Dengan diterapkannya kurikulum Merdeka Belajar, kebijakan yang menghapuskan tes baca, tulis, dan hitung (calistung) sebagai prasyarat masuk SD, banyak orang tua merasa lega.
Mereka percaya bahwa keputusan ini akan meringankan beban anak-anak dan memberi mereka lebih banyak waktu untuk bermain dan bersenang-senang.
Namun, muncul beberapa pertanyaan yang perlu dipertimbangkan:
Apakah belajar calistung benar-benar membuat anak merasa terbebani? Apakah usia prasekolah adalah waktu yang terlalu awal untuk memulai? Dan benarkah anak-anak tidak perlu menguasai calistung ketika memasuki SD?
Mari kita simak pandangan Montessori untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
Belajar Calistung: Bukan Beban Melainkan Kesempatan
Stereotip bahwa belajar calistung adalah beban bagi anak-anak seringkali tidak sepenuhnya akurat. Sebaliknya, banyak anak menunjukkan minat dan rasa ingin tahu terhadap huruf dan angka sejak usia dini.
Ketertarikan ini sering muncul secara alami ketika mereka melihat simbol-simbol tersebut di sekitar mereka.
Ketika pembelajaran calistung dilakukan dengan cara yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, kegiatan ini bisa menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan.
Dengan pendekatan yang tepat, membaca, menulis, dan berhitung bisa menjadi bagian yang memuaskan dari proses belajar mereka.
Periode Emas untuk Mengajarkan Bahasa
Meskipun tidak ada waktu yang terlalu terlambat untuk belajar, ada periode khusus di mana pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Montessori mengidentifikasi periode usia 0-6 tahun sebagai fase kritis untuk pengembangan bahasa. Selama fase ini, anak-anak mengalami perkembangan bahasa yang sangat cepat.
Baca juga: Calistung. Bukan Jangan Diajarkan Sejak Dini, Tapi JANGAN DIPAKSA!
Mereka beralih dari tidak bisa berbicara sama sekali menjadi mampu membaca dan menulis pada usia 6 tahun.
Bahkan, banyak anak dapat menguasai dua bahasa dengan lancar dalam waktu yang sangat singkat—suatu pencapaian yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan proses belajar bahasa yang kita jalani.
Periode Sensitif Menulis
Anak-anak pada usia 3-4 tahun sering kali memasuki fase di mana mereka sangat tertarik pada aktivitas menulis.
Pada usia ini, mereka mulai menunjukkan minat untuk memegang alat tulis dan bereksperimen dengan cara mereka sendiri.
Montessori merekomendasikan agar anak-anak diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi kegiatan menulis secara alami, tanpa tekanan untuk menulis dengan benar.
Aktivitas seperti mencorat-coret, menggambar, dan menciptakan bentuk-bentuk sederhana adalah bagian penting dalam mengembangkan keterampilan menulis mereka.
Lingkungan yang mendukung dan bebas dari paksaan sangat penting selama periode ini.
Periode Sensitif Membaca
Pada rentang usia 3-5 tahun, anak-anak umumnya menunjukkan ketertarikan alami terhadap huruf dan tulisan.
Mereka mulai penasaran dengan simbol-simbol huruf dan bagaimana cara pelafalannya. Dalam lingkungan Montessori, alat seperti Sandpaper Letters membantu anak-anak belajar bentuk dan bunyi huruf melalui pengalaman taktil dan visual.
Sehingga anak akan belajar melalui sensorinya dan bentuk serta bunyi suatu huruf tersebut akan dikenal oleh tubuh dan akan disimpan oleh otak anak sebagai dasar dari kemampuan membacanya.
Setelah mereka memahami bunyi huruf secara fonetik, barulah mereka dapat menggunakan Large Movable Alphabet untuk menyusun kata-kata.
Pendekatan ini lebih fokus pada menumbuhkan kecintaan terhadap membaca melalui pengalaman positif, bukan dengan menekan atau mengetes kemampuan mereka.
Periode Emas untuk Belajar Matematika
Anak-anak berusia 4-6 tahun sering kali menunjukkan ketertarikan yang kuat terhadap konsep-konsep matematika.
Mereka suka meniru orang dewasa yang sedang menghitung dan mulai melakukan hal yang sama dengan benda-benda di sekitar mereka.
Pada tahap ini, mereka mulai memahami konsep angka, pola, dan bentuk dengan cara yang sangat menyenangkan.
Montessori mendukung penggunaan alat konkret seperti Number Rods, Short Bead Stairs, dan Golden Beads untuk memvisualisasikan konsep matematika yang abstrak.
Melalui pengalaman langsung dengan alat-alat ini, anak-anak dapat memahami konsep kuantitas dan operasi matematika dengan lebih baik, memulai dari pengalaman konkret menuju pemahaman yang lebih abstrak.
Hilangnya Tes Calistung Bukan Mengabaikan Pengenalan Calistung Sejak Dini
Dengan adanya kurikulum Merdeka Belajar yang menghilangkan tes calistung sebagai syarat masuk SD, tidak berarti bahwa pengajaran calistung harus diabaikan sebelum anak memasuki sekolah dasar.
Montessori menekankan bahwa usia 4-6 tahun adalah waktu yang sangat baik untuk mengajarkan bahasa dan matematika, karena ini adalah periode sensitif untuk perkembangan kedua keterampilan tersebut.
Dengan pendekatan yang sesuai dan dukungan yang tepat, belajar calistung dapat menjadi bagian yang menyenangkan dari perkembangan anak, tanpa harus mengorbankan waktu bermain mereka.