Bulan lalu pas ke Singapura bareng suami, aku lumayan puas sih untuk kulineran di Hawker Centre alias food court nya Singapura gitu. Puas karena akhirnya bisa merasakan makan di 2 tempat hawker centre gitu, yaitu Newton Food Centre dan Lau Pa Sat.
Newton Food Center buat makan malam, dan Lau Pa Sat buat makan siang keesokan harinya.
Waktu ke Singapura bareng anak-anak mah aku tuh belum terlalu kulineran yang gimana-gimana kayak kemarin. Apalagi sengaja ke Food Centre gitu buat makan anak-anak sekalian wisata kuliner.
Soalnya waktu itu fokusnya yang penting anak-anak makan sesuai jam makannya, yang penting mereka sehat, udah, huehehe. Jadi ya kami pilih seketemunya makanan halal aja.
Berhubung menginapnya juga di Little India kala itu, jadi lumayan banyak juga pilihan makanan halal.

Nah, baru deh pas ada kesempatan ke Singapura lagi, aku mau juga ngerasain wisata kulinernya. Lumayan jadi punya rekomendasi kuliner halalnya juga yakan. Kalau next ke sini lagi bareng anak-anak (yang kali ini udah lebih gede), jadi bisa wisata kuliner bareng mereka juga gitu 😀
Dari pengalaman ke kedua food centre ini, keduanya punya daya tarik masing-masing ya, tapi kalau mau liburan bareng keluarga, apalagi bawa anak kecil, mana yang lebih cocok sih?
Yuk aku bahas di sini yaa. Silakan baca sampai selesai 😉
Makan Malam di Newton Food Center
Sebetulnya, makan malam di sini agak tidak terencana sih. Soalnya rencana suami ya bertemu sama temannya saja entah di mana.
Tapi rupanya temannya malah mengajak kami untuk merasakan kulineran di Newton Food Center ini. Beliau bilang supaya kami juga ngerasain macam-macam kuliner yang ada di Singapura ini.

Ah, aku jadi seneng banget lah. Soalnya aku memang mengajak suami untuk ke Hawker Centre gitu, tapi belum ada waktunya.
Begitu teman suami mengajak kami kayak gini, jadi win-win juga buat kami akhirnya. Aku bisa ngerasain yang aku mau, suami juga bisa puas ketemu temannya.
Suasana Newton Food Centre
Newton Food Centre ini kalau malam akan ramai. Beliau juga bilang memang begitu dan biasa seramai itu.
Saat memasuki kawasan Newton Food Centre, sudah terlihat dan terasa suasana yang agak hectic. Berhubung areanya outdoor, jadi memang terkesan makan street food banget kalau ke sini.

Susunan tempat makannya tuh seperti lingkaran dengan bagian tengah merupakan area outdoor yang lapang serta dikelilingi oleh stall-stall makanan.
Area lapang tersebut diisi oleh kursi-kursi dan meja makan yang cukup banyak sebagai tempat makan bagi pengunjungnya.
Karena itu juga kali ya agak hectic, dan berhubung kalau malam memang seramai itu, jadi aku ngerasa banyak banget suara dan memang jadi kayak semacam tempat berkumpul malam hari (alias tempat nongkrong).

Oiya, karena vibesnya memang seperti itu, jadi aku kurang menyarankan untuk membawa anak (terutama yang pakai stroller) untuk makan di sini sih. Soalnya tempatnya kurang stroller friendly.
Mungkin ada sih bagian-bagian yang agak lega dan lowong, tapi menurut aku masih terlalu ramai.
Plus, ini kan ruang terbuka yaa, jadi agak panas juga kalau siang, apalagi kalau ramai.
Menu yang Kami Coba
Penjualnya aktif banget menawarkan menu makanan mereka. Kami saja dihampiri oleh 2 atau 3 penjual gitu yang cukup agresif menawarkan makanan mereka.
Mereka sampai berbaik hati juga untuk mencarikan meja agar kami bisa duduk. Yaa ini supaya pengunjung bisa membeli makanan mereka juga kan yaa, hehe.
Tapi, karena teman suami cukup sering makan di sini, beliau jadi punya makanan rekomendasi gitu dan beliau juga yang memilihkan kami sebaiknya makan di mana.
Berhubung beliau juga muslim ya, jadi sudah lebih tau mana tempat yang halal, makanya kami juga pesan dari tempat makan yang cukup aman dan halal, yaitu restoran sea food.
Menu yang akhirnya kami pesan adalah:
- Salted Egg Sotong
- Cockles (kerang dara)
- Fish BBW with Sambal
- Baby Kailan

Yang ternyata agak kebanyakan karena itu semua hanya untuk kami berdua saja (aku dan suami), ahaha. Alhamdulillah mengenyangkan banget.
Makanannya lumayan cepat lho keluarnya. Mungkin karena masaknya juga gak terlalu lama ya, jadi hanya butuh beberapa menit menunggu saja.
Oiya, sebetulnya aku memilih tebu lemon juga untuk minumannya, mau ngerasain aja gimana rasanya. Lumayan menyegarkan dan porsinya cukup banyak juga sih. Tapi gak sampai bikin kembung kok.
Bagaimana Makanan Halalnya?
Nah, ini salah satu catatan penting. Di Newton, tidak semua stall mencantumkan label halal, dan kebanyakan menjual pork atau seafood campur. Jadi kita harus lebih hati-hati kalau mau menghindari makanan non-halal ya.
Plus-Minus Newton Food Center

Yah untuk pengalaman baru satu kali ke sini, di malam hari pula, ini dia plus minus Newton Food Centre yang bisa aku jabarkan:
+ Suasana meriah dan “Singapura banget”
+ Banyak pilihan seafood segar
– Tidak semua makanan halal
– Ramai dan bisa jadi overwhelming buat anak-anak
Untungnya sih, walaupun outdoor, gak ada asap rokok ya, karena penduduk di sana cukup tertib akan larangan merokok di tempat umum.
Masih oke kalau mau mengajak anak-anak, dengan catatan itu tadi ya, tempatnya agak hectic 😀
Makan Siang di Lau Pa Sat

Nah, keesokan harinya sebetulnya jadwal kami pulang. Alhamdulillah sih pilih jadwal penerbangan yang sore, jadi pagi sampai siang kami bisa jalan-jalan lagi sedikit, termasuk makan siang di Lau Pa Sat ini.
Sebetulnya justru Lau Pa Sat inilah incaran suami untuk menunjukkan ke aku akan Hawker Centre gitu. Tadinya kami juga pasrah gak bisa jadi ke sini karena udah mepet pulang.
Tapi akhirnya kami sempatkan untuk ke sini dulu sebelum berangkat ke bandara. Lumayan ya, jadi terpenuhi semua niat kami ke sini.
Baca juga: Tempat-tempat Gratis di Sentosa Island yang Perlu Kamu Coba
Suasana Lau Pa Sat
Hal pertama yang aku perhatikan dari Lau Pa Sat ini adalah bangunannya!
Dengan lokasinya yang terletak di area CBD Singapura, bangunannya langsung mencuri perhatian. Karena terlihat spesial (beda sendiri) diantara gedung-gedung perkantoran.

Arsitektur bangunannya bergaya kolonial dengan sentuhan khas Asia. Masuk ke dalam, vibes-nya sangat berbeda dari Newton, kali ini aku merasa tempatnya lebih teratur gitu.
Mirip-mirip sih ya seperti Newton dengan area tengah yang dikelilingi oleh stall makanan. Tapi di Lau Pa Sat ini, area tengahnya tidak hanya berupa meja dan kursi saja, tapi juga diisi stall makanan.



Plus, Lau Pa Sat ini indoor dengan banyak tersedia kipas-kipas besar yang menyejukkan ruangannya. Sehingga kami bisa makan lebih nyaman walaupun cuaca sedang terik.
Makanan Halal
Saat aku berkeliling, aku pun menemukan banyak juga stall makanan yang menyantumkan label halal dari MUIS (Majelis Ulama Islam Singapura).
Nah, hal itu deh yang bikin aku lebih tenang memilih makanan di Lau Pa Sat ini, karena halal tidaknya tempat makan lebih terlihat dan terjamin insyaAllah.
Banyak jenis makanan India, Turki, Melayu, sampai makanan China yang juga menyantumkan logo halal ini. Jadi menurut aku, lebih banyak pilihan makanan halal yaa di Lau Pa Sat.



Menu yang Kami Pilih
Suami sih dengan cepat memilih makan dan membeli minuman yang dia inginkan. Dia memilih nasi Hainam plus Ayam Panggang, dan langsung saja dihabiskan. Antara memang lapar dan seantusias itu akhirnya bisa makan di sini sih, ahaha.
Aku sendiri karena sibuk keliling dan mencari makanan halal, malah akhirnya kebingungan mau makan apa, huahua.
Sudah sempat mengincar makanan Turki, namun sayangnya penjual bilang masih dimasak dan ready masih lama, sekitar 20-30 menitan lagi.
Tapi mungkin rasanya memang enak dan worth it kayak makanan Indonesia yang masaknya lama namun makannya cepet ya, ahaha.
Yhaa aku gak mau menunggu ya, soalnya setelah ini mau lanjut ke bandara kan, jadi agak-agak concern sama waktu lah gitu 😀
Akhirnya aku malah memilih makanan China yang ada logo halalnya dan letaknya dekat dengan tempat duduk yang kami tempati.
Aku memilih menu yang betul-betul baru dan agak “aneh” menurutku, yaitu Thunder Tea Rice, nasi campur gitu yang dimakan bareng kuah matcha. Agak penasaran sekaligus tergelitik sih rasanya bakal se”aneh” apa buat lidahku.
Ternyataa, setelah kuah matcha-nya aku tuang semua (salah sendiri udah nuang semua kuahnya, huhuhu), aku merasa ini bukan selera aku, huahahaha. Tapi berhubung gak mau ganti menu dan mubazir, ya aku tahan-tahan saja deh sampai habis (dibantuin suami sih xp).


Untungnya ada sambal yang sedikit membantu aku untuk lebih menikmati makannya. Rasanya ada sensasi pahit nan sehat gitu, dan memang ini hidangan menyehatkan sih karena terdiri dari berbagai protein serta serat.
Tapi ya itu ya, aku kurang suka dan kayanya aku gak bakal makan itu lagi sih xp
Next ke Lau Pa Sat bakal coba yang lain pokoknya.
Terkenal dengan Satay Street saat Malam
Sebetulnya Lau Pa Sat ini justru terkenal dengan beragam pilihan sate gitu. Nah, kalau malam, rupanya ada satu bagian tempat yang memang digunakan untuk Satay Street, alias memang “surga”nya macam-macam sate.
Tetep ya dengan variasi makanan yang halal dan yang non halal. Lihat dari logonya atau kita bisa bertanya langsung dengan penjualnya untuk memastikan kehalalan ini.
Namun berhubung kami ke sana masih siang, jadi bagian ini masih ditutup dan sepi.

Newton vs Lau Pa Sat: Mana yang Lebih Cocok untuk Keluarga?
Nah, kalau dibandingkan sih ya, berhubung aku concern ke liburan keluarga, menurut aku sih Lau Pa Sat yang lebih enak untuk mengajak anak-anak.
Selain tempatnya juga lebih besar, suasananya juga terlihat lebih teratur. Kalau malam ya ramai juga karena ada Satay Street itu tadi, tapi menurut aku masih lebih rapi sih dibanding Newton Food Centre.
Tapi memang, dari segi harga sepertinya Newton Food Centre lebih terjangkau sih, karena memang suasananya juga lebih “street food”.
Plus, toilet di Lau Pa Sat juga lebih bersih dan besar. Aku gak berkesempatan ke toilet di Newton, namun sekilas melihat, toiletnya kayak toilet biasa saja yang ukurannya kecil gitu.
Nah, kalau di Lau Pa Sat, toiletnya kayak toilet mall yang catchy dengan warnanya serta banyak menyediakan wastafel yang lebih proper juga.

Kalau dari segi lokasi, keduanya sama-sama dekat dengan stasiun MRT ya. Apalagi Newton Food Centre, sangat dekat dengan stasiun Newton (DT – blue line) dan tinggal berjalan melewati jembatan penyeberangan saja.
Kalau Lau Pa Sat, bisa turun di stasiun Downtown ataupun Teluk Ayer (DT – blue line juga). Lokasinya memang berada di antara kedua stasiun ini.
Pilih Sesuai Mood dan Kebutuhan
Tapi balik lagi, mau ke Newton Food Centre ataupun Lau Pa Sat, semua tergantung mood dan kebutuhan yakan.
Kalau mengajak anak-anak namun mau ngerasain suasana kuliner yang ramai dan lebih “street food”, ya bisa ke Newton Food Centre.
Namun, kalau mau suasana yang lebih tenang dan teratur serta stroller friendly, ya pilih ke Lau Pa Sat deh menurut aku.
Gimana menurut kalian yang udah pernah ke kedua tempat ini? Pilih Newton Food Centre atau Lau Pa Sat nih?
aku penasaran sama Lau Pa Sat, semoga bisa mampir kesana 😀
Iya mbak, tempatnya cakep deeh. Aku pun kalau ke Singapur lagi pengen makan ke Lau Pa Sat lagi euy