Dulu ya, aku bertekad pokoknya kalau punya anak, aku mau ngajarin mereka untuk rajin menabung. Karena aku sendiri baru mulai belajar nabung justru setelah menikah dan baru kerasa manfaatnya begitu kami sempat pindah rumah.
Pindahan ternyata lumayan butuh biaya besar soalnya. Kalau gak dari uang tabungan kami saat itu, ya cashflow bulanan bisa berantakan deh.
Sebelum nikah sih sempat lah aku menabung sedikit-sedikit, tapi selalu untuk jangka pendek saja. Pendeknya beneran pendek, soalnya seminggu nabung, weekend-nya dihabiskan untuk ke mall, ahaha.
Bukan nabung ya itu namanya, nyimpen doang untuk weekend xp
Menetapkan Tujuan Keuangan
Anw, makin ke sini, makin ngerasa, kayanya gak cukup deh kalau mengajarkan anak-anak nabung doank. Soalnya kalau tabungan sudah banyak, ya mau buat apaa ya kan?
Jadi, pelan-pelan sambil aku belajar juga, akhirnya jadi sadar, kalau anak itu bukan hanya butuh belajar menabung aja, tapi BUTUH untuk belajar literasi keuangan secara utuh.
Literasi keuangan yang dimaksud ya secara menyeluruh, mulai dari menetapkan tujuan keuangan, menabung, sampai “menghabiskan” uang yang mereka dapatkan.
Makanya, prinsip aku sekarang bukan lagi terfokus di mengajarkan mereka menabung, tapi mengajarkan bagaimana mereka menghabiskan uangnya dan bagaimana mereka bisa menetapkan tujuan keuangan.
Sederhananya, aku mau mengajarkan mereka membagi uang yang mereka punya nantinya menjadi 3 bagian besar, untuk masa depannya (alias menabung), untuk sekarang (tagihan yang mereka punya dan untuk operasional bulanan serta lifestyle), dan untuk sedekah.
Untuk Masa Depan – Menabung
Ini yang sedari awal aku bilang, jangan CUMA ajarkan menabung, tapi menabung tetap perlu diajarkan. Ya supaya mereka bisa membuat keputusan keuangan yang berpengaruh pada jangka panjang kehidupannya.
Aku mengajarkan mulai dari anak untuk menentukan tujuan menabung. Kalau sudah dewasa kan tujuannya banyak tuh, semacam untuk dana darurat (yang beneran sangat bermanfaat), untuk beli mobil, untuk beli rumah, untuk naik haji, dan semacamnya.
Nah supaya anak terbiasa dan paham “memberikan tujuan” dalam menabung, saat ini sih paling gampang dengan mengajak mereka untuk mengumpulkan uang saat mereka ingin membeli sesuatu.
Misalnya, anak aku sangat tertarik dengan mainan (atau buku) yang cukup mahal harganya. Maka aku mulai mengajak mereka untuk mengumpulkan uang sampai terkumpul seharga mainan atau buku tersebut.
Dengan begitu mereka jadi punya semangat untuk menabung karena sangat menginginkan barang tersebut.
Hal ini termasuk delayed gratification juga sih untuk mereka dan lumayan banget manfaat dalam cara berpikirnya kelak.
Hal ini bisa mengajarkan mereka kesabaran dan pikiran untuk berusaha terlebih dahulu sebelum mendapatkan sesuatu.
Untuk Sekarang dan Diri Sendiri
Bagian besar berikutnya dalam mengajarkan literasi keuangan kepada anak ya untuk sekarang atau dirinya sendiri.
Hal ini saja bisa dibagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu untuk tagihan, untuk operasional, dan untuk lifestyle (alias kebutuhan tersier semacam jajan di luar atau nongkrong, ihihi).
Biasanya sih pembagian ini akan berasa saat anak memang memegang uang yang cukup banyak, seperti habis mendapat THR di hari raya Idul Fithri.
Ya anak mah belum punya tagihan apa apa kan yaa, tapi aku bagi untuk dirinya sendiri agar dia bisa menikmati juga uang yang didapatkan tanpa menghabiskan sepenuhnya.
Tapi mindset untuk menyisihkan bagian untuk sekarang ini berguna dalam mengatur keuangannya kelak. Ya dalam membayar tagihan saat mereka dewasa nanti dan dalam mengatur gaya hidup mereka nantinya, hehe.
Untuk Sedekah
Again, biasanya bagian ini juga terasa begitu anak mendapat uang langsung yang banyak gitu. Jadi saat mereka dikasih uang angpau saat lebaran, memang saat yang tepat untuk membagi keuangannya menjadi 3 kebutuhan yang aku sampaikan ini.
Begitu mereka selesai menghitung uang yang terkumpul, mereka bagi tiga deh uangnya dan menyisihkan sedikit untuk sedekah.
Uang harian juga mulai aku ajarkan untuk disisihkan sedikit dengan tujuan memberi sih.
Semoga tujuannya bisa diterima dengan baik ya sama anak-anak. Untuk tetap berbuat baik dan bersyukur akan rejeki yang didapat dengan berbagi ke orang lain.
Tidak Mengajarkan Berutang
Satu hal yang PENTING pakai banget, adalah tidak mengajarkan anak untuk mudah berutang. Soalnya Alhamdulillah prinsip aku dan suami sama-sama menghindari utang.
Bukan karena belum pernah punya utang, melainkan sudah pernah berutang dengan nominal yang cukup besar dan ngerasain sendiri gak enaknya punya utang, ahaha. Makanya, pengen banget anak-anak kami kelak juga bisa hidup bebas utang yaa 😀
Salah satu usaha kami ya ini, mengajarkan mereka literasi keuangan yang bener. Semoga sih usaha kami ini betul ditangkap dan dilaksanakan sama anak-anak sehingga pengaturan keuangan mereka bisa lebih baik dari kami yaa.
Salah Satu Cara Asik Mengajarkan Tentang Uang Melalui Game
Untuk mendukung semua usaha yang sudah aku jabarkan di atas, aku juga mulai melirik games yang seru nih supaya anak-anak makin kenal dengan “uang” dan bisa memanfaatkannya dengan benar.
Ada game seru yang sebulan ini anak-anak mainkan tanpa harus menginstall aplikasi tertentu. Lumayan banget sih buat aku, biar anak-anak bisa mengenal konsep keuangan, mulai dari menabung, berhitung, juga mendapatkan penghasilan melalui bisnis.
Ketiga anak aku juga memiliki games favoritnya yang berbeda-beda, kayanya sih sesuai umur mereka, jadi mereka tertarik dengan hal yang berbeda pula yaa.
Iddle Money Tree
Kayak yang paling kecil. Berhubung dia belum mengerti cara berhitung, jadi dia paling antusias dengan games mengumpulkan uang seperti idle money tree ini deh.
Caranya ya dengan mengumpulkan kantong-kantong uang yang ada di pohon. Memang harus cepat, jadi sebetulnya selain me
Cashier Simulator
Beda lagi nih sama kakaknya. Anak kedua aku memang sedang tahap melatih berhitung, jadi suka banget (walaupun memang masih agak dibantu) dengan cashier simulator ini.
Soalnya dia bisa menghitung total belanjaan dan memberikan uang kembalian, ahaha. Anak-anak kan gitu yaa, emang seneng main belanja-belanjaan.
Jadi biar makin bermanfaat, ya diajarkan sekalian saja cara menghitung total belanjaan kayak gini serta cara menghitung uang kembalian xp
Lego Build & Protect
Kalau yang ini sudah level anak membangun kota dan mendapatkan penghasilan dari setiap gedung yang beroperasi.
Karena sudah lebih kompleks, maka memang cocoknya untuk anak yang lebih besar lagi. Anak pertama aku yang semangat banget dalam bermain games yang ini nih.
Dia sedang merencanakan sebuah “kota” dan mengatur bangunan apa saja yang ada di bagian mana supaya penghasilannya juga maksimal.
Intinya sih, games ini semacam mengenalkan anak kepada “bisnis”, ihihi. Seru dan anak jadi
Sebetulnya ada lebih banyak lagi games mengenai keuangan yang bisa dimainkan dan diperkenalkan ke anak dalam tujuan mengajarkan literasi keuangan kepada mereka.
Kalau aku jabarkan semua jadi kepanjangna banget deh ini, ihihi.
Kalian bisa coba sendiri ya di mortgage calculator, banyak banget pilihan gamesnya dan semuanya gratis, huhu.
Udahlah gratis, bermanfaat, kan favorit banget ya buibuuu 😀
Sudahkah Mengajarkan Literasi Keuangan kepada Anak?
Begitulah yaa ringkasan aku dalam mengajarkan literasi keuangan ini ke anak. Semoga sih beneran bermanfaat dan bisa menjadikan anak lebih baik dalam mengatur keuangannya kelak.
Kalian sendiri, sudah mengajarkan literasi keuangan kepada anak sejak mereka umur berapa nih?