Sejak Naia lahir, tepatnya sejak dia sekitar 2 tahunan sih, di pikiran saya mulai terdengar kata-kata “homeschooling”. Karena saat itu semakin pesimis dengan pendidikan Indonesia, khususnya di sekolah-sekolah dasar, yang kebanyakan rasanya malah “mematikan rasa ingin tahu anak”. Malah saat saya mengikuti kuliah online ibuprofesional.com, bu Septi pun menyatakan, biasanya keingintahuan anak-anak akan mati saat mereka memasuki gerbang sekolah. Jreeeng.
Ah, anyway, sebelum panjang lebar, baca juga punya Icha ya di:
Homeschooling Yay or Nah
Sejak itu jadi timbul pikiran, udahlah nanti anak-anak homeschooling aja gapapa. Seenggaknya sampai mereka SMP lah gitu. Biar rasa keingintahuannya gak mati, dan biar mereka juga aman. Sosialisasinya gimana? Bisa lah, udah banyak komunitasnya kok. Malah karena saya punya pikiran begitu, ya jadi nemu aja komunitas-komunitas homeschooling yang ada. Termasuk ibuprofesional.com tadi.
Oh iya, bu Septi Peni itu founder ibuprofesional.com btw. Dan anak-anak beliau semuanya homeschooling. Anak pertama malah bisa kuliah lebih awal karena homeschooling tadi. Gak tanggung-tanggung, kuliahnya di Australia, dengan usaha sendiri agar bisa masuk ke universitas di sana.
Melihat kenyataan itu makanya saya jadi sangat-sangat antusias dengan ide homeschooling. Apa saya siap kalau anak homeschooling? Belum. Makanya mau cari tau lagi dan lagi tentang homeschooling ini. Tapi, saat saya memutuskan nanti anak-anak homeschooling aja, saya jadi penasaran sama anak-anaknya bu Septi. Ternyata mereka homeschooling karena pilihan mereka masing-masing, bukan karena keputusan dari ibu Septinya.
Saya jadi mikir lagi, bener juga sih, tergantung pilihan anak aja nantinya, jangan saya yang memutuskan. Toh mereka yang ngejalanin dan belajar sih, saya, orangtuanya ya sebagai fasilitator aja *tsaaah, fasilitatooorr xp
Jadi yah gitu lah. Nyatanya, Naia udah semangat banget dengan konsep sekolah sejak umur 2 tahunan. Udah sering pakai tas di sekitaran rumah, udah sering main guru-murid sama saya dan papanya. Jadilah saya mulai aja cari-cari sekolah yang gak terlalu membebani anak. Cari sekolah yang melibatkan orangtua, jadi ada kerja samanya gitu di rumah dan di sekolah. Dan paling penting cari sekolah yang tidak membunuh rasa ingin tahu anak-anak, hee.
Eh, maaf ya, bukannya mendiskreditkan sekolah umum juga. Tapi emang biasanya di sekolah umum itu anak-anak gak bisa banyak bertanya dan biasanya membuat anak jadi malu bertanya. Padahal malu bertanya sesat di jalan ya, nanti anak saya gak bisa pulang gimana? *hayah*
Akhirnya ya gitu, sekarang Naia sekolah lah di TK yang dia pilih. Oiya, saya menyempitkan pilihan untuk Naia jadi 3 sekolah. Setiap survey, Naia saya ajak sambil dia lihat-lihat mana sekolah yang paling menarik. Alhamdulillah sih, pilihannya sama dengan pilihan terberat saya, hehe. Walau agak jauh dari rumah, tapi ada fasilitas antar jemput, jadi insyaAllah aman.
Kok malah jadi nyeritain Naia? Hahaha. Soalnya kan buat dia (dan adiknya kelak sih, hehe) homeschooling atau enggaknya, hehe.
Baca juga: Sekolah Biasa atau Homeschooling?
Jadi, jawabannya ya udah ketebak lah ya. Homeschooling buat saya Yes, tapi harus berdasarkan pilihan anaknya sendiri, bukan saya yang memutuskan. Lagipula, komitmen untuk homeschooling itu sendiri mesti kuat banget, huhuhu. Saya mesti belajar dan mempersiapkan diri banget banget lah kalau anak nanti memilih untuk homeschooling.
Jadi, buat kalian, homeschooling yes or no? 😀
Home schooling Yes