Salah satu resolusi keluarga kami, saya dan Ilman, adalah untuk bisa belajar lebih banyak lagi di tahun ini. Bukan tahun ini aja sih sebetulnya, tapi dari tahun lalu dan sampai tahun-tahun mendatang pun pasti ada 1 hal ini dalam resolusi kami. Untuk kemudian dievaluasi lagi tiap akhir tahun, sebanyak apa kami tahun itu belajar dan belajar hal apa saja.
Baca juga: Resolusi Keluarga 2017
Alhamdulillah awal tahun ini saya punya kesempatan untuk bisa belajar lebih banyak lagi tentang Ibu Profesional, yang sebetulnya pernah saya ikuti beberapa tahun lalu melalui kuliah onlinenya. Tapi sayang ada 1 hal yang masih belum ada saat itu, yaitu kekonsistenan serta komitmen yang kuat untuk selalu mengikuti setiap tahapan kuliah onlinenya. Jadilah sekarang begitu ada kuliah via WhatsApp, tanpa pikir panjang lagi saya ikutan. Yang insyaAllah sudah diniatkan untuk bisa lebih berkomitmen dan sabar mengikuti tahapan perkuliahannya 🙂
Nah, di kuliah itu, Matrikulasi Institut Ibu Profesional namanya, setiap minggu akan ada semacam pekerjaan rumah yang disebut “Nice HomeWork” dan disingkat NHW. NHW ini yang nantinya dijadikan syarat kelulusan. Hihihi, ada lulus-lulusan segala, karena namanya kuliah 😀 Plus supaya terlihat gitu kan komitmennya sekuat apa untuk mengikuti kuliah ini.
[youtube=https://www.youtube.com/watch?v=bgqJdS6s_fY]
NHW #1 Matrikulasi Institut Ibu Profesional
Di minggu pertama, topik yang dibahas adalah tentang “Adab Menuntut Ilmu” yang melahirkan tugas untuk pesertanya berupa pertanyaan:
1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini.
2. Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.
Menuntut ilmu adalah salah satu cara meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka carilah dengan cara-cara yang mulia
Terus, ngerjain tugasnya itu bisa di blog, seneng donk saya, karena bisa sekalian update blog juga ya kan? hehehe.
Okeh, jadi postingan ini ya jadi jawaban saya akan 4 pertanyaan di tugas minggu ini deh. 😉
1. Neuropsikologi
Ada yang udah pernah denger lah ya pasti ini apa, hehe. Kalaupun belum pernah, bisa ditebak-tebak sendiri sih ya dari namanya, Neuropsikologi, which is gabungan dari “neuro” dan “psikologi”. Terus, jadi artinya apaa? Artinya, neuropsikologi itu adalah ilmu yang mempelajari hubungan otak dan perilaku manusia. Bahwa sesungguhnya segala hal yang kita lakukan dan kita kerjakan itu semua bergantung pada otak. Serta otak bisa dipengaruhi oleh perilaku yang kita terima.
Sejak baca buku “Brain Child” karya Tony Buzan beberapa tahun lalu, yaah begitu Naia lahir kayaknya sih, tahun 2012an, saya jadi sangat-sangat tertarik dengan kinerja otak kita sesungguhnya. Bahwa sebetulnya kita lahir sudah dengan potensi jaringan otak yang melimpah dan sangat mudah untuk dikembangkan, juga sangat mudah untuk dihancurkan.
Kenapa mudah untuk dihancurkan juga? Ini berhubungan dengan perilaku orangtua ke anak sih. Saya juga percayaaa banget banget banget kalau pola asuh adalah salah satu faktor terkuat pembentuk karakter dan kepribadian anak, serta kecerdasan mereka. Nah, pola asuh yang salah ini deh yang bisa menghancurkan atau membuat jaringan otak anak kita jadi kurang maksimal.
Jadi, anak itu lahir dengan otak yang sangat menakjubkan. Mereka bisa belajar dengan sangat cepat, ya selama 2 tahun aja mereka mengembangkan kemampuan yang buanyaak banget kan? Dari yang gak bisa apa-apa, sampai akhirnya bisa berjalan, berbicara, makan, pakai baju, dan sebagainya yang bisa dilakukan oleh anak 2 tahun lah ya. Bahkan kalau kita ajarkan mereka untuk membaca sedini mungkin, mereka bisa dengan cepat menyerap itu, dan bisa membaca di umur 2 tahun. Sama kayak yang bu Septi lakukan ke anak-anaknya untuk mengajarkan mereka membaca dan terbukti bisa diserap dengan cepat dan bisa lancar di umur yang dini.
Iya sih banyak yang bilang gak bagus sebelum umur yang sesuai untuk diajarkan calistung. Mereka butuh kesiapan mental dulu untuk baru kemudian bisa diajarkan calistung itu. Tapi, saya itu percayanya asal menggunakan metode yang menyenangkan dan pola asuh yang baik juga, kita bisa mengajarkan kesiapan mental sekaligus pengetahuan-pengetahuan lain ke anak. Hal ini berhubungan banget dengan otak mereka yang memang mengagumkan, sangat-sangat mengagumkan, sehingga mereka bisa menyerap apapun pelajaran yang kita berikan dan kita contohkan.
2. Otak dan Pola Asuh Saling Berhubungan
Perkembangan otak paling pesat di umur 0-2 tahun kan? Di umur 2 tahun itu, otak sudah berkembang sebanyak 60% loh, udah lebih dari setengahnya coba! Di umur 5 tahun, otak akan berkembang sebanyak 80%. Makanya usia anak 0-5 tahun itu disebut sebagai “Golden Age” kan? Karena ya itu tadi, perkembangan otaknya itu sangat pesat, apapun yang kita tanamkan, kita ajarkan, serta kita contohkan ya akan diserap dengan baik oleh mereka. Sampai dewasa ya kita hanya bisa menambah perkembangannya maksimal sampai 20% saja.
Walau sebetulnya otak juga sama ya karakteristiknya kayak otot yang bisa dilatih juga. Asal ada kemauan yang kuat, belajar apapun sampai kapanpun sangat memungkinkan. Makanya saya juga jadi optimis untuk suatu saat bisa serius terjun ke bidang Neuropsikologi ini dan bisa menularkan semangat mengubah masa depan melalui anak-anak kita ke orangtua-orangtua lain atau calon-calon orangtua.
Baca juga: Pilih-pilih Pujian ke Anak
Oiya, saya meyakini banget kalau salah satu hal yang bisa mengubah masa depan jadi lebih baik itu adalah dalam hal psikologi. Karena apa? Karena kalau saja para orangtua melakukan pola asuh yang baik terhadap anak-anak mereka, insyaAllah anak-anak mereka akan tumbuh jadi anak yang berkarakter kuat dan sangat bisa diandalkan dalam bidang apapun. Dengan begitu generasi mendatang akan selalu menjadi generasi yang lebih hebat dari generasi sebelumnya.
Ah iya, salah satu hal yang bikin saya yakin juga kalau otak dan pola asuh itu saling berhubungan adalah saat membaca-baca mengenai apa yang terjadi pada otak saat mereka tantrum. Juga membaca apa pengaruh teriakan terhadap otak yang ternyata bisa memutuskan jaringan antar neuron. Segitu pentingnya menjaga kecemerlangan otak anak melalui pola asuh, juga segitu pentingnya mengetahui otaklah yang mengatur segala emosi yang dikeluarkan serta karakter yang dimiliki.
Baca juga: [Parenting] Infografis Tantrum
3. “Selesai” dengan Anak Terlebih Dahulu
Untuk bisa serius dan mendalami Neuropsikologi ini, saya harus “selesai” dulu dengan anak-anak baru saya akan kuliah di jurusan yang sesuai. Maksudnya selesai adalah saya ingin fokus mendidik mereka dulu sampai mereka bisa dilepas dan bisa mandiri. Kenapa gak sekarang sambil mendidik anak juga? Karena yang saya alami dari dulu itu, saya orangnya gak bisa fokus di 2 hal sekaligus (dalam hal ini mendidik anak dan kuliah), hampir pasti salah satunya terbengkalai. Atau yang paling kacau, malah 2-2nya terbengkalai. Kan gawat, anak belum bisa mandiri di waktu yang seharusnya, belajar Neuropsikologi pun gagal T_T. InsyaAllah saat waktunya udah tepat, saya bisa melesat belajar Neuropsikologi ini! Belajar itu bertahap juga kan 😉
4. Kuliah Agar Ilmunya Bisa Dipertanggungjawabkan
Terus kenapa harus melalui jalur kuliah? Karena saya mau bisa membagi lagi ilmu tersebut serta mempertanggungjawabkan ilmu yang saya dapatkan dengan memastikan sumber yang jelas akan ilmu tersebut. Selain itu, saya juga harus ikhlas kalau belum bisa sekarang saya kuliah laginya. Yaa kayak yang udah saya bilang di atas itu tadi, saya mau “selesai” dulu dengan anak-anak. Walau gak akan pernah selesai lah ya pasti, namanya ibu, ya seumur hidup akan selalu jadi pembimbing dan contoh untuk anak-anaknya. Nah, dengan konsep “contoh” itu juga deh saya mau mencontohkan ke anak-anak kalau belajar itu seumur hidup dan bisa dari mana saja. Serta kita bisa selalu mempelajari ilmu baru berapapun usia kita 🙂
Selain itu, hal yang harus saya lakukan lagi adalah dengan memperkuat komitmen serta menjadi gelas kosong. Saya itu suka jadi sotoy deh kalo baru tau permukaan ilmu. Kadang baru tau 1 atau 2 hal di ilmu apaaa gitu, udah ngerasa tau semuanya dan udah sok nasehatin serta ngajarin orang. Ngajarin sih gapapa ya untuk memperdalam konsep dan memperkuat akan ilmu tersebut. Ya asal gak jadi sok paling tau aja, harus bisa belajar juga dari siapapun dan harus bisa menghargai siapapun yang bisa memberi saya ilmu. 🙂
Masih butuh belajar tentang ilmu padi lagi nih yang makin berisi makin merunduk. xp
Okeh, kayaknya cukup segitu sih. InsyaAllah NHW #2 bisa dikerjakan lebih awal dari NHW #1 ini. Semangat belajar! ^_^
Ti, blum ada cerita Yogyaaa yaa..
Oh iya postingannya menarik deh ini. Aku jd inget beresin ketidakkonsistenan diri nih, utk parenting 2017 ?
Share terus yaa ti
iyaaa, belom ada, belom sempet-sempet ngetiknya. udah jadi 1 masih di draft belum ada foto-fotonya, hehe