Saat Naia berumur 10 bulan pernah dia main di rumah ibu saya. Saking asiknya bermain, kepalanya sampai kejedot *bahasa bagusnya sih terbentur, hehee* lemari lalu menangis. Ibu saya lalu mendiamkannya sambil memukul2kan lemari itu dan bilang “lemarinya nakal ya, uh, uh. dah, udah dipukul ya lemarinya”.
Miris ya dengan pola pengasuhan yang sebagian besar ada di Indonesia ini. Dari kecil sudah diajarkan untuk selalu menyalahkan orang lain atau menyalahkan keadaan, bukannya introspeksi diri. Saat sudah dewasa, ya mau menyadari kesalahan bagaimana, lha wong dari kecil sudah terbentuk bahwa dirinya gak pernah salah kok.
Walaupun saya gak tau kata-kata yang seharusnya itu bagaimana, tapi saya selalu menghindari dan menjelaskan kalau tidak ada yang bisa disalahkan. Jadi saat itu saya langsung bilang gak ada yang nakal dan gak ada yang bisa disalahkan. Lemari kan gak bisa kemana-mana dan gak bisa memukul Naia, jadi lemari gak salah. Sakit? Ya sakit kalau kepala kita terbentur sesuatu yang keras.
Di lain waktu saat Naia bermain dengan senang baru saya “iklanin” pentingnya berhati-hati. Ya mengajarkan kehati-hatian ini memang tidak mudah juga dan tidak cukup sekali sih, perlu di”iklan”kan berulang-ulang kali, maka itu kita perlu cadangan sabar yang tak terhingga, hehe. Sampai sekarang walaupun Naia terkadang masih terjatuh dan kejedot, dia cuma cerita tanpa menyalahkan hal lain dan saya juga cuma bilang sakit sambil mengobati yang sakit tadi.
Tidak lupa saya juga bicara baik-baik dengan ibu saya kalau tindakannya bisa mengakibatkan Naia selalu menyalahkan orang lain. Pelan-pelan ibu saya mengerti juga dan Alhamdulillah sekarang sudah tidak seperti itu terhadap Naia :).
Mengajarkan untuk menjadi orang yang tidak pernah salah ini termasuk salah satu kebiasaan salah orangtua di buku karangan Ayah Edi berjudul “Mengapa anak saya suka melawan dan susah diatur?”. Di postingan 37 kebiasaan saya sudah menyebutkan apa-apa saja kebiasaan-kebiasaan yang salah itu dan kebiasaan ini disebut paling pertama dengan judul “Raja yang tak pernah salah”.
Berjudul seperti itu karena kebiasaan kecil yang sering tidak kita (orangtua) sadari bisa menjadikan dia seperti raja yang sombong yang tidak pernah mau disalahkan. Jadi yuk, para orangtua, hindarkan kebiasaan kecil yang menyebabkan anak selalu menyalahkan orang lain atau keadaan ini. Saat menjadi orangtua saatnya berhati-hati dengan segala yang kita lakukan :D.
Ah iya,,ni mamahku sering gni nih,,kodok sgala mcm jg disalah2in he he
Hihi.. Sebagian besar begitu ya emang 🙂
Kan memang paling gampang itu menyalahkan…bangun tidur leher sakit saja langsung katanya salah bantal….emang bantalnya ngapain sih….?