Iyes, di liburan sekolah lalu, aku sempat mengajak anak-anak untuk ikutan tur di Museum Nasional. Aku sebut “tur” karena kami memang ke Museum Nasional bersama @jktgoodguide, sehingga selama berkeliling museum akan ada guide yang memandu kami.
Sebetulnya sih, beberapa minggu sebelumnya aku sempet “survey” juga ke Museum Nasional ini sama bubu Dita dan mbak Chichie, ikutan Jakarta Good Guide juga, ahaha.
Tapi kala itu aku gak berkesempatan untuk masuk ke ruang imersifA karena jadwalnya yang belum cocok.

Aku takut kesiangan sehingga gak bisa jemput Nara pulang sekolah tepat waktu. Tapi kalau memilih yang agak pagi, aku takut tur bareng JGGnya belum selesai. Jadi ya begitu lah, ahaha.
Aku yang Antusias Mengajak Anak ke Museum Nasional
Nah, pas liburan sekolah, kok kayanya seru yaa kalau mengajak anak ke Museum Nasional ini lalu masuk ke ruang imersifA-nya.
Kemudian, lihat di Instagram, @jktgoodguide juga membuka kesempatan untuk kids walking tour gitu ke sini. Ah, yasudah, sekalian saja deh aku ajak anak-anak ikutan turnya lalu membeli tiket imersifA dengan jadwal yang menyesuaikan.
Beneran aku sih yang antusias mengajak mereka ke Museum Nasional ini. Soalnya pengalaman sebelumnya ikutan JGG ke sini ya cukup menyenangkan. Aku bisa tes kesukuan juga di Paras Nusantara.

Jadi sebetulnya tujuan aku tuh ada 3 mengajak anak-anak ke sini. Pertama untuk menunjukkan ada berbagai koleksi di Museum Nasional yang memiliki jejak sejarah Indonesia.
Kedua untuk mengajak mereka ke ruang imersifA (sekalian aku juga yang belum pernah jadi masih penasaran, ahaha). Lalu yang ketiga, aku ingin mereka ikut seru-seruan di paras Nusantara.
Walaupun satu tujuan terakhir gak terpenuhi, tapi kunjungan kami sudah lumayan menyenangkan. Anak-anak malah mendapat hadiah yang cukup menarik dari guide JGG yang memandu tur hari itu.
Lokasi Museum Nasional
Kebetulan, kami sekeluarga ke Museum Nasional ini juga naik angkutan umum. Berhubung tempatnya memang mudah dijangkau dengan angkutan umum yakan, jadi gak ada salahnya deh sekalian “ngebolang” bareng anak-anak, hehe.
Dari Depok, kami naik kereta sampai stasiun Juanda, kemudian dilanjutkan dengan TransJakarta sampai tepat di depan Museum Nasional ini, tepatnya di halte Monumen Nasional a.k.a. Monas.

Jadi kami gak perlu berjalan cukup jauh, hanya menyeberang saja dari halte TransJakarta menuju pintu masuk Museum Nasional, yang jaraknya paling hanya sekitar 10 meteran.
Lokasi Museum Nasional ini memang berada di pusat Jakarta yang angkutan umumnya lumayan sudah baik dan terintegrasi. Alamat lengkapnya ada di Jl. Medan Merdeka Barat No.12, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110.
Persis di seberang Monas sih, jadi mudah ya patokannya kalau ke sini tuh.
Harga Tiket dan Jadwal Operasional
Nah, kalau ikutan walking tour kayak kami gini, biayanya itu pay as you wish ya, jadi seikhlasnya saja. Biasanya juga seusai tur barulah kami diminta untuk membayar melalui QRIS yang disediakan oleh mereka.
Karena itulah, tiket masuk ke museumnya juga harus bayar sendiri dan kalau bisa sih dibeli sebelum tur berlangsung.

Berhubung aku sudah berniat untuk masuk ke ruang imersifA juga, jadi aku sudah membeli tiket sehari (apa 2 hari ya? aku lupa) sebelum waktu kunjungan kami. Turnya dimulai sejak jam 9 pagi sampai selesai, tapi biasanya sih berlangsung selama 2 sampai 2,5 jam ya.
Jadilah aku beli tiket imersifA di sekitar jam 13, supaya ada waktu untuk kami makan siang juga gitu seusai walking tour.
Harga tiket Museum Nasionalnya sebesar Rp25.000 untuk dewasa dan Rp15.000 untuk anak-anak ya (12 tahun ke bawah).
Nah, tiket ruang imersifAnya beda lagi, yaitu sebesar Rp35.000 per orang (anak-anak pun segini).
Jadi kalau kamu mau ke Museum Nasional dan berkunjung ke ruang imersifA juga, siapkan biaya sekitar Rp60.000 ya 😉
Ringkasan tiket masuk Museum Nasional Indonesia:
- Dewasa domestik: Rp25.000
- Anak-anak domestik: Rp15.000
- Turis asing: Rp25.000–50.000
Ruang ImersifA: Rp35.000 per orang (harus beli online untuk memilih jam masuk sesuai jadwal)
Jam operasional Museum Nasional Indonesia:
- Selasa–Kamis: 08.00–16.00 WIB
- Jumat–Minggu: 08.00–20.00 WIB
- Tutup setiap Senin dan hari libur nasional
Asal-usul Nama “Museum Gajah”
Oiya, Museum Nasional ini juga disebut sebagai Museum Gajah. Hal itu dikarenakan adanya patung perunggu yang berbentuk gajah yang berdiri tepat di depan pintu museum ini.

Gajah tersebut rupanya hadiah dari raja dari Kerajaan Siam (sekarang Thailand), yaitu Chulalongkorn (Rama V) saat berkunjung di tahun 1871. Hal ini bukti bahwa hubungan Hindia Belanda (kala itu belum ada Indonesia) dan Kerajaan Siam memang sangat baik.
Hadiah tersebut diberikan karena kepuasan raja Chulalongkorn akan penyambutannya di Hindia Belanda.
Juga sebagai bentuk tanda terima kasih juga karena 2 tahun sebelumnya, tahun 1869, saat beliau berkunjung ke Hindia Belanda (tepatnya ke Borobudur), Hindia Belanda memberikan beberapa arcanya untuk dibawa ke Kerajaan Siam.
Sampai saat ini beberapa arca tersebut juga tersimpan di Museum Nasional Bangkok lho.
Keliling Museum Nasional Bersama Guide dari @jktgoodguide
Enaknya ikutan walking tour kayak gini, kita berkunjung ke museum jadi gak hanya melihat-lihat saja, tapi tau sejarah dan kisah-kisah dari koleksi yang dipamerkan.
Waktu pertama kami ke sini, aku jadi tau sejarah patung gajah yang berdiri di depan museum ini sampai museum ini dikenal juga sebagai Museum Gajah.
Selain itu, aku jadi tau juga sejarah dewa-dewa yang arcanya tersimpan di museum ini, beberapanya adalah Ganesha, dewa Shiva, bahkan Bhairawa Buddha yang baru aku lihat di sini.


Berikutnya saat ikutan walking tour bersama anak-anak dengan guide yang berbeda, kami jadi tau sejarah lainnya lagi. Kali ini lebih berat ke sisi sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara.
Walaupun anak-anak yang diceritakan, yang antusias malah orangtuanya. Soalnya kami jadi tau oh, ternyata perebutan kekuasaan sejak dulu memanglah ada.
Kisahnya memang bermacam dan gak disangka, tapi intinya sama, ya perebutan kekuasaan.
Mendapat Oleh-oleh dari Walking Tour
Oiya, kalau mengikuti walking tour bersama JGG ini, biasanya di akhir sesi akan ada sedikit games untuk kita. Aku 2x mendapat kartu pos yang bergambar tentang Jakarta.
Nah, tidak terkecuali juga untuk kids walking tour kemarin. Anak-anak juga mendapat games serupa yang berhadiah kartu pos ataupun pembatas buku.


Namun, sedikit berbeda dengan walking tour biasanya, kali ini guide-nya sengaja memberi pertanyaan yang sangat mudah sehingga semua anak bisa menjawab pertanyaan dari mereka.
Makanya, akhirnya semua anak mendapatkan hadiah kecil deh, ahaha. Kebetulan anak-anak aku memilih untuk mendapat pembatas buku semua. Lucu-lucu yaa gambarnya 😀
Koleksi Museum Nasional
Sepanjang mengikuti walking tour, kami diajak berkeliling hampir ke semua bagian Museum Nasional. Museum Nasional Indonesia ini kan terdiri dari 2 gedung ya, nah, perjalanan dimulai dari pintu depan yang berada di gedung A.
Gedung A ini berisi beberapa koleksi arca yang menampilkan kisah pada zaman Hindu-Buddha serta ruang imersifA. Sedangkan gedung B berisi lebih banyak tentang eksibisi yang dibagi berdasarkan tema.
Ada mengenai tema perempuan, sejarah asal usul Islam di Nusantara, dan masih banyak lagi.

Oiya, kalau dilihat dari fasadnya ya, gedung B itu merupakan imitasi dari gedung A, sehingga terlihat sama. Gedung A memang dibangun lebih dulu, maka dari itu masih memiliki desain asli.
Sedangkan Gedung B memiliki desain yang lebih modern. Bahkan sekarang saja baru dibuka jalan penghubung gedung A dan gedung B yang lumayan megah. Sampai terasa seperti museum di luar negeri.

Koleksi Arca – Zaman Hindu – Buddha
Perjalanan memang dimulai dari gedung A yang menampilkan banyak koleksi arca. Di sinilah guide mulai bercerita mengenai asal usul dewa Ganesha sampai filosofi bentuk gajah yang dimiliki oleh Ganesha itu sendiri.
- Kepala Gajah: Melambangkan kecerdasan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk mengatasi rintangan.
- Perut Buncit: Melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan.
- Tangan: Tangan Ganesha memegang berbagai macam benda, kapak untuk perlindungan, tasbih yang melambangkan sisi religius, dan mangkuk berisi makanan yang melambangkan siap menampung pengetahuan.


Selain Ganesha, tentu terdapat arca-arca lain yang coba dijelaskan oleh guide satu per satu. Memang tidak semua koleksi ya bisa dijelaskan, karena bakal memakan waktu lama.
Tapi, koleksi yang dijelaskan oleh guide sudah cukup mewakili baik dari sejarah dewa-dewa Hindu, maupun sejarah kerajaan Indonesia itu sendiri kok.
Arca-arca yang masih aku ingat ada di sana adalah:
- Arca Siwa Mahadewa, Agastya dan Brahma
- Arca Bhairawa dari Sumatera Barat yang paling besar dan menggambarkan kekejaman
- Arca Nandi, binatang tunggangan dewa Siva
Manusia Purba dan Fosil di Indonesia
Setelah puas mendengar kisah zaman Hindu-Buddha, kami kemudian lanjut diajak melihat penemuan manusia purba di Indonesia. Ternyata, 50% fosil homo erectus itu ditemukan di Indonesia lho.
Di sini terdapat fosil beberapa manusia purba dan juga beberapa hewan pada zamannya. Juga terdapat ruang media visual yang menceritakan ciri-ciri manusia purba.


Jejak Perempuan Indonesia
Kami lalu lanjut ke bagian “Sunting” – Jejak Perempuan Indonesia yang berisikan kisah pahlawan-pahlawan perempuan dari Indonesia.


Pengetahuan kita mengenai pahlawan perempuan akan jadi lebih luas lagi di sini. Karena ternyata cukup banyak perempuan yang berperan penting di negara Indonesia ini lho.
Pengunjung disuguhkan dengan banyak sekali tampilan pahwalan perempuan lengkap dengan sejarah, perannya dalam mendukung kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan, serta barang-barang peninggalannya.
Sejarah Islam di Indonesia
Begitu naik ke lantai atas lagi, kita akan mendapati bagian sejarah perkembangan Islam di Indonesia, yang bertajuk Misykat: Cahaya Peradaban Islam Indonesia.
Pameran ini berlangsung sejak 26 Maret 2025 dan menyuguhkan jejak panjang sejarah Islam di Nusantara selama lebih dari 1.000 tahun

Koleksi yang Dipamerkan
Dalam pameran tersebut, ada beragam artefak menarik:
Koin-koin kuno, alat tukar yang memperlihatkan aspek ekonomi dan penyebaran Islam lewat perdagangan
Tembikar, keramik, dan karya seni Islam, termasuk wayang dengan tema Wali Songo, keris, penutup kepala, kain tradisional, alat musik, hingga lukisan modern bertema Islam.
Mushaf Al-Qur’an tulisan tangan sebagaimana ditemukan dalam berbagai musaf Nusantara. Juga ditampilkan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Salah satu yang bikin anak-anak takjub adalah Al-Qur’an yang ditulis dalam SATU lembar panjang yang dipamerkan di salah satu sudutnya.

Paras Nusantara
Sayang, waktu aku mengajak anak-anak ke Museum Nasional, kami gak sempat ke bagian Paras Nusantara ini untuk menguji wajah kami masing-masing.
Untungnya di kedatangan aku sebelumnya, aku sempat mencoba ini sih. Jadi lumayan lah ya, hehe.

Tapi gak kebayang sih kalau waktu itu kami juga mencoba ini. Kayanya bakal ikut antrian panjang dan bisa sampai sore banget kami pulangnya.
Lha wong waktu kunjungan aku yang di hari biasa saja terdapat antrian yang juga cukup panjang, apalagi kalau dihari libur itu ya, ahaha.
Anw, setelah dipindai, wajah kita akan diproses lalu beberapa saat kemudian akan muncul hasil berupa perbandingan wajah berdasarkan kecocokan dengan 78 lukisan karya Raden Pirngadie.
Muncul lah informasi dari suku mana kita berasal dari pindaian wajah tersebut, yang kemudian disatukan dengan lukisannya untuk membentuk wajah kita berdasarkan suku tersebut.


Sayang, pas aku coba hasilnya malah melenceng jauh. Padahal aku tuh kan dari Jawa ya, tapi hasilnya malah dari suku Dayak, wahaha. Tapi gapapa, tetap aku cetak saja hasilnya dengan tambahan biaya Rp10.000. 😀
Masuk ke Ruang Immersifa
Nah, ini salah satu spot favorit aku dan anak-anak: Ruang ImersifA alias Immersive Room. Untuk masuk ke sini, ada biaya tambahan sekitar Rp35.000 per orang seperti sudah aku sebutkan di atas ya.
Tiketnya harus dibeli online dan kita bisa pilih jam masuk, jadi nggak bisa asal datang dan masuk begitu saja.
Pertunjukannya sendiri berlangsung selama 15 menit dan menampilkan animasi serta visual spektakuler yang menceritakan budaya dan sejarah Nusantara dengan cara modern.
Anak-anak, bahkan aku sendiri tidak henti-hentinya berdecak kagum, karena visualnya memenuhi seluruh ruangan.
Setelah itu, ada waktu 15 menit khusus untuk foto-foto. Siapkan kamera atau hp terbaiknya ya, pastikan settingannya cocok untuk indoor yang cukup gelap 😉



Kalau kalian mau ke sini pas musim liburan, aku saranin beli tiket Ruang ImersifA jauh-jauh hari supaya nggak kehabisan slot.
Soalnya aku pernah mau membeli tiket imersifA ini H-1, tapi ya sudah penuh semua slot di hari yang aku inginkan. Coba sejak seminggu sebelum tanggal kedatangan saja untuk mencari jadwal ruang imersifA yang kira-kira diinginkan 🙂
Fasilitas Mushola, Kantin, dan Playground yang Melengkapi Kenyamanan
Berhubung kami memang berniat agak seharian di sini ya, maksudnya setelah ikutan walking tour, kan kami mau ke ruang imersifA itu kan, jadi memang berniat makan siang di sini.
Awalnya memang mau makan di kantin museum saja yang terletak di lantai B1, dekat dengan mushola dan playground anak. Namun aku janjian dengan teman di tempat lain yang masih dekat dengan museum, jadi kami gak sempat makan di kantin sini.

Tapi setelah janjian, kami sholat di mushola museum. Musholanya terletak di lantai B1, tepatnya di ruang parkir mobil. Walaupun begitu, lumayan nyaman dan lega sih untuk sholat.
Nah, saat mau sholat ini lah kami melewati kantin museum yang cukup ramai. Aku lihat sih lumayan ya, ada makanan berat juga yang dijual di sini. Jadi memang bisa banget untuk makan siang sebetulnya.
Kami akhirnya membeli es krim di kantin ini untuk dinikmati sebentar sebelum lanjut pulang.
Playground
Sebetulnya saat menuju mushola dan melewati kantin, kami melihat ada ruangan playground. Namun, sayang waktu kami intip, ruangan ini sepertinya belum dibuka. Mungkin masih belum sepenuhnya jadi ya, sehingga belum dibuka.
Tapi dari mengintip sedikit sih, ruangan playgroundnya lumayan. Jadi anak-anak yang sudah agak lelah mengelilingi museum bisa terhibur sebentar di ruang playground ini.
Ticket Box di B1

Saat kami menuju mushola yang terletak di parkiran, kami juga melihat ticket box lain yang mengakomodir pengunjung yang masuk langsung dari tempat parkir ini.
Sebelum keluar di pintu B1, kami memang melewati gate ticketing juga sih, jadi stasusnya memang harus keluar sebentar. Tapi kami bisa masuk kembali kok, karena memang sudah menginfokan ke security kalau kami hanya mau sholat saja.
Ramah untuk stroller dan kursi roda

Poin penting lainnya yang aku amati adalah adanya kursi roda di bagian pintu masuk. Sepertinya yang membutuhkan bisa meminjam di sini ya.
Di dalam memang lahannya juga cukup stroller dan wheelchair friendly sih. Soalnya walaupun beberapa kali ada tangga, tapi tersedia ramp juga untuk jalur kursi roda ini. Jadi aman banget nih untuk lansia dan balita 😉
Museum Nasional Cocok untuk Liburan Keluarga

Buatku, Museum Nasional adalah paket lengkap: edukatif, interaktif, dan terjangkau. Anak-anak bisa belajar sejarah tanpa bosan, orang tua bisa nostalgia dan menambah wawasan, plus ada pengalaman unik seperti Ruang Imersif dan Paras Nusantara yang menambah keunikan museum ini.
Bisa dibilang, Museum Nasional adalah tempat di mana masa lalu bertemu masa depan. Dari koleksi prasejarah sampai teknologi imersif modern, semuanya dikemas untuk membuat kita lebih menghargai sejarah Indonesia.
Buat kalian yang belum pernah ke sini, coba deh masukkan Museum Nasional ke daftar liburan keluarga berikutnya. Percaya deh, pengalaman yang kalian dapat bakal jauh dari kata membosankan.