Tips Menyiasati Sifat yang Bertolak Belakang
Nah, biasanya sih kalau keinginan kita udah kuaaaat banget untuk selalu mempertahankan komitmen pernikahan, akan selalu ada aja sih jalan keluarnya. Tapi, buat saya, gambarannya begini, sedikit tips aja yak, siapa tau ada yang bisa nambahin 😀
1. Komunikasi
Yaap, ini pentiiing banget. Gak cuma dalam menyiasati sifat yang bertolak belakang aja sih, kayanya dalam hal apapun, komunikasi itu yang paling penting. Ya banyak kan masalah muncul karena gak komunikasi. Pokokya bilang aja kalau ternyata yang kita mau gak sama dengan yang dia mau. Atau bilang aja kalau kita kurang suka dengan kebiasaannya yang mana, siapa tau bisa dikurangi gitu. Kita juga harus mendengar tapinya ya, dengarkan kebiasaan apa dari kita yang kurang disukai pasangan. Pokoknya gitu deh intinya, saling cerita dan terbuka. Suami istri mah udah sering lah ya buka-bukaan #eh
2. Mau Berubah
Ya kalau kebiasaan kita jelek, setidaknya kita mau dikritik dan siap donk ya untuk berubah. Ingat loh, demi komitmen yang sudah dibuat ituu, hehehe. Intinya saling menyeimbangkan tadi aja. Siapa tau bertolak belakangnya terlalu ekstrim, ya sebisa mungkin dikurangi deh tingkat keekstrimannya 🙂
3. Pahami Sifatnya
Hihi, waktu awal tau sifatnya yang bertolak belakang banget sama kita, ya pastinya kaget lah ya. Tapi, seiring berjalannya waktu, coba deh pahami sifatnya itu dan bagaimana sifat itu bisa menempel dalam dirinya. Mungkin karena gaya asuh kedua orang tuanya, atau mungkin karena lingkungan pertemanannya. Tapi jangan terlalu fokus di penyebab munculnya sifat itu juga sih. Latar belakang pasangan mempunyai sifat itu kita ketahui agar semakin memahami aja sih, sukur2 kita bisa mengimbanginya ya kan? 😀
Ish, saya kayak yang iya aja ya, baru berapa sih emangnya umur pernikahan saya, huhu. Masih sangat sangat mudaaa banget lah. Makanya cara penyiasatannya juga cuma segitu, siapa tau ada yang mau nambahin mungkin? hehehe
Tapi semoga postingan ini bisa menjadi pelecut biar saya dan suami bisa terus MAU mempertahankan komitmen kami sampai kami dipertemukan di surgaNya kelak yah. Aamiiin. 😀
Bertolak belakang bukan berarti tak bisa harmonis ya Mbak. Dan setuju bahwa kuncinya saling melengkapi 🙂
iyaa, betull.. bertolak belakang bukan berarti tak harmonis 😀
nyatet sih aku suka tapi bukunya ketinggalan hehehe sama aja boong ya
eaaa.. aku juga suka gini sih, hahaha
wahhh.. postingan ini buat yang belum menikah.. wajib baca nih! hihihii… aku dan suami juga berbeda, tapi suami banyak mengalah, maklum, mungkin beda umurnya juga jauh yes sama aku hehehe.. *dasar gak mau kalah aja*
bisa jadi ya perbedaan umur yang bikin suami ngalah terus, hihihi
Cinta itu saling melengkapi kekurangan. Kalo punya pasangan yang sifatnya sama kayak kita ga seru. Kayak bercermin aja.
Kalo bertolak belakang, kita bisa belajar gimana caranya menyesuaikan diri. Saya dan suami juga banyak yang sifatnya bertolak belakang.
Menikah itu saling melengkapi, saling memahami. Dan wajar jika ada yang bertolak belakang, asalkan diselesaikan dengan baik sih. 🙂
Aku juga orangnya suka miss, kadang ada aja yang kelupaan. Udah tau dicatet biar ga lupa tapi suka males nyatet
Dulu awal nikah (bahkan sampai sekarang kadang masih) suka ribut gara2 perbedaan kebiasaan, cuma karena masalah kebiasaan naroh baju atau buang sampah. Tapi alhamdulillah seiring berjalannya waktu banyak mengalami penyesuaian. Menurutku, perbedaan dalam pernikahan akan selalu ada dan bermunculan seiring berjalannya waktu. Yang penting adalah cara kita menyiasatinya aja…
dua isi kepala berbeda, bersatu dalam biduk rumah tangga yang Notabene “penuh dengan gejolak (kalo nggak siap)”
sama aja mak, diriku jadi banding-bandingin jaman dulu, saat saya dikejar-kejar (tsaah-ikut gaya mak isti) jadi putri impian sang pangeran, tapi kok berubah yah ketika sekarang suami lebih egois kelaki-lakiannya keluarr (tapi beriring waktu-pasti akan indah pada waktunya) >_< hahaha.. tapi penuh surprise sih,,tiba2 dibeliin sesuatuhh yg impian banget,, hati yang jadi batu berubah cair seperti es krim yang lembut nan mani. xoxox
info berharga banget buat jombowati kayak saya mak, hehe. gimana ya mak, saya juga orangnya ga rapi, ga detail, boros, udah berkali-kali menghilangkan kebiasaan tapi susaaaah 🙁
Saya sudah menikah 21 tahun. Setiap kebiasaan selalu saja ada sisi negatif dan positif. Manfaat pernikahan memang untuk saling melengkapi, menyempurnakan dan memperbaiki diri.
setujuuu mak.. 🙂
Mba ir dan suami lumayan bertolak belakang…tp masa2 amburadulan, penyesuaian dan gontok2n udh berlalu… komunikasi udh aman skg hahaha secara kita udh 16 thn bareng2 ?
Saya belum menika dan masih mencari calon, lumayan untuk bahan referensi 😀 salam
mampir dong di blog saya mba 😀