Naia’s Update

Selain sudah resmi bisa jalan, dia sekarang udah banyak banget lho ngocehnya. Walaupun gak sejelas anak tetangga sih ngocehnya, tapi tetep aja anak sendiri paling lucu! 😛

Jadi, anak tetangga itu seusia Naia, belum bisa jalan, tapi ngomongnya itu loh, udah hampir faseh *halah*. Tapi Naia itu emang gak suka ngomong yang ngikutin kata-kata orang, tapi dia lebih ke ngoceh-ngoceh atau nyanyi-nyanyi sendiri aja. Nah, anak tetangga bisa ngikutin kata-kata orang, dan nyarisss sama, yaa cadel-cadelnya anak kecil laah.

Balik lagi ke Naia. Si Naia kalo nemu bukunya dia, suka langsung dibuka di halaman random dan langsung ngoceh-ngoceh dan setelah itu tertawa sambil melihat saya, hihihi. Gayanya itu kaya nunjukin kalau dia sedang menceritakan sesuatu ke saya dan melihat respon saya sambil tertawa lucu.

Dan Naia sekarang sudah dengan pasti mengerti perkataan orang.! Contohnya apa? Kalau saya misalnya bilang “makan yuuk Naia, Naia duduk yaa tapinya”, dia langsung menuju kursi makannya.

Berikutnya lagi, kalau dia nemu sampah di tengah jalan, dia langsung nunjukin ke saya atau papanya lalu kita bilang “apa itu? sampah ya? buang yuk di tempat sampah”, dia langsung menuju dapur rumah.! Iya, walaupun dia di luar rumah, dia akan jalan ke dapur rumah untuk membuang sampah di tempat sampah kita, hihi.

Terus lagi, kalau kita bilang “tiger dimana yaa?” *tiger itu nama mainannya*, dia langsung nunjuk2 dan dengan tampang bingung sambil nengok-nengok atau nyari di sekitar rumah. Begitu juga dengan gulingnya. Kalau sudah mau tidur, kita bilang “gulingnya mana?” dia menunjuk ke arah guling kecilnya dan disamperin untuk akhirnya dimainin di kakinya, haha.

Oiya, tandanya dia mengerti perkataan kita juga terlihat dari kalau kita tanya ke dia “kepala mana kepala?” atau “kaki mana kaki?”, dia akan langsung menunjuk kepala atau kakinya. Begitu juga dengan anggota tubuh yang lainnya sih, tapi ya belum semua, baru sedikit 😀

Punya anak itu bener-bener pencerah hati yah, penyejuk mata ^^

Naia Resmi Bisa Jalan

14 bulan sudah umur Naia sekarang, dan dia sudah RESMI bisa jalan.!!. Hore (^_^)/

Kira-kira sudah 1 minggu ini sih Naia resmi bisa jalan, masih lucu, jalannya masih doyong-doyong gitu 😛 Tapi sebenernya udah dari umur 8 bulan dia mulai rembetan ke dinding, lha wong 7 bulan aja udah belagu mulai berdiri-berdiri berpegangan. Tapi kok ya proses menuju bisa jalannya lama yak, hahaha. Gapapa donk, yang penting sehat dan sekarang resmi bisa jalan.

Hihihi, ya ampun, saking senengnya saya, saya ulang kata resmi sampai 3 kali 😛

Jadi, di umur 7 bulan itu dia udah mulai berdiri berpegangan kursi makannya. Waktu pertama kali dia berdiri itu saya panik, takut dia jatuh. Saya perhatikan saja sambil tetap menjaganya kalau-kalau jatuh. Ternyata dia bisa, dan malah melet-melet ke arah saya kaya ngeledek 😛

Nah, kejadian itu bikin saya berpikir “wah, jalannya kemungkinan bisa cepet nih”. Mama saya bilang saya bisa jalan di umur 9 bulan *cepet banget yak*, dan mamah mertua bilang suami saya bisa jalan di umur 1 tahun, jadi yaa, dilihat dari sejarah saya dan kejadian itu, saya jadi bener-bener ngarep.

Dan di umur 8 menuju 9 bulan bener-bener bikin harapan saya jadi lebih besar lagi. Soalnya, Naia udah mulai merembet jalan berpegangan di tembok atau meja. Udah gitu suka dorong-dorong kursi atau mainannya yang bisa jalan. Wuiih.

Tapi… bulan 9… bulan 10… bulan 11… bulan 12… tetap saja rembetan, hihihi. Etapi saya juga bukan orang yang maksa anak bisa jalan cepet kok, saya percaya setiap anak punya perkembangan yang beda-beda karena mereka unik! 😀

Yasudah, kita tunggu saja sampai Naia benar-benar siap untuk bisa jalan sendiri. Daaan, akhirnyaa bisa jalan juga, hehe. Awalnya, dia itu bernafsu banget untuk nyuapin saya *yap, dia hobi nyuapin makanan ke orang* :P. Saya mundur-mundur, dia tetap melangkah. Sampai akhirnya saya pikir cukup, saya berhenti dan saya cium karena kebaikan hatinya dan karena usahanya untuk jalan.

Dan, setelah itu Naia semakin berani untuk melangkah lebih banyak dan lebih banyak lagi sampai akhirnya saya nyatakan dia resmi bisa jalan *walaupun masih doyong, hahaha*

Kemuliaan Istri

a) “Sekali suami minum air yang disediakan oleh isterinya adalah lebih baik dari berpuasa setahun”.

b) “Makanan yang disediakan oleh isteri kepada suaminya lebih baik dari isteri itu mengerjakan haji dan umrah”

c) “Mandi junub si isteri disebabkan jimak oleh suaminya lebih baik baginya daripada mengorbankan 1,000 ekor kambing sebagai sedekah kepada fakir miskin”.

d) “Apabila isteri hamil ia dicatitkan sebagai seorang syahid dan khidmat kepada suaminya sebagai jihad”.

e) “Pemeliharaan yang baik terhadap anak-anak adalah menjadi benteng neraka, pandangan yang baik dan harmonis terhadap suami adalah menjadi tasbih (zikir)”.

f ) “Tidak akan putus ganjaran dari Allah kepada seorang isteri yang siang dan malamnya menggembirakan suaminya”.

g) “Apabila meninggal dunia seorang dan suaminya redha, nescaya ia dimasukkan ke dalam syurga”. (Hadis Riwayat Tarmizi)

h) “Seseorang wanita apabila ia mengerjakan sembahyang yng difardhukan ke atasnya, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kehormatan dirinya dan taat kepada suaminya maka berhaklah ia masuk syurga dari mana-mana pintu yang ia suka”. (Hadis riwayat Anas Bin Malik)

Dapet dari page facebook https://www.facebook.com/DistroHijabModern

Poin g menunjukkan betapa mudahntya masuk surga bagi para wanita, melalui ridho suami. Jadi untuk yang sudah menikah, ridho suami adalah segalanya deh 😀

Masalah Rizky

Bukan, postingan ini bukan postingan saya norak baru dapet rezeki, sama sekali bukan. Tapi, saya benar-benar kembali diingatkan kalau rezeki itu ya rahasia Allah, sama seperti jodoh dan kematian.

harta

Bangun pagi-pagi, blogwalking kemana-mana lalu tanpa sengaja menuju blog http://hanadoank.wordpress.com/ dan langsung terpaku dengan postingan paling atas.

Mungkin kau tak tahu di mana rizqimu. Tapi rizqimu tahu di mana engkau. Dari langit, laut, gunung, & lembah; Rabb memerintahkannya menujumu.

Allah berjanji menjamin rizqimu. Maka melalaikan ketaatan padaNya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminNya adalah kekeliruan berganda.

Tugas kita bukan mengkhawatiri rizqi atau bermuluk cita memiliki; melainkan menyiapkan jawaban “Dari Mana” & “Untuk Apa” atas tiap karunia.

Betapa banyak orang bercita menggenggam dunia; dia alpa bahwa hakikat rizqi bukanlah yang tertulis dalam angka; tapi apa yang dinikmatinya.

Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya; demi angka simpanan gaji yang mungkin esok pagi ditinggalkannya mati.

Maka amat keliru jika bekerja dimaknai mentawakkalkan rizqi pada perbuatan kita. Bekerja itu bagian dari ibadah. Sedang rizqi itu urusanNya.

Kita bekerja tuk bersyukur, menegakkan taat, & berbagi manfaat. Tapi rizqi tak selalu terletak di pekerjaan kita; Allah taruh sekehendakNya.

Bukankah Hajar berlari 7x bolak-balik dari Shafa ke Marwa; tapi Zam-zam justru terbit di kaki bayinya? Ikhtiar itu laku. Rizqi itu kejutan.

Ia kejutan tuk disyukuri hamba bertaqwa; datang dari arah tak terduga. Tugasnya cuma menempuh jalan halal; Allah lah yang melimpahkan bekal.

Sekali lagi; yang terpenting di tiap kali kita meminta & Allah memberi karunia; jaga sikap saat menjemputnya & jawab soalanNya, “Buat apa?”

Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia; lupa bahwa semua hanya “hak pakai” yang halalnya akan dihisab & haramnya akan di’adzab.

Banyak yang mencampakkan keikhlasan ‘amal demi tambahan harta dikata tuk bantu sesama; lupa bahwa ‘ibadah apapun semata atas pertolonganNya.

Inilah hidup kita; Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in; kita mengibadahiNya & memohon pertolonganNya agar mampu menyempurnakan ibadah padaNya.

Dengan itu kita mohon “Ihdinash Shirathal Mustaqim”; petunjuk ke jalan orang nan diberi nikmat ikhlas di dunia & nikmat ridhaNya di akhirat.

Maka segala puji bagi Allah; hanya dengan nikmatNya-lah menjadi sempurna semua kebajikan.

Salim A. Fillah

Pernah seorang sahabat memberi saya buku yang dikarang oleh Salim A. Fillah juga, “Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim” judulnya. Saat itu saya sedang galau dengan keadaan diri.  Saat itu saya seperti kembali mencari jati diri. Siapa saya? Saya hidup untuk apa? Siapa jodoh saya?.

Iya, saat itu saya memang sangat galau masalah jodoh. Bukan karena saya sudah terlalu tua untuk bisa menikah ~saat itu saya baru berumur 22 tahun~, hanya saja saya sedang patah hati dan terlalu berharap kepada manusia. Padahal seperti yang selalu saya baca dan dengar, berharap kepada manusia, kepada sesuatu  yang tidak kekal hanyalah membawa kegelisahan. Berharaplah pada Allah yang tidak akan pernah membuatmu sakit hati atau kecewa.

Buku dari sahabat itu seakan-akan mengingatkan saya kembali bahwa saya seorang muslim dan selayaknya seorang muslim, saya haruslah memberi manfaat.

Menjadi muslim adalah menjadi kain putih. Lalu Allah mencelupnya menjadi warna ketegasan, kesejukan, keceriaan, dan cinta, rahmat bagi semesta alam

Saya kembali memaknai kebermanfaatan diri, mencoba menjadi orang yang lebih baik dan hanya berharap padaNya. Maka, saat itu, tanpa saya sangka, Allah menghadirkan jodoh untuk saya. Seorang suami yang sangat saya kagumi dan cintai. Ya, Allah memberi suami dan keluarga agar kebermanfaatan saya sebagai muslim teruji dengan mengurus mereka, berjihad dalam keluarga.

Sekarang? Saya kembali galau akan masalah lain, masalah rizky. Melalui tulisan itu, saya kembali diingatkan bahwa rizky itu sudah diatur olehNya. Dan kembali Allah memberi pengajaran kepada diri ini untuk selalu yakin kepadaNya dan hanya bergantung padaNya.

Bismillah.

Suami yang “Family Man”

Oke, setiap kali saya merasakan sesuatu mengenai keluarga saya ~maksudnya tidak begitu bersyukur~, saya selalu langsung ditunjukkan bahwa masih banyak orang lain yang kehidupannya tidak lebih baik dari saya, bahkan mungkin keadaan saya jauh lebih baik darinya. Dan hal itu selalu berhasil membuat saya mensyukuri, bahkan lebih menghargai kembali apa yang saya punya.

Yang paling baru sih, saya itu orangnya gak sabaran kalau melihat suami tidur terus. Saya jadi orang yang memusuhi tidur kalau melihat dia begitu. Walhasil, saya kesal dan jadi kurang bersyukur punya suami seperti dia.

Nah, dalam keadaan saya yang begitu, saya langsung ditunjukkan kalau suami saya punya banyak kelebihan. Yaah, kelebihan itu juga jadi terlihat karena ditunjukkan olehNya lewat orang lain yang tidak merasakan itu. Contohnya, dia rela pulang siang demi menggantikan saya mengurus Naia ketika saya sedang sakit dan benar-benar tidak beranjak dari tempat tidur. Bahkan, keesokan harinya dia bolos kerja karena saya masih belum sembuh.

Pada waktu saya terkena baby blues, dia juga rela gak masuk kerja demi menemani saya di rumah mertua dan menenangkan diri saya. Keesokannya selama di kantor dia gak lupa menanyakan kabar, entah lewat sms, chatting, atau telpon. Dan sepulangnya dari kantor, dia memberikan kejutan yang membuat baby blues kemudian hilang. Huaah, yang ini benar-benar tidak terlupakan.

Hal lain lagi. Setiap pagi dia selalu mau memandikan Naia karena saya sedang masak untuk sarapan dan bekal makan siangnya nanti. Pokoknya itu sudah menjadi jadwal harian. Naia mandi pagi dimandikan papa, mandi sore sama mama. Nah, gak semua keluarga bisa seperti itu kan? Makanya, kalau saya rasakan lagi, itu benar-benar suatu kelebihan  yang dia punya dan saya harusnya mensyukuri banget nikmat itu.

Atau, kalau pagi hari saya sibuk mencuci, dia menggantikan saya untuk masak. Tapi gantian saya yang memandikan Naia jadinya. Hehehe 😀

Kalau malam hari saya terlalu lelah tapi Naia masih belum tidur, dia yang menggantikan saya memberi Naia makan plus mengajak bermain Naia sampai Naia tertidur.

Walaupun kita tidak memiliki “mba” untuk membantu, tapi dia sudah sangat meringankan beban saya dalam mengurus rumah dan Naia.

Alhamdulillah juga suami kerja di tempat yang agak bebas. Maksudnya bebas adalah waktunya gak terlalu ketat dan bisa ijin dengan mudah. Alhamdulillaaah banget. Lagipula tempatnya juga dekat dengan rumah kontrakan kami, 15 menit naik sepeda lah. Iya, suami juga naik sepeda kalau ke kantor, bike to work lah. Lumayan ngirit ongkos, hihihi.

See, apalagi coba yang gak bisa saya syukuri? Sangat perhatian dengan keluarga, perhatian juga sama saya, sangat menghargai komunikasi, menghargai hubungan juga, dan jarak kantornya juga dekat. Dan saya kesal hanya karena tidurnya yang lama? Tidak melihat berjuta kelebihannya dan hanya fokus kepada 1 kekurangannya? huah, durhaka sekali saya sebagai istri, ckckck.

Sekali lagi, terima kasiiih Muhammad Ilman Akbar telah menjadi suami yang “family man” banget, hehehe. Maafkan saya ya kalau saya terkadang gak mensyukuri itu, maaaaf banget 😀

Biaya-biaya Pasca Melahirkan

Setelah melahirkan udah gak mikirin biaya-biaya kesehatan lagi? Salah. Justru setelah melahirkan masih banyak lagi rentetan biaya kesehatan yang perlu kita penuhi, terutama untuk si kecil atau untuk biaya Keluarga Berencana 😀

Untuk saya, setelah melahirkan, si Naia selalu imunisasi di dokter anak yang disediakan dari rs. JMC dari dia lahir. Jadi, kita dateng sesuai jadwal imunisasi, pas Naia sakit juga sih. Iya, Naia juga pernah sakit kok, dan udah 2x ke dokter untuk periksa sakitnya itu. Alhamdulillahnya gak pernah yang parah banget, Alhamdulillaaaah.

jadwal Imunisasi
jadwal Imunisasi

Buat biaya imunisasi Naia, biasanya berkisar antara 200ribu sampai 500ribu sekali imunisasi. Yang mahal itu karena sekali berkunjung, Naia bisa melakukan lebih dari 1 imunisasi. Ya kayak imunisasi polio plus imunisasi DPT. Selain itu, sekarang ada imunisasi yang emang 2in1 atau 5in1. Pernah si Naia imunisasi DPT sekaligus Hib dalam 1x imunisasi dan dalam 1 vaksin. Biasanya vaksin kaya gitu emang lebih mahal.

Eh iya, imunisasi sih di posyandu juga bisa yaa, tapi saya lupa kenapa saya gak kepikiran itu, hehe.

Saya sendiri juga gak lepas dari perawatan-perawatan. Bukan perawatan kecantikan loh ya, itu beda lagi #ups. Tapii, saya kan kemarin lahiran caesar, jadi 2 atau 3 bulan setelah melahirkan kemarin, saya langsung KB, untuk memberi jarak untuk anak. KB yang saya pakai adalah KB spiral. Kebetulan yang saya pakai ini Nova-T. Biaya KB ini sendiri sampai 700ribu, ini termasuk biaya konsultasi dokter dan pemasangan juga.

IUD
IUD

Setelah pemasangan juga harus rajin-rajin kontrol. Awalnya 1 minggu, lalu 2 minggu, setelah itu 1 bulan, terus 3 bulan, akhirnya 6 bulan sekali kontrolnya. Ini untuk ngecek kondisi si spiral aja, masih baguskah atau enggak. Alhamdulillah selama kontrol masih baik-baik saja.

Belum lagi biaya-biaya kebutuhannya Naia. Yaa nambah 1 anggota keluarga nambah kebutuhan donk yaa? Ah, tapi ini beda lagi sih, kan saya ngomonginnya dari segi kesehatannya. Oke, yang ini skip aja. Pastinya sebelum punya anak sudah berpikir ke sini: nambah 1 anggota keluarga, nambah biaya 😀

Jadi, setelah melahirkan jangan langsung berpikir kalau “sudah bereees, gak ada biaya lagiii”, Jangan!!! hahaha. Iya, saya gak bikin asik, tapi saya cuma mengingatkan kalau masih akan ada lagi biaya-biaya lainnya setelah melahirkan 😉

Arti Tolong, Terima Kasih, dan Maaf

Buat saya kata tolong, terima kasih, dan maaf itu sangat penting. Iya donk penting, gimana enggak? Itu semua menunjukkan kalau kita menghargai orang lain. Setidaknya orang yang merasa sendirian akan merasa dirinya dianggap dan bermanfaat oleh orang lain dengan kata sederhana seperti itu.

Apalagi dalam komunikasi sebagai pasangan. 3 kata itu benar-benar harus sering ada.

Kata tolong contohnya. Walaupun kita hanya butuh ~misalnya~ diambilkan minum oleh pasangan disaat kita sendiri sedang repot, kata tolong tetap harus ada. Pasangan akan merasa dibutuhkan dengan kata tolong ini. Setiap orang senang merasa dibutuhkan kan? Saya sih begitu, hehe.

Terima kasih diucapkan ketika melihat pasangan melakukan sesuatu, baik untuk diri kita, rumah, atau anak. Ah, rasanya setiap kali saya capek, dapet ucapan terima kasih dari suami tuh salah satu cara yang bisa menghilangkan rasa capeknya. Setidaknya berpikir kalau tidak capek yaa, walaupun badan tetap terasa capek. Badan capek ya dihilangkannya dengan istirahat 😛

Terima Kasih
Terima Kasih

Gak mesti hal besar ko yang dilakukan. Kemarin saya habis mencuci semua pakaian kotor kami ~hal yang memang biasa dilakukan kan?~ dan setelah semua selesai, dapat ucapan terima kasih dari suami. Enggak, gak spesial sih, tapi kata “terima kasih” itu benar-benar bisa menghangatkan hati saya, hehehe.

Untuk kata maaf, setiap ada ucapan atau tindakan ~walaupun kecil juga~ yang menyebabkan pasangan jadi sedikit “gak enak” (kalo udah kesal sih ya berarti tindakan/ ucapannya sudah keterlaluan :D) gak usah gengsi untuk bilang maaf.

Maaf
Maaf

Yaa, pasangan benar-benar merasa dihargai dan dimengerti dengan ucapan maaf itu. Walaupun belum tentu kita yang salah atau pasangan yang salah, kata maaf diucapkan untuk mengembalikan keadaan. Ketika keadaan kembali membaik, baru deh berpikir kembali atau cerita atau beri penjelasan secara baik-baik mengenai keadaan sebelumnya. Dengan cerita itu kita bisa tau tindakan atau ucapan yang mana yang membuat keadaan sebelumnya menjadi “gak enak” 😀

Tapi jangan kebanyakan minta maaf juga ya, nanti jadi kaya mpok minah deh *ada yang inget gak yaa, mpok minah di bajaj bajuri* 😛

Oh iya, keadaan “gak enak” seperti itu juga penting untuk diceritain. Karenaa, biar perasaan itu tidak terpendam, menumpuk, dan lama-lama malah jadi bom waktu. Jadi, setiap ada perasaan “gak enak” seperti itu benar-benar jangan gengsi untuk saling minta maaf dan jangan segan untuk membicarakannya kembali ~pastinya secara baik-baik~.

Dalam berkeluarga, penting banget membiasakan ketiga kata ini biar semua anggota keluarga bisa saling menghargai, merasa dibutuhkan, dan merasa dimengerti ;). InsyaAllah saya akan membangun kebiasaan ini dalam keluarga kami.

Ah, saya sama sekali bukan yang paling mengerti akan arti ucapan tolong, terima kasih, dan maaf ini. Ini benar-benar murni pengalaman sendiri saja 😀

Mertua Idaman

Entah sejak kapan saya ingin sekali  menulis tentang ini. Mertua.

Jadi, seperti apa mertua idaman itu? Buat saya mertua saya adalah mertua idaman, hihi. Somehow saya kagum sekali dengan mereka, khususnya dengan ibu mertua. Oh, tentu saya mengagumi orang tua saya melebihi siapapun, dan mereka sudah menjadi orang tua juga buat saya sejak saya menikah.

Baru saja blogwalking dan membaca blog http://kakmila.wordpress.com/ tentang family value dan jadi teringat dengan mertua, khususnya ibu mertua. Beliau seorang wanita karir, seorang istri, dan seorang ibu dari 4 anak (3 laki-laki  dan 1 perempuan).

Buat saya yang melihatnya, beliau selalu punya semangat lebih untuk melakukan segala hal. Mengurus rumah tangga dengan seabreg pekerjaan rumah sehingga rumah terjaga rapi dan bersih, juga bekerja sebagai PNS yang merupakan pekerjaan yang tidak mudah.

Bangun paling pagi dan harus segera masak demi membekali anaknya yang masuk sekolah pagi dengan bekal makan siang. Setelah masak harus secepatnya siap-siap berangkat ke kantor yang membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan. Begitu pulang kantor, harus secepatnya sampai di rumah untuk masak makan malam. Dan kalau ada pekerjaan kantor yang belum selesai karena terlalu banyak, biasanya dibawa ke rumah sambil dikerjakan malam harinya ~yang memang sangat jaraaaang sekali~.

Setiap hari Sabtu adalah jadwal mencuci. Berhubung 3 sekarang 2 anaknya adalah laki-laki ditambah pakaian suami dan pakaian sendiri, jadi semua cucian ya dicuci olehnya sendiri. Biasanya dibantu menjemur oleh anak perempuannya. Belum lagi kalau weekend ada acara tertentu ~acara kantor, acara reuni, atau undangan pernikahan~, jadwal mencuci jadi sedikit terimprovisasi.

Selain itu, berhubung beliau memang akuntan, jadi memang sangat ketat terhadap urusan keuangan ~yang harus saya contoh juga~. Beliau bisa menabung sehingga bisa membeli rumah dalam waktu 3 ~atau 4 ya?~ tahun pernikahan juga semua biaya pendidikan sudah tidak perlu dipusingkan lagi, juga bisa menjadi donatur tetap sebuah yayasan, serta selalu memberi bingkisan lebaran di setiap idul fithri.

Dalam urusan rumah tangga, dulu sih memang memakai jasa pembantu tapi sejak anak-anak sudah cukup besar dan si kakak sudah bisa mengasuh adik-adiknya, sampai sekarang semua pekerjaan rumah bisa dikerjakan sendiri. Untuk urusan kebersihan rumah, sekarang dibagi ke anak-anaknya, jadi biasanya saat weekend seisi rumah berbagi tugas membersihkan rumah.

Sebelum menikah saya bertanya-tanya bagaimana hubungan saya dengan mertua kelak. Dan Alhamdulillah saya memiliki mertua yang begitu baik terhadap menantunya, tidak segan mendidik namun tetap bersahaja, bahkan rela menghabiskan cuti tahunannya demi menemani saya sehabis lahiran :P.

Ah, masih banyak hal-hal baik lainnya yang akan membuat postingan ini begitu panjang, jadi saya hentikan di sini saja. Saya sekarang cuma “wondering” bisakah saya menjadi mertua idaman buat menantu saya kelak? *mikirnya kejauhan 😛

Aksi Meminta Perhatian

Naia sekarang sudah hampir setahun, gak kerasa euy. Semakin besar Naia semakin pintar saja dalam meminta perhatian saya atau papanya.

Di rumah, saya engak “gak ngapa-ngapain” kan? Makanya sering banget dia main sendiri dengan mainannya ~sekarang box mainannya sudah dikembalikan ke pemiliknya, yaitu kakak saya :D~ dan saya ngerjain kerjaan saya, ya kerjaan rumah atau kerjaan proyek.

Tapi kalau dia sudah bosan main sendiri dan ingin main sama saya, ada aja tingkahnya yang lucu yang menarik perhatian.

Jadi, kalau saya sudah terlalu sibuk banget di depan laptop, dia terkadang memiring-miringkan kepalanya tepat di depan muka saya sambil senyum-senyum lucu, hihi. Benar-benar minta perhatian. Kalau sudah terima sinyal kaya gini saya biasanya ya main sama dia, entah saya cuma ngeliatin aja atau ikutan main. Iya ngeliatin aja, terkadang dia cuma mau diliatin tanpa kita ikut bermain bersama dia.

Nah, kadang kalau saya dibutuhkan untuk cuma ngeliatin/mengawasi dia, saya sambil iseng-iseng main HP, entah browsing, whatsappan, atau hal lainnya. Ternyata dia juga gak mau kalau saya sibuk dengan HP, walhasil dia biasanya “kepo” dan ingin melihat HP juga atau dia marah-marah dengan teriak-teriak dengan lucu *tapi bukan tantrum ya* hehe. Okee, saya jauhkan juga HPnyaa.

Terus, kalau saya sudah main sama dia tapi dia liat laptop saya masih menyala, dia gatel banget mau matiin. Jadi selagi main dia pelan-pelan menuju laptop saya lalu langsung memegang layar LCD laptop sambil senyum-senyum iseng seakan-akan dia berkata “aku matiin laptopnya ya maaa”, hihihi. Saya melihat saja kejailan dia yang ini sambil senyum-senyum dan yap, pelan-pelan dia menutup laptop saya sehingga tertutup sempurna dan hibernate, hahaha lucunyaaa.

Ah iya, menutup laptop ini gak cuma dilakukan kalau cuma ada saya. Kalau kita sedang bermain bertiga bareng papanya, dia juga begitu. Dan saya bilang ke papanya kalau Naia sudah mendekati laptop sambil senyum-senyum jail tadi “tuh senyumnya iseng banget, mau nutup laptop nih” :D, dan benar saja! Haha, Naiaa, Naia.

Kalau aksinya meminta perhatian gak dituruti, dia terkadang nyamperin saya lalu menancapkan kuku-kukunya ke saya *hal yang sama berlaku untuk papanya juga*, haha. Entah kenapa kukunya bisa tajam walaupun baru saya potongin. Selain itu, dia juga terkadang melempar-lemparkan mainannya jauh-jauh biar saya “engeh” kalau dia sudah bosan bermain sendiri. Kalau sudah begini saya berarti sudah keterlaluan sampai gak mau menanggapi aksi meminta perhatiannya dan saya meminta maaf sambil bilang juga kalau yang dilakukannya itu menyakiti saya 😀

Ah, senangnya kalau dia sudah tertawa lagi, apalagi kalau tertawanya itu karena saya, hehehe.

Koleksi

Sebelum menikah saya senang mengoleksi barang-barang yang tidak biasa ~apa biasa juga ya~ seperti plastik, kertas surat, dan tiket nonton. Kebiasaan mengoleksi barang-barang seperti itu terbawa sampai setelah menikah, malah nambah koleksinya, hihi.

Ini nih koleksi-koleksi saya sekarang.

Souvenir Pernikahan

Koleksi Souvenir
Koleksi Souvenir

Yang ini terinspirasi dari mertua :p. Souvenir pernikahan memang banyak yang berguna dan bisa digunakan, tapi kalau dibuka dan malah gak kepake kan sayang, yaudah dikumpulin aja deh. Jadi, semenjak nikah saya menyediakan 1 kotak di rak untuk tempat koleksi souvenir ini, hehe.

Kebanyakan sih ya dari nikahan temen, ya darimana lagi? hee. Baru sedikit juga sih, ya namanya juga temen yang nikah juga baru sedikit :D.

Ah iya, yang bisa dipakai ya saya pakai. Kaya souvenir Leni-Sidik berupa tempat tissu, jadinya ya kita pake deh. Terus souvenir Fithri-Yudha berupa pohon belimbing sudah tumbuh tinggi di rumah mertua 😀

Ada juga yang souvenirnya saya yang mendesain, cuma 1 sih, tapi ya lumayan buat kenang-kenangan saya ~jadi inget pernah mendesain souvenir~ 😀

Souvenir Gema-Nasrul
Souvenir Gema-Nasrul

Undangan Pernikahan

Gak jauh-jauh dari yang berhubungan dengan pernikahan, kali ini saya ngumpulin undangannya, hihi. Kalo yang ini semenjak undangannya Fithri-Yudha (temen kuliah) nih saya ngumpulinnya. Undangan saya sendiri juga ada :P, sengaja disimpen buat kenang-kenangan *halah*.

Plastik

Iya, plastik. Yang ini sih dari sejak sebelum menikah seperti yang saya ceritakan di awal. Plastik-plastik belanjaan (biasanya bekas belanja baju, sepatu, makanan, atau aksesoris) saya simpan dan saya lipat rapi di tempatnya. Tempat penyimpanan yang saya pakai berupa kardus dan map. Map untuk plastik-plastik berukuran kecil, kardus kecil ya untuk plastik-plastik yang lebih besar.

Oiya, selain ngumpulin untuk hobi, saya juga ngumpulin untuk plastik sampah dapur dan sampah daur ulang. Plastik yang agak besar saya gunakan sebagai plastik sampah, yang ini biasanya plastik bekas belanja bulanan. Nah, plastik yang besar banget untuk plastik daur ulang karena biasa untuk membuang kardus-kardus tidak terpakai atau ya sampah-sampah yang bisa didaur ulang.

Segel Roti Tawar

Hehehe, yang ini juga semenjak saya menikah nih mulai koleksinya. Jadi ya ada deh dari tahun 2011-an, terutama tengah tahun terakhir. Kebetulan suami punya gelang USB, nah tempatnya saya pakai deh untuk tempat segel-segel ini. Gelang USBnya ya dipakai suami 😀

Tas Simple ~apa bisa dibilang goodie bag ya~

Kebanyakan si ya emang goodie bag dari berbagai acara, tapi saya emang suka tas-tas sederhana kaya gini. Tas yang paling awal saya punya yang akhirnya bikin saya mengoleksi tas-tas sejenis itu tas yang saya beli sewaktu acara di kampus, CGT (Computer Get Together) pada tahun 2008. Ada yang tas bekas beli sepatu dan tas dari kantor sewaktu saya KP.

Nah, ada beberapa tas yang bisa dilipet kaya tas dari kantor tempat KP dan tas dari acara TEDx Jakarta. Saya suka banget dengan tas-tas itu, simple, bisa dibawa2 untuk belanja. Pernah saya belanja pake itu aja, jadinya gak pake plastik dari tokonya, lumayan menghemat penggunaan plastik laah 😀

Tas Lipat
Tas Lipat

Waktu persiapan pernikahan, saya mau souvenir saya adalah barang yang bisa dipake dan berguna. Sempet kepikiran beberapa barang, ya kaya tempat lilin, magnet kulkas, dompet HP, tempat tissue, dan yang terakhir tas lipat. Karena saya dan suami benar-benar suka tas lipat yang dari TEDx itu, akhirnya diputuskan jadi tas lipat aja deh.

Sempet nyari-nyari online yang tas lipat dan sempat bertanya juga ke produsen tas TEDx, tapi ternyata harganya mahal, jauh banget di atas budget yang ada, huhu. Udah mau desperate aja dan memutuskan souvenir yang lain saja. Tapi saya akhirnya jalan sendiri ke pasar Jatinegara sama kakak saya, eh nemu deh tas lipat batik yang bagus yang akhirnya jadi souvenir saya dengan harga yang lebih terjangkau *Alhamdulillah yah* 😀

Tiket Nonton

Yap, yang ini juga lanjutan dari sebelum menikah. Tapi sekarang-sekarang agak berkurang karena sejak melahirkan saya tau diri untuk jarang nonton. Berhubung saya gak tega juga ninggalin anak dan gak tega juga sama penonton yang lain kalo bawa anak, jadinya ya jaraaang banget nonton.

Kayanya sih baru sekali deh saya nonton sejak melahirkan. Itu juga gak gampang, saya dan suami minta adik ipar untuk ikutan nonton tapi gantian. Jadi saya dan suami nonton, adik ipar jagain Naia, baru setelah saya selesai nonton, dia deh yang nonton, repot yah. Saya perlu keluar beberapa kali juga kalau Naia minta nenen. Yaudah, sekarang-sekarang mikir-mikir lagi deh kalau mau nonton di bioskop 😀

Sepadankah?

Capek dan segala keringat yang kita keluarkan demi mengurus anak dengan kebahagiaannya?

Baby Expressions

Sangat..!! Bahkan terlalu banyak kebahagiaan yang bisa diberikan dengan memiliki anak dan mengurusnya, melebihi rasa lelah dan capeknya.

Saya baru saja membaca 2 artikel bagus.

  1. Can I afford to be a Stay-At-Home-Mother?
  2. Mengapa kita punya anak?

Menurut saya somehow kedua artikel tersebut memiliki hubungan satu sama lainnya. Jika kita tidak tahu alasan mengapa kita punya anak, apakah kita bisa segitu repotnya memikirkan ingin menjadi SAHM (Staying At Home Mother), WAHM (Working At Home Mother), atau sebutan M-M lainnya? Tentu tidak. Yap, hal tersebut menunjukkan kalau kita benar2 telah siap memiliki anak. Bahkan jika sudah memikirkannya jauh sebelum menikah lebih bagus lagi 😀

Lalu, apakah tidak sama capek dan lelahnya bagi penyandang sebutan M-M yang banyak itu? Menurut saya apapun pilihannya minumnya teh botol s*sr* #eh, semua sebutan M itu sama lelahnya. Tapi mereka juga selalu menyadari kalau kelelahan itu akan segera sirna begitu mereka melihat anaknya yang menakjubkan.

Ketika capek dengan segala urusan rumah tangga, begitu bercanda lagi dengan anak hilanglah rasa capek itu seketika. Ketika kesal dan marah dengan suatu keadaan, melihat anak yang senyum begitu senangnya dan tertawa kita jadi ikut tertawa dan terlupakanlah rasa kesal dan marah itu. Ketika sedang “galau” ~hayah, ibu2 bisa galau juga kan? :p~, melihat anak tidur dengan tenangnya hati menjadi tentram kembali. Huah, betapa banyak kesenangan dan ketenangan yang bisa diberikan oleh anak kita, hanya cukup dipikirkan kembali, dilihat lebih dekat lagi, dan dirasakan dengan hati terbuka. Ya, hati terbuka. Ada kan ibu2 yang gak peduli dengan kebahagiaan2 kecil dari anak seperti itu dan cuma merasakan repotnya?

Ah, jadi hampir ngelantur, padahal pertanyaannya cukup singkat dan sudah terjawab. Sepadankah capek dan segala keringat yang kita keluarkan demi mengurus anak dengan kebahagiaannya?? Ternyata tidak kan? Kebahagiaan yang kita dapatkan justru sangat melebihi rasa capek dan keringat yang kita keluarkan. 😉

Be More Grateful and You’ll Be Happy

There are so much beautiful things if we start to see our life deeper and think more positive. Yea, we just need a little more effort so that we can be grateful about our life and see how beautiful it is.

Being Thankful
Being Thankful

Yesterday, me, my husband, and Naia was enjoying the Sunday evening with doing some walk in our neighborhood and start to walking down the former candidate of our rented house.

There are some house which the neighbors are dominated by men. There are some house that doesn’t get any sunlight because there is a big wall right in front of the house. And there are some house that right next to the pond (just thinking when Naia start to walk, she will not be able to stop her step until she fall right to the pond :P). By looking at those, we start to think how lucky we are to get the house we live in now and we start to be more grateful.

That’s not all. Last year, my husband ever mentioned that he wanted to open some small restaurant and looking for the person who wanted to spend some money on it and the person who could running the operational. Sounds impossible for me. What is my husband do if he couldn’t spend his money and didn’t do the operational either?

But, last Friday the small restaurant called “Kedai ORI12” was officially opened. ORI12 means Oscar, Ricky, and Ilman in 2012. That is my husband’s group of S2, they are studying the master of creative business at IDS, year 2012. And yea, that restaurant belongs to my husband and his friends.

At the beginning, we do forget all of my husband’s desire to open a small restaurant like that. But after I visited those restaurant, I’ve got some flashback when my husband mentioned his desire a year ago. And guess what? After I thought back, My husband doesn’t spend some money on it and doesn’t do the operational either. Hahah, dream comes true in a year, what a luck..!

Then, what my husband do? He do the marketing and finance, heheh.

And those thought surely make us believe and make us be more grateful of Allah’s greatness. Alhamdulillaah. Now, I’m start to think how good and how meaningful my life motto is.

Happy to be grateful instead of grateful of being happy ^^

Bahagia karena bersyukur, bukan bersyukur karena bahagia ^^

You will always get what you need the most, not what you want the most.

Renungan Diri: Perdebatan Pikiran

Yap, saya sering sekali mengalami perdebatan dalam pikiran saya sendiri. Perdebatan kenapa kehidupan saya begini dan kenapa begitu. Karena itu, saya jadi sering menyimpulkan kalau saya orangnya gampang sekali iri dengan orang lain, termasuk dalam hal harta.

Cukup sering saya berpikir kalau saya iri dengan teman-teman saya  yang mempunyai harta lebih melimpah dari saya. Saya merasa hal itu manusiawi, lha wong saya juga manusia, perempuan pula, yang memang mudah tergiur dengan harta duniawi. Tapi hal itu tidak semata-mata menjadikan saya menuhankan harta dunia dan terobsesi dengan kekayaan.

Oke, kehidupan rumah tangga kami jauh sekali dari yg namanya kaya raya ataupun punya harta melimpah. Rumah saja kami masih mengontrak. Tapi sungguh banyak sekali yang saya syukuri dari pernikahan kami ini (walaupun usianya baru seumur jagung).

Kalau belum menikah saya mungkin bisa punya handphone lebih bagus dari yg sekarang saya miliki, punya baju2 baru yg bagus2 juga, dan banyak hal lainnya. Tapi mungkin saya gk bisa dapet ketenangan hati dan kepercayaan diri seperti sekarang.

Merasa begitu dicintai, merasa dikagumi, disayangi, dimanja, dilindungi, dan ah banyak hal lainnya yg bisa saya dapatkan dari suami saya, termasuk rasa syukur. Dan sungguh semua inilah yg saya butuhkan. Allah memang selalu memberi apa yg dibutuhkan hambaNya bukan?

Maka sekali lagi perdebatan pikiran saya itu saya akhiri dengan

Maka nikmat tuhanmu yg mana lagi yg kau dustakan?

Dan dengan doa semoga keluarga kami selalu diberkahi, diberikan perlindungan, harta yg halal, serta keturunan yg soleh/ solehah. Aamiin..

Kebisaan Naia Sekarang

Terutama buat hal-hal yang kita ajarin atau dia tiru dengan sendirinya, hehehe

Pertama, menguap sambil bersuara. Sejak 6 atau 7 bulan dia selalu melakukan ini, hihi. Setiap kali menguap dia pasti bersuara “huaaah” atau apalah terserah dia. Awalnya saya gak engeh darimana dia bisa kaya gitu. Ternyata saya kalau menguap begitu, jadi dia mencontoh saya, hahaha 😛

Kedua, memiringkan kepala. 

Memiringkan Kepala
Memiringkan Kepala

Kalau yang ini saya tidak ingat dia meniru dari siapa, mungkin dia menemukan kebisaannya sendiri. Sejak 2 bulan lalu kalau di rumah dia sering memiringkan kepalanya untuk menarik perhatian saya dan suami. Kalau saya atau suami sedang di depan laptop, dia suka memiringkan kepala tepat di depan muka kita untuk diperhatikan. Lucuuu, waktu pertama kalinya dia melakukan itu ke saya, saya gak tahan dengan kelucuannya, hihihi. Sekarang kalau saya perhatikan dia memiringkan kepalanya untuk menyapa orang, hehehe, tetap lucuuu.

Ketiga, tepuk tangan. Kalau yang ini saya yang ajari juga, kalau gak salah dari bulan ke-7. Saya bernyanyi pok ame-ame sambil tepuk tangan. Karena sering melihat dan ingin tau jadi dia ngikutin gerakan tepuk tangan saya deh. Jadi sekarang kalau dinyanyiin pok ame-ame dia pasti tepuk tangan. Kalau dibilangin tepuk tangan dia juga tepuk tangan. Karena saya ngasih tau kalau gerakan itu adalah tepuk tangan jadilah kalau kita bilang tepuk tangan, ya dia tepuk tangan 😀

Keempat, menunjuk sesuatu. 

Menunjuk Sesuatu
Menunjuk Sesuatu

Sekarang dia udah tau kalau ingin sesuatu dia harus menunjuk ke tempat atau barang tersebut agar dimengerti, hihi.

Kelima, mementikkan jari. Belum bisa sih, dia baru menirukan bagaimana memetik jari. Jadi ceritanya waktu itu saya mengajak Naia melihat ayam di dekat rumah. Untuk memanggil ayam, saya mementikkan jari saya. Tanpa sadar, dia berusaha untuk mementikkan jari juga, hehehe. Sekarang kalau disebut “gimana manggil ayam/ kucing?” dia mementikkan jari sambil menunjuk keluar rumah.

Keenam, memicingkan mata. 

Memicingkan Mata
Memicingkan Mata

Yang ini saya juga gak tau nih dia belajar dari siapa, hihi. Setiap melihat orang baru atau disuruh “mata genit” dia mulai memicingkan matanya deh, hihihi.

Ketujuh, memukulkan dua benda. 

Memukul 2 Benda
Memukul 2 Benda
Memukul 2 Benda (2)
Memukul 2 Benda (2)

Yang ini hasil eksplorasi dirinya sendiri waktu lagi main sendiri di box, hehe. Jadi, saya memang suka membiasakan dia main sendiri, saya taruh di box dengan banyak mainannya. Alhamdulillah bisa anteng dan bisa main sendiri. Nah, begitu dia nemu 2 bola yang ada di box, dia megang di kedua tangan terus mukul2in kedua bola itu deh. Dia seneng sendiri mendengar bunyi 2 benda diketuk begitu. 😀

Kedelapan, melambaikan tangan. Dadah-dadah gitu maksudnya. Di bulan ke-8 kalau ada orang pergi atau kita ingin pergi, dia kita ajarin untuk melambaikan tangan “dadaaaah” gitu. Lama-lama bisa dan sekarang setiap kali bilang dadah dia melambaikan tangan deh, hehe.

Ah, rasanya kalau dijabarkan semua kebisaannya Naia saya jadi bingung sendiri, hehe. Selain banyak, saya juga lupa 😛

Sehat terus yaa Naiaa :*

Naia Sehat yaa
Naia Sehat yaa

Jadwal Dokter JMC

Khususnya dokter kandungan dan dokter anak, hehe

Karena saya dan suami selalu lupa sama jadwal dokter kandungan saya (untuk kontrol KB) dan jadwal dokter anak (untuk imunisasi Naia), kita jadi selalu megang kertas dari JMC yang isinya jadwal semua dokter 😀

Nah, untuk jaga-jaga aja dan biar kita berdua tetep bisa ngeliat walaupun gak megang kertas itu, saya masukin blog aja deh. ~Siapa tau ada yang butuh juga.

klik gambar untuk memperbesar ya 😉

Yap yap, yang saya kotakin merah itu dokter anak buat Naia (dr. Rebecca Dinar) dan dokter kandungan untuk saya (dr. Shinta Utami Sp. Og).

Oh iya, gigi saya ada yang bolong tapi sampe sekarang lupa mulu untuk ditambel. Sekalian masukin jadwalnya juga deh biar bisa diliat sewaktu2 😀