 diri ya syukur, kalo nggak ya mau bilang apa? Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah kita melakukan penyesuaian2 di sana sini, tentunya dengan kekuatan yang kita miliki …
Menurut saya lho Mak, bukannya menggurui, cuma saya agak hehe bukan agak sih sebenarnya saya benar2 ga sreg dengan kalimat itu …
Makasih sharingnya ya Mak …. saya penasaran dengan buku ini. Kayaknya bagus untuk melekatkan anak2 dengan bapaknya. Anak2 saya sih lekat sama bapaknya tapi mungkin banyak yang bisa didapat dari buku ini lagi
Makasih sekali lagi .. maaf kalo kayak pidato 😀
Eh satu lagi .. kalo yang ini, saya setuju:
Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing. Bukan tanggung jawab orang lain. 🙂
hehe.. sip2 mak. kalo saya, karena kalimat itu jadi makin mengerti dengan kalimat Al-Qur’an yang berbunyi: “Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik.” Intinya Alqur’an pun menyarankan kita menikah dengan yang sekufu/ yang setara. Dan, memang bukan berarti yang sekufu itu tidak punya kekurangan sih, tapi dengan sama2 kuat, mereka bisa saling menguatkan ketika yang lain punya kekurangan *just like what you have done and always do later ;)* dan bukannya saling mengisi kelemahan. kira2 begitu yang saya tangkap mak.
monggooo dibaca, baguss emang buat melekatkan anak2 dengan bapaknya, karena sebagian besar emang tentang laki-laki soalnya. Semoga bermanfaat ya maak 😀
Saya sukaaaaa banget dgn tulisan Adhitya Mulya. Terutama yang JOMBLO. Waduh, keren pisan! Yang ini, siap untuk berburu ke tobuk
Iyaa, saya juga suka JOMBLO. dan buku ini gak kalah supernya sama ituuu 😀
Cocok buat kado suami neh
huaah.. boleh boleeh ^^
kunjungan perdana, salam kenal ya
salam kenal ^^
Masuk list-ku ini Mak. Thank you review-nya yaaa
Masama mak 🙂
review-nya bikin penasaran untuk baca bukunya
salam kenal
hihi, ayo baca bukunyaa
salam kenal juga ya ^^
suka banget kata-kata Laki dan perempuan yang baik itu tidak membuat pasangannya cemburu dengan orang lain
Laki dan perempuan yang baik itu membuat orang lain cemburu akan pasangannya
yap yap yap.. samaa, sukaa banget sama quotes itu 😀
bukunya bagus. kepengen beli. 🙂
hihi, ayo beli 😀
saya sudah baca bukunya. dan memang bagus. kecuali ada dua hal.
pertama penulisan “Find someone complimentary, not supplementary” yang seharusnya “find someone complementary, not supplementary”. pelajaran tentang quote itu saya pernah tulis di sini
yg kedua, istrinya satya si kakak yang kirim foto tanpa busana via handphone ke satya. jangan ditiru, sebab kalau sudah diupload ke media lain. kalau ada yang jebol bisa disalah gunakan
sudah bacaa.. enaknya dapet dari penulisnya langsung, hee
iya, itu sih gak mau dicontoh kok.. Terima kasih sudah mampiiir 😀
Wah, saya mampir, ada artikel menarik 😀
jadi penasaran deh mak…. 🙂
segera cari bukunya.. makasih reviewnya, mak 🙂
Sukaa banget sama kutipan terakhirnya..
Di tl twittter sering muncul nih buku yg ini mak, dan skrg jd tmbah penasaran stlh baca ripiu dr emak. Boleh deh kalau maen ke tobuk nih. Tfs ya mak 🙂
Yess… aku setuju mak dengan pernyataan itu bahwa “Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan”
Memang selayaknya sebagai sebuah pasangan seperti itu ya.
Sering seliweran ke tokbuk tapi aku gak pernah beli buku ini. Ternyata bagus ya.
baguusss, baca deh 😉
Belum punya bukunya tapi tiap kali baca resensinya jadi meleleh inget alm. bapak
kalau beli dan baca mungkin lebih meleleh ya mbak. aku aja sediih bacanya 🙁
Baruuu aja beli, nih, Mak. Mau baca. Makasih ya review-nya. 🙂
sama2 mak, selamat membaca yaa 🙂
Terus terang blum baca bukunya, tp habis melihat reviuw mb, jd pengen beli
Aku suka banget buku ini, pernah dalam satu bab, lupa bab yang mana, ngebacanya sampe nangis. Berharap filmnya ngga beda jauh sama bukunya nanti…