[Parenting] Kebiasaan Buruk 14: Marah yang Berlebihan

Pernah membaca cerita kemarahan ayah yang mengakibatkan tangan anak sampai diamputasi?

Cerita itu mengisahkan anak 3,5 tahun yang ditinggal kerja oleh kedua orangtuanya dan ditinggalkan hanya dengan ART di rumah. Namun, karena ART sibuk dengan urusan rumah, ia jadi tidak bisa selalu mengawasi anak itu bermain. Nah, saat sedang bermain itu, si anak menemukan paku berkarat dan berpikir bisa berkreasi dengan paku tersebut, dimulai dari lantai garasi sampai mobil baru kedua orangtuanya. Saat pulang kerja, ayahnya yang melihat mobil barunya penuh coretan yang tidak mudah dihilangkan tersebut sangat murka dan memukuli si anak dengan ranting yang diambil dari pohon di depan rumahnya. Setelah pelampiasan marah yang berlebihan tersebut terpuaskan, giliran si anak sangat kesakitan dengan luka-luka yang dihasilkan. Bahkan sampai demam berhari-hari. Sampai akhirnya saat dibawa ke dokter, tangan tersebut sudah sangat parah keadaannya karena sudah terinfeksi sedemikian hebatnya sehingga harus diamputasi. Si ayah sangat terpukul dengan keputusan itu dan sangat menyesal dengan tindakannya saat marah lalu. Tapi apa daya, tangan anaknya tidak akan bisa kembali seperti semula. T_T

child_
Image by DAVIDKNOX from Freeimages.com

Saya membaca kisah tersebut sudah agak lama, namun sampai sekarang rasanya masih saja terbayang akan rasa sakit dan menyesalnya si ayah karena pelampiasan amarah yang berlebihan saat itu. Rasa-rasanya memang kisah itu merupakan contoh yang sangat ekstrim dan merasa kita tidak akan sampai sebegitunya ya. Tapi, begitulah, marah yang berlebihan bisa menyebabkan hal buruk lainnya. Mungkin, kalaupun pukulan si ayah tadi tidak sampai membuat tangannya diamputasi, tetap saja perlakuan ayahnya akan terus membekas di hati sang anak dan akan diingatnya seumur hidup. Sungguh, setiap pukulan atau setiap bentakan yang kita arahkan ke anak kita akan membekas di hatinya dan membuat keadaan emosinya menjadi tidak stabil juga.

Tidak percaya? Coba deh buktikan sendiri.

Sabar dan Pengendalian Emosi

sabar

Image by Montecruz Foto on Flickr

Punya anak ituh yah seakan-akan kita belajar mengenai diri kita sendiri juga. Bagaimana tidak, kita sebagai orangtua biasanya menuntut anak untuk bisa ini itu dan untuk punya segala kebiasaan baik. Sedangkan kita sendiri gimana? Apa kita udah punya kebiasaan baik yang kita inginkan dari anak kita?

Walaupun saya baru punya anak 1 dan itu juga baru mau 2 tahun, saya udah sering banget nulis hal-hal tentang parenting. Bukan karena saya udah jadi orangtua yang segitu sempurnanya banget. Belum. Sama sekali belum. Masih jauh banget malah dari sempurna. Saya memang gak mencari kesempurnaan sih, saya mencari kebahagiaan. #asseek

Saya hanya mau menuliskan hasil yang saya pelajari saja dari buku-buku yang saya baca, milis yang saya ikuti, sampai seminar yang saya datangi. Dan ditambah lagi dengan pengalaman yang masih jauh dari cukup ini. Dan hal itu bukan untuk menggurui siapa-siapa, tapi saya gunakan sebagai pengingat diri pribadi. Sukur-sukur tulisan saya ada yang baca jadi bisa menjaring lebih banyak orang lagi yang sadar akan pentingnya hal yang namanya pengasuhan anak ini.

Saya juga orangtua yang sering kesal dan pernah marah kok.