Waktu aku berdua suami ke Jogja, kami sempet bingung mau ke mana lagi setelah dari Kebun Buah Mangunan. Iseng-iseng nyari di maps kira-kira apa lagi tempat yang bisa kami kunjungi ya? Lalu ngeliat History of Java Museum ini dan langsung tertarik.
Tertarik karena kok tempatnya tuh uniik, isinya mengenai barang-barang yang menjadi sejarah di Jawa serta terdapat kayak studio foto lengkap dengan kostumnya gitu.
Yaudah, kebetulan tempatnya memang berada di jalan yang akan kami lewati saat pulang ke villa (kami menginap di Hola Jogja Villa ya btw), jadi kami mampir deh sebelum makan siang.
Lokasi HOJM (Histori of Java Museum)
Aku sebut kan kalau kami ke HOJM ini setelah pulang dari Kebun Buah Mangunan? Jadi kalau dari arah Imogiri, HOJM ini tidak begitu jauh, hanya berjarak sekitar 30 menit saja.
Lokasinya bahkan memang berada tidak jauh dari jalan Imogiri Barat, tepatnya di Jl. Parangtritis Km 5.5 ( Pyramid Cafe), Yogyakarta.
Kami ke sini juga melalui jalan Imogiri Barat dan berbelok ke kanan menuju jl. Parangtritis. Begitu melihat terdapat piramid, nah di situ deh HOJM ini berada.
Harga Tiket Masuk History of Java Museum
Jadi, memang HOJM ini sengaja diberi icon bangunan piramid gitu mungkin salah satu alasannya supaya gampang ditemui yaa. Tapi filosofisnya malah gak aku tanya maksudnya apa, huhu. Harusnya tanya juga ya kenapa bangunannya malah piramid gitu, haha.

Oiya, lokasinya juga menjadi satu dengan Kampoeng Semarang di Jogja ya, jadi setelah dari HOJM sebetulnya kita juga bisa membeli oleh-oleh khas Semarang di sini.
Tapi kemarin kami gak mampir, karena kan kami di Jogja, jadi agak gimanaa gitu kalau oleh-olehnya dari Semarang, ihihi.
Awal masuk, kami pikir gak ada yang menjaga museum ini lho, alias museumnya dibiarkan kosong gitu. Bahkan piramid yang dijadikan icon-nya HOJM ini saja terlihat cukup berumur dan agak gersang. Hampir saja kami putar balik untuk langsung makan siang di Sate Klathak Pak Pong Pusat.
Namun, kami lalu dihampiri oleh perempuan yang ternyata penjaga museum ini. Ternyata dia memang berjaga di ruangan dalam dan barulah keluar begitu ada pengunjung.
Maklum ya, kami memang berkunjung di low season, jadi mungkin dia juga gak mengira HOJM ini bakal dikunjungi gitu di hari biasa, siang-siang pula.
Langsung saja kami membayar tiket masuknya sebesar Rp35.000 per orang. Jadi untuk kami berdua Rp70.000 ya.
Tapi rupanya tarif tersebut sudah didampingi oleh perempuan tadi sejak masuk sampai akhir lho. Seneng banget jadi otomatis ada guide-nya, huhu.
Belajar Sejarah Jawa di History of Java Museum (HOJM)
Anw, memang di HOJM bisa ngapain aja sih?
Kami sih gak berekspektasi apa-apa ya saat ke sini. Ya kepikiran sih isinya bakal berupa semua hal yang berhubungan dengan daerah Jawa, namanya aja History of Java Museum yakan. Ternyata betul, isinya memang menceritakan sejarah daerah Jawa sejak berabad lalu.

Sejarah tersebut menurut aku sangat menarik karena kita jadi tau wilayah-wilayah Jawa zaman dahulu serta perkembangan kerajaan dan pengaruh agama yang masuk di Jawa.
Oiya, saat mau masuk, aku melihat ada QR yang harus discan supaya bisa menginstall aplikasi untuk mendapatkan experience yang lebih maksimal selama di dalam.
Rupanya aplikasi tersebut untuk bisa mengaktifkan Augmented Reality berupa gedung 3D pada gambar-gambar gedung bersejarah yang bisa kita temui selama di ruang pameran.
Ruang Audio Visual
Begitu memasuki pintu masuk History of Java Museum ini, kita akan memasuki ruang audio visual terlebih dahulu untuk menonton cerita sejarah Jawa.

Pada dinding ruangan ini pun tertulis cerita sejak zaman prasejarah berdasarkan fosil-fosil yang ditemui di dataran Jawa. Lumayan menarik sih, dan kalau tertarik untuk membaca, kita bisa mendapatkan informasi yang cukup banyak di sini.
Ruangan ini lumayan bermanfaat sebagai pengantar supaya kita bisa lebih bisa menikmati ruang pameran nanti. Soalnya di dalam ruang pameran, kita akan menemukan beberapa barang bersejarah yang disebutkan pada video sebelumnya.
Ruang Pameran
Setelah selesai menonton kisah sejarahnya, kami lalu dipersilakan masuk ke ruang pameran. Di ruang ini, kami lalu mendapatkan penjalasan tambahan lagi oleh guide.
Bagaimana perkembangan agama dan perubahannya dari kepercayaan yang ada, masuknya agama Budha, Hindu, sampai masuknya agama Islam. Sampai juga perkembangan kerajaan-kerajaan dan perpolitikan kerajaannya tersebut.



Juga menjelaskan mengenai hubungan agama dan perkembangan kerajaan itu sendiri. Serta munculnya Walisongo dan perkembangan agama Islam.
Ruang pamerannya gak begitu besar, memiliki kesan yang agak gelap, tapi berhubung kami ditemani oleh guide, jadi kami bisa fokus pada kisah yang dijabarkan olehnya serta melihat benda-benda bersejarah yang dijelaskan.
Di ruang ini jugalah kami menggunakan aplikasi yang sudah diinstal sebelumnya untuk memunculkan AR. Aplikasi tersebut akan menampilkan bentuk 3D pada foto bangunan yang terdapat kode QRnya. Lumayan jadi bisa interaktif juga sih.


Selain ruang pameran yang berisikan lemari kaca besar, terdapat juga ruang khusus yang menceritakan kesultanan Yogyakarta sampai sekarang. Namun di bagian dalam kesultanan ini tidak boleh difoto.
Pengunjung hanya akan dipersilakan untuk berfoto di spot yang sudah disediakan pada bagian mulut ruangan yang sudah didekorasi berlatar belakang wayang.

Ruang Foto
Selain bisa berfoto di ruang pameran, kami juga bisa lebih puas foto-foto, bahkan kali ini lengkap dengan kostum Jawa-nya di ruangan khusus studio gitu.
Jadi di ruangan ini akan tersedia beberapa backdrop foto yang memang digunakan supaya pengunjung bisa puas foto dengan suasana Jawa zaman dahulu.
Kami yang awalnya malu-malu (tapi mau), akhirnya ikut meminjam beberapa kostumnya (gratis yaa) dan mulai berfoto juga.


Tempat Outdoor Event
Begitu keluar dari tempat studio tadi, kita lalu akan menemukan ruang outdoor yang cukup luas dengan bangunan menyerupai jalanan daerah Jawa.

Pada waktu tertentu, di sini akan diadakan pertunjukan musik gitu karena memang telah tersedia settingan panggung.
Selain itu, di sinilah juga tempat berkumpul pengunjung apabila ada rombongan. Serta akan berjajar penjual makanan dan minuman apabila memang sedang diadakan acara.
Berhubung kami datang di low season, jadi ya tempat ini sangat sepi dan kosong sih 😀
Jadi Tempat Wisata Edukasi di Jogja
Overall, kami lumayan puas sih berkunjung ke History of Java Museum ini, karena memang tidak berekspektasi apapun. Yaa soalnya ini juga tempat yang impulsif saja kami datangi ya, hehe.
Berhubung lumayan ada waktu sebelum kembali ke hotel, ya kami mampir saja ke sini dan lumayan jadi belajar sejarah Jawa deh jadinya.
Kayanya kalau mengajak anak-anak, oke juga sih ke sini, soalnya ya bisa jadi wisata edukasi juga kan buat mereka untuk mengenal kisah yang ada di daerah Jawa. Kerajaan-kerajaan serta perkembangan agamanya di Jawa.

Apalagi, harga tiket yang tadi kami bayarkan sudah termasuk guide yang menemani dari awal sampai akhir, jadi berasa worth it banget walaupun tempatnya tidak begitu besar dan tampilannya kurang istimewa, hehe.
Tapi karena ini, kami jadi membahas sejarah kerajaan Jawa dan kesultanan di Yogya dan Solo sepanjang perjalanan pulang, ahaha. Lumayan jadi punya bahan obrolan dan menambah pengetahuan. 😀
History of Java Museum
Lokasi: 5, Jl. Parangtritis No.KM, RW.5, Tarudan, Bangunharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55188
Jam Operasional: Setiap hari 8.00 - 20.00
HTM: Rp35.000
Fasilitas: Ruang audio visual, ruang pameran, ruang studio foto