Saat ke Solo bersama keluarga besar, De Tjolomadoe ini jadi salah satu tujuan wisata hasil diskusi kami sekeluarga. Selain karena penasaran dengan bentuk pabrik gula zaman dulu, kami juga memilih tempat yang gak terlalu jauh dari rumah om di Boyolali.
Soalnya, kami ke Solo juga bukan yang lama banget, melainkan cuma sehari saja, jadilah pilih pilih tempat yang efisien gitu, hehe.

Tapi berhubung mama dan tante yang mengantar kami sudah pernah masuk, akhirnya mereka berdua menunggu di luar sambil mengobrol deh selagi kami tur di dalam bangunannya.
Bangunannya luas banget dan dengan ke sini, kami jadi tau gimana proses gula dihasilkan dari tanaman tebu. Sekalian jadi bahan belajarnya anak-anak juga.
Eh tapi anak-anak malah amazed sama barang-barang peninggalan zaman dulu yang sekarang mungkin sudah tidak ada, ahaha.
Nah, mari lanjut baca untuk tau di dalam De Tjolomadoe ini ada apa saja yuk. Worth it gak mengajak anak-anak berwisata ke sini?
Baca juga: Wisata Sehari di Solo Bisa ke Mana Saja?
Lokasi
Seperti yang aku sebutkan di atas, kami pilih De Tjolomadoe ini karena letaknya yang gak begitu jauh dari rumah om di Boyolali.
Kami hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja dari rumah om menuju pabrik gula ini. Lumayan cepet dan gak bikin anak-anak cranky sih.
Malah kalau dari bandar udara Adi Sutjipto lebih dekat lagi. Hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menitan saja menuju De Tjolomadoe ini.
Alamat lengkapnya: Jl. Adisucipto No.1, Paulan Wetan, Malangjiwan, Kec. Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57177.
Harga Tiket Masuk dan Jam Operasional
Harga tiket masuknya lumayan masih terjangkau sih kalau kata aku. Cuma kalau ke sini berbanyakan ya lumayan juga, ahaha.
Per orangnya sekitar 40 ribu rupiah (anak-anak sama saja bayarnya ya, gak jadi setengah harga).
Tiket Masuk De Tjolomadoe:
Dewasa: IDR 40,000,-
Pelajar: IDR 30.000,-
Foreign Tourist: IDR 200.000,-

Nah, tapi kalau ada yang sudah memfollow instagramnya De Tjolomadoe (dan update stories tentang mereka kayanya ya), mereka bisa ngasih potongan harga gitu.
Lumayan ternyata potongan harganya. Apalagi kami waktu itu berbanyakan, alias ber-13 orang kalau gak salah.
Jam operasionalnya kayak museum di Jakarta gitu yang tutup hari Senin. Jadi dia buka setiap Selasa sampai Minggu di jam 09.00-17.00.
Durasi kunjungan ke sini sekitar 1 sampai 2 jam sih. Berhubung kami waktu itu pakai guide, jadi kayaknya agak cepet, paling sekitar 1,5 jam deh. Lumayan ya, mama dan tante yang mengobrol di luar jadi gak terlalu lama nunggunya.
Ada Apa Saja di De Tjolomadoe?
Yaa ada pabrik gula yang dijadikan museum, ahaha. Tapi, menurut aku, kalian harus pakai guide sih kalau ke sini.
Supaya apa? Supaya bisa dijelasin dengan lengkap dan tau serta mengerti semua yang ditampilkan di dalam museum ini.

Soalnya aku juga gitu, kayanya sayang aja kalau ke tempat wisata sejarah gini tanpa guide, aku merasa bakal jadi terkesan buru-buru dan segera mau selesai dan keluar aja gitu tanpa banyak membaca dan tau sejarah lengkapnya.
Kalau pakai guide, kita bisa mendengarkan guide sambil melihat-lihat seisi museumnya. Anak-anak juga jadi bisa mendengarkan langsung sejarah perkembangan si pabrik gula ini.
Beberapa “Stasiun”
Begitu memasuki pintu utama, kami langsung dihadapkan dengan “Stasiun Gilingan”. Rupanya, stasiun adalah sebutan untuk tempat pemrosesan gula dari tebu sampai menjadi gula pasir.
Tahap pemrosesan ini melibatkan penggilingan, pemurnian, penguapan, dan kristalisasi, sampai akhirnya menghasilkan gula kristal putih yang siap dikemas.
Stasiun Gilingan artinya tempat untuk menggiling tanaman tebu yang sudah dipanen sebelumnya. Terlihat hamparan mesin giling yang sangat besar dan banyak di sini.


Di tempat yang lebih dalam lagi, terdapat stasiun penguapan yang digunakan untuk menguapkan cairan tebu yang tadi telah dihasilkan dari proses penggilingan dan pemurnian.
Hasil dari penguapan ini adalah sirup kental yang nantinya dikristalisasi lagi untuk menghasilkan butiran gula kristal.
Konon tempat dan mesinnya memang tidak diubah, hanya di restorasi saja sehingga masih memiliki penampilan yang baik.
Di dalam sini jadi merasa, ternyata pemrosesan tebu menjadi gula tuh sepanjang itu yaa.
Ruang Eksibisi dan Museum

Selain stasiun-stasiun tersebut, terdapat juga ruang eksibisi dan museum. Di sinilah kita bisa membaca sejarah lengkap De Tjolomadoe (yang juga dijelaskan oleh guide, hehe).
Pabrik gula ini didirikan sejak tahun tahun 1861 oleh Mangkunegara IV. Pada masa itu, gula adalah komoditi ekspor yang sedang naik daun sehingga diharapkan bisa menjadi peluang emas bagi industri perkebunan tebu.

Nama Colomadu artinya “Gunung Madu” yang merupakan harapan didirikannya pabrik gula ini. Yaitu supaya menjadi kekayaan manis yang menggunung dan memberikan manfaat bagi sekitarnya.
Terbukti pada masa kejayaannya, pemilik Colomadu ini memang mendirikan sekolah serta menghadirkan banyak beasiswa untuk para warga. Namun akhirnya pada tahun 1950, pabrik ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan beroperasi sampai tahun 1998.
Setelah terbengkalai sekian lama, akhirnya di tahun 2017, pabrik gula ini direvitalisasi dan dijadikan museum agar bisa menjadi tempat wisata cagar budaya.
Di ruang ini juga lah pengunjung bisa melihat barang-barang antik yang bermanfaat pada masanya, seperti mesin kasir, uang kertas, dan beberapa arsip tua.

Di sini nih yang aku bilang anak-anak lumayan antusias. Lumayan seru ya buat mereka untuk melihat barang versi antiknya, ihihi.
Tempat Makan
Saat pengunjung merasa lelah dan haus, kita bisa mendapatkan makanan serta minuman di dalam De Tjolomadoe ya.

Tersedia kafe yang memang bisa dinikmati oleh semua pengunjung. Oiya, misalnya pakai guide, kita bisa saja melewatkan kafe ini. Tapi saat keluar, kita masih bisa masuk kembali ke dalam untuk makan di kafe tersebut ya.
Toko Souvenir

Selanjutnya, pengunjung juga bisa menemukan stand-stand yang menjual souvenir berupa kerajinan tangan dan beberapa pakaian untuk dijadikan oleh-oleh.
Tidak banyak memang stand-nya, aku malah hanya melihat dua stand saja. Tapi lumayan lah yaa.
Tempat Wisata Sejarah yang Instagrammable

Yap, selain jadi tempat wisata Sejarah, rupanya para pengunjung juga menjadikan De Tjolomadoe ini sebagai spot foto kekinian. Bahkan pernah dijadikan tujuan untuk foto pre-wedding dan wedding venue.
Soalnya memang memiliki lahan yang cukup luas sih. Bangunan pabriknya sendiri berada di salah satu sudut saja. Sisanya lahan luas yang memang bisa dimanfaatkan untuk venue, baik pernikahan maupun semacam konser.


Gimana, gimana, cukup menarik gak nih untuk mengajak anak-anak ke pabrik gula ini? Kalau menurut aku sih lumayan juga untuk mengajak anak-anak.
Toh durasi berkunjung juga tidak terlalu lama sehingga gak bikin anak jadi bosan. Selain itu, anak-anak juga jadi tau bagaimana proses gula itu dibuat dari tanaman tebu.
Mereka juga jadi tau kalau kita pernah lho punya pabrik gula yang sebesar dan sesukses itu. 🙂
Buka:Â
Selasa-Minggu 09:00 – 17:00
(Senin tutup)
Tiket Masuk:
Dewasa: IDR 40,000,-
Pelajar: IDR 30.000,-
Foreign Tourist: IDR 200.000,-