Lifestyle & Beauty

Bijak Merencanakan Masa Depan

Memang yah setiap keluarga punya pengaturan keuangan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki penghasilan hanya 4,5 juta saja tapi sudah mampu membeli kendaraan bahkan rumah (sebut saja keluarga A). Tapi ada juga yang memiliki penghasilan 9 juta per bulan masih saja belum mampu membeli rumah bahkan dengan mencicil (yang ini yaa keluarga B lah yaa :P). Apa yang membedakan keduanya? Salah duanya sih jelas gaya hidup dan kebutuhan yang dimiliki. Keluarga B punya kebutuhan lebih banyak dengan memiliki 2 orang anak sedangkan keluarga A baru memiliki anak 1.

Tapi.. Ada 1 lagi yang membuat mereka berbeda. Keluarga A lebih pintar mengatur keuangan serta mau berusaha melalui jalan apapun *yang halal pastinya* untuk menambah penghasilan mereka. Penghasilan sampingan utamanya sih jual beli properti yang keuntungannya memang besar. Tapi dengan keuntungan yang besar seperti itu kalau tidak diatur dengan baik tetap saja akan habis begitu saja kan? Jadi, hal terpenting yang membedakan kedua keluarga ini adalah dalam pengaturan keuangan. Keluarga A jauh lebih bijak dalam mengatur keuangan mereka. Setiap kali mereka mendapat penghasilan lebih, sebagian uang itu akan diputar lagi untuk mendapat keuntungan lebih dan sebagian lagi ditabung hingga akhirnya mereka mampu membeli kendaraan layak serta rumah tinggal.

Nah, sekarang tanya deh ke diri kita sendiri, khususnya yang sudah berkeluarga, apakah kita sudah bijak dalam mengatur keuangan keluarga selama ini? Kalau masih belum, yuk coba sama2 belajar, soalnya saya juga masih belum pandai nih mengatur keuangan keluarga, huks. Yang masih belum berkeluarga juga penting banget lho melakukan pengaturan keuangan secara bijak. Agar saat menikah nanti sudah berpengalaman dalam mengatur keuangan. Setidaknya bisa menjadikan keluarga tidak kekurangan laah.

Komponen Rencana Keuangan

Dalam mengatur keuangan keluarga, hal pertama yang harus kita lakukan tentunya adalah merencanakan dengan baik kondisi keuangan kita. Dengan perencanaan yang baik, bukan tidak mungkin kok kita bisa menjadi keluarga yang kuat secara ekonomi. Lihat kan contoh keluarga A tadi? 🙂

Lalu apa saja komponen perencanaan keuangan yang harus kita pahami?

Kondisi Keuangan Keluarga

Hal pertama yang harus kita pahami adalah kondisi keuangan keluarga kita sendiri. Kondisi keuangan keluarga adalah bagaimana setiap bulan keuangan kita berputar. Seberapa banyak penghasilan kita bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? Atau bahkan kita masih bisa menyisihkan sedikit uang untuk menabung?

Penghasilan – Pengeluaran = Sisa? *positif atau negatif?*

Biasanya sih, kita menyisihkan uang untuk menabung saat sisa keuangan tersebut berada di angka positif. Tapi jika kondisi keuangan kita berada di angka negatif bagaimana? Saat berada pada angka negatif atau artinya lebih besar pasak daripada tiang, ada 2 cara untuk mengatasinya, yaitu:

  1. Mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Pastinya diantara seabrek pengeluaran kita yang besar tersebut ada satu atau dua yang termasuk dalam pengeluaran  yang tidak perlu. Cobalah kurangi hal tersebut. Misalnya, saat bekerja, suami atau kita memilih untuk membeli makan siang di luar saja karena mudah dan tidak repot. Tapi, cobalah sesekali membawa bekal. Selain lebih menghemat pengeluaran makan siang, membawa bekal sendiri lebih sehat dan aman kan?
  2. Menambah sumber penghasilan. Bisa dengan melakukan pekerjaan sampingan untuk mengisi waktu luang. Gunakan keahlian lebih kita untuk mendapatkan penghasilan tambahan ini. Suami saya misalnya. Ia dari dulu memang hobi menulis, dimulai dari menulis blog sih. Nah, akhirnya ia menggunakan keahlian menulisnya itu untuk menulis buku dan mendapat penghasilan tambahan dari situ. Contoh lainnya adalah keluarga A tadi yang menambah sumber penghasilannya dari  jual beli properti. Rasa-rasanya hal ini yang sebetulnya harus dilakukan oleh kita, yaitu menambah sumber penghasilan. Bisa dengan menggunakan keahlian lain atau membangun bisnis sendiri. “When there is a will, there is a way” kan? Be creative 😉

Banyak yang menabung dari sisa setelah mengurangi penghasilan dengan pengeluaran *saya salah satunya, uhuhu*. Tapi ternyata dengan begini, maka kita tidak akan pernah bisa menyisihkan sebagian itu untuk ditabung atau untuk diinvestasikan. Sebaiknya sih, penghasilan yang kita terima harus disisihkan terlebih dahulu untuk menabung atau berinvestasi tadi baru sisanya dihabiskan untuk pengeluaran atau konsumsi keluarga kita. Karena, perencanaan keuangan keluarga baru bisa dilaksanakan ketika kita bisa secara konsisten menyisihkan sebagian *setidaknya 10%* dari penghasilan kita untuk menabung atau investasi. Dengan begini, kita baru bisa melangkah ke tahap selanjutnya dalam merencanakan keuangan keluarga. Infografik ini menunjukkan bagaimana sebaiknya kita mengatur pendapatan bulanan kita agar mendapat kondisi keuangan yang baik 🙂

Mengatur Pendapatan Bulanan
Mengatur Pendapatan Bulanan

sumber gambar

Nah, selanjutnya, setelah kita tau kondisi keuangan keluarga, kita beranjak ke tahap menentukan tujuan finansial yang akan kita capai.

Tujuan Finansial

Kalau bepergian mengetahui tujuan dengan jelas, kita tau kan harus lewat mana dan bagaimananya? Nah, sama persis dengan merencanakan keuangan kita. Tujuannya apa sih kita capek-capek mengatur keuangan kita sedemikian rupa? Agar bebas finansial? Agar bisa menjalani masa pensiun dengan tenang? Atau untuk tujuan lainnya. Tetapi apa?

Tujuan ini harus betul-betul juga kita tau dan paham agar bisa mendapat cara mencapai yang sesuai. Tanpa tujuan yang jelas, kita tidak akan mendapat cara yang jelas pula. Brighterlife memberi contoh 3 rencana penting keuangan kita. Sama seperti keluarga A yang bertujuan jelas, untuk bisa memiliki rumah! Maka dari itu mereka berusaha keras mendapat penghasilan tambahan melalui jalan apapun *yang halal ya pastinya* hehehe.

Oiya, tujuan finansial yang baik adalah yang mempunyai 3 komponen ini:

  1. Judul. Misalnya untuk dana darurat, dana pendidikan, atau dana pensiun. Judul atau pemberian nama pada tujuan finansial masing-masing akan menentukan bagaimana masa depan keluarga kita kelak.
  2. Nilai masa depan. Dana darurat misalnya. Sebaiknya untuk mereka yang lajang besarnya dana darurat adalah 4x pengeluaran bulanan. Sedangkan untuk mereka yang sudah berpasangan adalah 6x pengeluaran bulanan. Untuk pasangan beranak satu adalah 9x pengeluaran bulanan, dan untuk anak lebih dari dua adalah 12x pengeluaran bulanan. Begitu juga dengan dana pendidikan. Berapa nilai masa depan atau besarnya dana pendidikan yang harus kita siapkan? Untuk hal ini bisa mengacu pada biaya pendidikan saat ini dan besarnya inflasi negara kita.
  3. Jangka waktu. Tujuan yang sudah ditentukan harus ditetapkan berapa lama jangka waktu untuk mencapainya. Karena, tujuan tanpa jangka waktu hanya akan menjadi angan-angan.
Ilustrasi Tujuan Finansial
Ilustrasi Tujuan Finansial

Kalau sudah menentukan tujuan dengan judul, nilai masa depan, serta jangka waktu dengan pasti, kita baru bisa melangkah ke tahap selanjutnya yaitu menentukan cara bagaimana kita bisa mencapai tujuan masa depan tersebut. Nah, pikirkan lagi ya tujuan keuangan keluarga kita! 😉

Cara Mencapai Tujuan Finansial

Ini bagian terpenting, yaitu cara kita mencapai tujuan finansial yang sudah ditetapkan sebelumnya. Istilahnya, inilah kendaraan yang membawa kita pada tujuan akhir kita dan yang menghubungkan kondisi keuangan kita saat ini dengan tujuan finansial yang ingin kita capai.

Perencanaan Keuangan
Perencanaan Keuangan

Yang saya tau ada beberapa cara untuk mencapai tujuan finansial ini.

1. Menabung.

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dengan menabung, kita bisa mengumpulkan uang yang bisa kita gunakan untuk mencapai tujuan finansial jangka pendek kita. Kenapa jangka pendek? Karena menabung tidak akan bisa diharapkan untuk tujuan finansial jangka panjang diakibatkan adanya inflasi.

2. Investasi.

Menabung saja ternyata tidak cukup lho, karena nilai uang kita akan tergerus dengan nilai inflasi yang semakin besar. Saya pernah membuat contoh kecil kalau inflasi itu nyata adanya. Nah, untuk berhadapan dengan inflasi tadi, kita harus mau dan harus mulai memikirkan investasi.

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Dengan kata lain, kita melakukan sejumlah penanaman modal untuk mendapatkan keuntungan. Dengan berinvestasi, uang yang kita investasikan akan berkembang karena mendapat keuntungan lebih, tidak seperti menabung yang jumlahnya akan sesuai dengan yang kita simpan. Untuk menentukan kita berinvestasi di mana, bisa dengan mencari produk-produk investasi yang sekarang banyak beredar. PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) salah satu lembaga yang menyediakan produk investasi ini. Tidak hanya investasi sih sebetulnya, Sun Life telah menyediakan masyarakat Indonesia dengan program yang lengkap mulai dari produk-produk proteksi dan pengelolaan kekayaan, termasuk asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan, dan perencanaan hari tua.

Untuk berinvestasi, kenali juga dan pahami tujuan apa yang mau dicapai oleh kita. Untuk tujuan jangka pendek atau kurang dari 5 tahun, kita bisa berinvestasi pada produk yang memiliki resiko rendah. Karena dengan resiko yang lebih rendah, kita bisa “mengamankan” dana yang dibutuhkan dalam jangka waktu kurang dari 5 tahun tadi. Biasanya sih ini untuk dana pendidikan kalau saat ini kita memiliki anak yang sudah mau memasuki usia sekolah.

Investasi
Investasi

gambar dari buku “Untuk Indonesia yang Kuat”

3. Asuransi. 

Selain memastikan penyimpanan dana serta tujuan finansial lainnya tercapai dengan baik, jangan lupa untuk memproteksi diri kita dengan asuransi. Dengan memproteksi diri dengan asuransi, tujuan finansial atau dana yang telah disiapkan untuk tujuan finansial tidak akan terganggu dengan kondisi yang tidak diinginkan. Misalnya saja seperti saat penerima penghasilan utama tidak mampu melakukan pekerjaan karena penyakit kritis. Hal ini bisa ditangani dengan asuransi kesehatan tanpa harus mengambil dan menggunakan uang yang kita siapkan untuk tujuan finansial lainnya. Jadi, fungsi asuransi adalah mengamankan diri serta mengamankan tujuan finansial yang kita inginkan.

Fungsi Asuransi
Fungsi Asuransi

 sumber gambar

Sun Life juga menyediakan beberapa asuransi yang bisa dimanfaatkan oleh kita. Seperti Sun Medicash, Sun Golden Life, juga Term Life. Ketiga asuransi tersebut memiliki manfaat  yang berbeda. Sun Medicash misalnya, menyediakan sejumlah santunan dana tunai saat Tertanggung/Nasabah menjalani rawat inap di Rumah Sakit, baik disebabkan oleh penyakit ataupun kecelakaan. Atau Term Life yang memberikan 100% uang pertanggungan apabila tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi.

Ketiga cara pencapaian tersebut pastinya untuk tujuan finansial yang berbeda lho ya. Misalnya saja, untuk dana darurat, kita bisa mencapai dan menyimpan dana tersebut dalam tabungan saja. Karena, dana darurat harus bisa dicairkan kapanpun terjadi keadaan yang tidak diinginkan. Atau untuk dana pendidikan yang mau tidak mau harus menggunakan produk investasi karena kita harus mengikuti perkembangan inflasi. Dana pendidikan selalu meningkat mengikuti inflasi lho!

*misal, biaya masuk SD swasta “A” tahun ini sebesar 15 juta, inflasi 10% ~contoh diambil dari sini~

Ilustrasi-Dana-Pendidikan-SD
Ilustrasi-Dana-Pendidikan-SD

Ilustrasi itu baru hanya dana untuk masuk SD saja lho, belum SMP atau tingkat lanjutannya lagi, terlebih biaya kuliah. Maka betul kan tidak akan cukup dengan hanya menabung? 😀

Nah, saat kita sudah mencapai semua tujuan finansial kita bahkan kita masih mendapat keuntungan lain, saat itulah bisa kita sebut diri kita sudah mengalami kebebasan finansial. Mau kan kita memiliki kebebasan finansial? Jadi, yuk, sama-sama lihat dan mulai merencanakan keuangan keluarga kita dengan bijak! ^^

Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Menulis Blog, Sun Anugerah Caraka 2014

 

Referensi:

http://personalfinance.kontan.co.id/news/apa-sih-dana-darurat-itu
http://edukasi.kompas.com/read/2009/07/28/14312437/Yuk.Hitung.Biaya.Sekolah.ala.Safir.Senduk.
Buku “Untuk Indonesia yang Kuat: 100 Langkah untuk Tidak Miskin” karya Ligwina Hananto.
Buku “Nasibmu di Dompetmu” karya Andreas Hartono.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tabungan
http://id.wikipedia.org/wiki/Investasi
http://sunlife.co.id/indonesia/About+us/Sun+Life+Financial+Indonesia?vgnLocale=in_ID
http://sunlife.co.id/indonesia/Product+and+service/Protection/Sun+Medicash?vgnLocale=in_ID
http://sunlife.co.id/indonesia/Product+and+service/Protection/Term+Life?vgnLocale=in_ID

istianasutanti

Halo, salam kenal ya.

Aku Istiana Sutanti, seorang ibu dari 3 orang perempuan yang hobi sekali mengajak anak-anak untuk traveling bersama.

Di blog ini aku sharing pengalaman traveling kami sekeluarga plus pelajaran parenting yang aku dapatkan, baik dari pengalaman pun dari seminar parenting.

Semoga kalian suka membaca pengalaman traveling kami dan semoga membantu untuk menentukan tujuan traveling kalian berikutnya! ;)

You may also like...

6 Comments

  1. Saya dan suami termasuk yang mengatur keuangan keluarga, tapi itu masih ada aja kebobolannya. Hadeeeh, jadi stress sendiri. Kayaknya butuh financial planner nih 😀

    1. iya euy, yang belum bisa ngatur kaya saya apalagi, huhihihi. butuh financial planner supaya kita bisa konsisten 😀

  2. waw…ini bnyk bgt ilmu dr tulisannya mak, ttp ya kebobolan juga, samaa.. hihi

    1. iyaa, belum bisa komit bangeeett 🙁

  3. dulu sebelum diatur duit bulanan saya selalu habis ntah kmana, skarang alhamdulillah kelihatan wujudnya 🙂

    1. Alhamdulillaah.. intinya mah komitmen yaa, hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.