Parenting

Angpau Lebaran Menjadikan Anak Bermental Minta-minta?

Waktu kecil dulu, yang bikin aku seneng banget banget saat hari lebaran salah satunya karena kemungkinan besar bisa dapet amplop lebaran dari banyak orang yang ditemui, ahaha. Rasanya tuh seru & seneng banget saat dikasih uang & bisa dapet “THR” tiap tahun gini. Lumayan bisa disimpen atau untuk beli yang kita pengeniin banget.

Setelah sholat Ied dan sungkeman, biasanya anak-anak satu lingkungan rumah tuh pada nyamperin untuk ngajak keliling ke tetangga-tetangga untuk berburu uang angpau ini. Walaupun judulnya “berburu”, sesungguhnya buat kami itu seru bukan main. Karena bisa rame-rame mengunjungi rumah siapa saja di satu RT itu, bahkan akhirnya tau mana rumahnya siapa dan bagaimana bentuk rumahnya. Karena sehari-hari biasanya cuma ketemu di lapangan aja ya kan, jadi ya kami ke rumahnya itu setahun sekali itu juga. (((lapangaaann))), dulu mah masih banyak lapangan yhaa.

Nah, seperti yang aku bilang, meskipun judulnya berburu, buat kami saat itu justru lebih ke main sama-sama. Seru-seruan bareng. Ngerasain kue lebaran yang beragam, plus mengantongi permen dari tiap rumah xp

Angpau dari Saudara

Selanjutnya, saat berkumpul dengan keluarga besar atau mengunjungi sanak saudara yang lain, aku harap-harap cemas, dapet uang angpau atau enggak ya. Dapet ya sukur, gak dapet ya gondrong #eh (itu mah cukuurr). Dapet Alhamdulillah, gak dapet yaudah.

Alhamdulillah orangtua gak pernah yang nyuruh atau bahkan memaksa kita anaknya untuk minta uang angpau itu. Jadi ya murni jadi seneng aja kitanya, bukan yang akhirnya kecewa kalau gak dapet.

Malah, kalau keluarga besar lagi ngumpul dan “antri” uang lebaran itu, kita jadi tau silsilah keluarga. Biasanya orangtua ngasih tau dari kiri ke kanan itu siapa saja. Akhirnya kita jadi tau nama saudara kita itu dan siapa dia bagi kita. Apakah om dari bapak, tante dari ibu, atau sepupu dua kali dari bapak atau ibu. Lumayan, jadi tau kalau punya saudara banyak dan jadi ngerasa serunya rame-rame ngumpul keluarga.

Membangun Mental Minta-minta?

Nah, apakah pengalaman itu lalu menjadikan aku bermental minta2? Seingat aku, orangtua maupun saudara Alhamdulillah gak ada yang “membangun” mental minta2 begini. Justru yang diterima oleh aku (setidaknya sewaktu menjadi anak2 dulu), aku jadi ingat dia siapa yang rumahnya di mana dan ngasih berapa, wkwkwk. Anw, yang dipentingkan akhirnya juga bukan besarnya dia ngasih, tapi ya dia saudara dari mana (silsilahnya itu). Dan juga yang ditangkap oleh aku, mereka pun senang berbagi ke anak2, menyenangkan hati anak2, berbagi kebahagiaan di hari yang inshaAllah diliputi keberkahan lah ya.

Jadi, buat aku, uang angpau itu tidak begitu signifikan untuk menjadikan anak bermental minta-minta. Balik lagi ke apa yang ingin ditanamkan dan difokuskan oleh kita sebagai orangtua. Biasanya sebagai orangtua, fokusnya ya ke saudara yang dikunjungi serta ya pengenalan silsilah keluarga itu tadi, serta pentingnya untuk terus menjaga tali silaturahim.

Pada akhirnya, yang dibangun adalah momen berbagi nya, perasaan bahagia nya, perasaan kebersamaannya. Bahkan gak jarang juga saat-saat dapet angpau itu malah menjadi motivasi buat kita untuk melakukan hal yang sama di kemudian hari. Kita seneng dan bahagiaa banget rasanya saat dapet uang dari siapapun. Maka saat besar, saat Alhamdulillah kita sudah punya penghasilan, kita jadi mau membagi uang ke anak2 juga, biar mereka seneng, supaya mereka ngerasain serunya ngumpul keluarga. Pada akhirnya, lingkaran yang terjadi adalah lingkaran untuk terus berbuat baik dan berbagi kebahagiaan pada keluarga.

Dan seperti yang aku bilang tadi, kayanya momen 1 tahun sekali dikasih uang begitu gak signifikan ya untuk membangun mental minta2 dari anak. Yang bisa membentuk anak itu adalah kebiasaan yang konsisten dan sering. Jadi, saat momennya hanya setahun sekali ini, rasanya yang diingat bukan pada bagian “meminta” dan mengharap uang angpaunya, tapi perasaan seru dan bahagianya.

Kesempatan Mengajarkan Anak Pengaturan Keuangan

Malah ya sekarang, sebagai orangtua, momen anak dapet uang lebaran ini bisa jadi kesempatan untuk mengajarkan mereka bagaimana mengatur uangnya, untuk apa saja mereka bisa “menghabiskan” uangnya. Kenalkan deh pada mereka manfaat yang bisa didapat dari uang. Ajarkan mereka kalau uang yang mereka dapet bisa dibagi untuk diri sendiri, untuk orang lain, dan untuk masa depan.

Jadi, manfaat angpau lebaran menurut aku justru banyak.

  1. Bisa lebih mengenal tetangga atau saudara
  2. Mengajarkan anak indahnya berbagi. Kita ajak anak melihat, dengan kita berbagi, bisa membuat puluhan anak bisa bahagia.
  3. Kesempatan untuk mengajarkan anak pengaturan keuangan.

Maka, ya begitu lah. Yuk hindari anak untuk bermental minta-minta dengan tidak memfokuskan uang angpau ini pada besaran dan keharusan dikasihnya, melainkan fokuskan pada bagian “berbagi”nya. Semoga dengan begitu, anak-anak kita nantinya juga senang untuk berbagi dan juga bisa terus menjaga tali silaturahmi 🙂

Untuk yang tidak setuju silakan ya, ini hanya pendapatku saja. Bukan membenarkan budaya, tapi kalau budaya itu baik serta tidak melanggar norma agama, ya apa salahnya dilestarikan. Tinggal fokuskan pada bagian yang kita anggap pentingnya, bukan pada bagian meminta-mintanya. 🙂

istianasutanti

Halo, salam kenal ya.

Aku Istiana Sutanti, seorang ibu dari 3 orang perempuan yang hobi sekali mengajak anak-anak untuk traveling bersama.

Di blog ini aku sharing pengalaman traveling kami sekeluarga plus pelajaran parenting yang aku dapatkan, baik dari pengalaman pun dari seminar parenting.

Semoga kalian suka membaca pengalaman traveling kami dan semoga membantu untuk menentukan tujuan traveling kalian berikutnya! ;)

You may also like...

7 Comments

  1. Ini related banget sama aku, Kak. Dulu waktu kecil aku juga suka banget waktu lebaran gini. Soalnya kemungkinan dapat angpau dari sesepuh 🤭. Tapi gak terlalu ngarep juga sih, kalau dapat Alhamdulillah, kalau gak yowis gakpapa. Walaupun sering-sering sih pasti dapat. 🤣

    Dan yes, aku rasa angpau lebaran bukan berarti mengajarkan kita untuk punya mental minta-minta. Aku dulu merasa senang setiap dapat angpau, dan dengan begitu aku tau anak-anak juga pasti suka mendapat angpau seperti aku dulu. Jadi ketika aku dewasa cenderung senang bagi-bagi angpau juga. Kalau adek-adek kecilku senang, aku juga ikut senang. 😄

    1. Akhirnya kita yang jadi mau mengikuti jejak mereka yang dulu bagi2 angpau itu ke anak2 yaa. Karena rasanya ternyata lebih happy saat bisa bikin anak2 itu happy 🙂

  2. Saya jg sempet kepikiran apakah angpau2an itu bisa bikin anak2 jd seperti itu. Tp setelah mendengar pengalaman mba, jd pjnya wawasan dan cara pandang yg baru. Thanks ya mba!

    Happy Eid Mubarak juga!

    1. Terima kasih mbak. Happy Eid Mubarak juga yaa 🙂

  3. Setuju banget dengan postingan ini. Saya juga gak sepakat kalau angpau Lebaran langsung digeneralisir membangun anak punya mental minta-minta. Untuk membangun mental positif atau negatif gak bisa instan. Sedangkan anak-anak dapat THR Lebaran paling setahun sekali. Anggap aja seseruan saling berbagi.

    Memang kembali juga ke didikan orang tuanya. Bagaimana niatannya tentang THR Lebaran. Kalau di keluarga saya, momen begini untuk seseruan dan semakin dekat. Tapi, gak ngasih pun gak apa-apa.

    1. Iya mbak bener, di keluarga aku juga momen lebaran justru jadi ajang ngumpul dan seru bisa rame-rame gitu. Dan iya gak ngasih juga gapapa, gak ada yang maksa juga. Cuma ya kalau dikasih memang enaknya diterima karena kalo gak diterima malah gak sopan.

      Semua emang bener tergantung orangtuanya deh yaa mau mengarahkan pemikiran anak ke mana tuh.

  4. Aku si nggak ngerasa gitu wkk
    Malah pas kecil dikasih ya nggak kepikiran apa-apa. Diajarin soal berbagi aja si. Biasanya itu bonus tambahan kalau kita silaturahmi ke tempat saudara pas lebaran walaupun nggak selalu dapet juga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.