Naia Belajar Kecewa

*postingan ini ditulis tanggal 23, tapi baru saya selesaikan tanggal 24 Oktober pagi*

Tadinya sih pengen nulis postingan random sekedar mengisi blog tentang hal lain sebelum saya nulis untuk lomba blog lagi, haha. Tapi berhubung Naia 2 hari ini *menurut saya* sedang belajar kecewa, jadilah tangannya gatel mau nulis itu, hehehe.

Jadiiii ceritanya kemarin saya bikin kesepakatan sama Naia, kalau Naia makan siangnya banyak, 10 suaap aja *berhubung makannya emang susaah banget*, saya janji mengajak dia ke taman sepat.

Ternyata dia makannya malah melebihi ekspektasi saya, jadi saya udah siap2 aja sore itu untuk ke taman. Eh, ujug2, sore2, pas Naia mandi datanglah bunyi gluduk2 lalu disambut dengan hujan yang cukup deras. Huaah, kacau deh ke tamannya. Akhirnya kemarin saya bilang kalau gk jadi ke taman karena cuaca gk memungkinkan dan saya berjanji menggantinya hari ini. Subhanallah, dia sangat mengerti dan mau main di rumah aja jadinya sama saya. Tapi kemarin dia cukup terhibur dengan kedatangan sahabat saya yang membawa bayi, jadi dia gak bosan2 amat di rumah, hehe.

Nah, hari ini, dari pagi udah saya ingatkan kalau nanti sore mau ke taman. Mungkin dia jadi excited banget karena saya ingatkan terus itu *saya jadi berasa cerewet, huhu*. Jadilah saya bilang ayo nanti habis makan siang *kali ini makannya gak dijadikan persyaratan, soalnya kan saya yang berhutang ke taman*, Naia mandi terus baru ke taman sehabis mandi. Dia jadi gak sabar mau mandi dan nunjuk2 kompor *loh, kan mau mandi kok nunjuknya kompor? hihi*. Jadi, karena Naia masih mandi pakai air hangat, ya sebelum mandi saya pasti masak air dulu deh, makanya dia jadi nunjuk2 kompor.

Setelah airnya siap, dia sampe beres2 mainannya dulu baru ke kamar mandi sambil berlari kecil, hahaha *semangat banget dah*. Sambil makein baju, saya juga masih bilang2 mau ke taman *bener2 emaknya yang jadi semangat*. Eeeh, lagi2, paaas selesai pake baju hujan lalu datang, huaaa. Akhirnya saya bilang lagi deh ke Naia kalau gak jadi ke taman lagi karena hujan. Saya perlihatkan juga keluar kalau benar-benar hujan. Mukanya terlihat kecewa, tapi Alhamdulillah gak sampe kesal dan akhirnya yaudah main di kamar saja sama saya.

Tapi setelah itu saya bilang, “Naia bobo aja yuk, tadi Naia bobonya baru sebentar lho”. Oiya, dia biasanya tidur 2x dan masing-masingnya berdurasi 2jam di siang hari, tapi hari ini, entah terlampau semangat atau memang jam tidurnya sudah mulai berkurang dia baru tidur 1 jam. Setelah saya bilang begitu, dia langsung minta nenen dan tertidur pulas. Subhanallah nak, kamu pinter banget yaa, ciuum.

Terima kasih ya Naia udah mau belajar kecewa 2 hari ini. Ayo nak, insyaAllah besok kita jadi ke taman *semangat membara sambil berdoa gak hujan lagi, Aamiin*

Pendapat Saya bagi Suami

Buat saya pribadi sih, pendapat dari pasangan itu merupakan concern terbesar dalam menentukan sesuatu. Apapun. Ternyata bagi suamipun begitu.

Hal paing kecil sih dalam berpakaian. Saya tersentuh banget waktu suami berpakaian jedi sewaktu jadi MC di acara “Starwars Toysphotography” dan setelahnya PD untuk gak dibuka sampai pulang. Waktu acara selesai, tadinya sih suami mau ganti baju. Tapi saya kok merasa suami ganteng pake itu dan gak mau dia ganti pakaian. Yaudah, saya bilang aja “Udah sih pake aja, ganteng tau, aku suka”. Eh, ternyata dia jawab “Yaudah, itu ~dia ganteng di mata saya~ yang paling penting buatku”. Udah deh selanjutnya kita “ngider”in Plaza Indonesia dengan suami masih berpakaian ala Jedi, hihihi. Saya jadi senyum2 sendiri XP

Starwars Toysphotography
Starwars Toysphotography

Pun saat dia meminta pendapat saya mengenai bukunya. Atau saat dia meminta pendapat mengenai artikel yang akan ditulisnya, saya dibiarkan mengedit tulisannya sebagai bahan pertimbangan lagi untuknya.

Yang terakhir sih mengenai hal yang akan dilakukan suami yang akan berdampak cukup besar. Semoga keputusan yang dihasilkan benar-benar terbaik. Terbaik untuk suami, terbaik untuk saya, dan terbaik untuk keluarga kecil kami. Aamiin.

Intinya, salah satu hal yang membuat saya bahagia menikah dengan Ilman Akbar adalah pendapat saya selalu menjadi concern terpenting untuknya. Terlepas dari status saya sebagai istri, setiap orang memang sangat senang kan kalau pendapatnya benar-benar diterima, terlebih lagi dipikirkan secara mendalam πŸ˜€

[Parenting] Mencegah Anak Tantrum

Bisakah? Atau mungkinkah?

menangani tantrum
menangani tantrum

gambar dari http://www.babycenter.com.au/a1040560/tantrums

Dari beberapa bacaan mengenai tantrum, saya berpendapat bahwa tantrum pada anak mungkin bisa dicegah. Baru saja kemarin saya membaca artikel mengenai strategi menghadapi anak tantrum di facebook. Dan karena sebelumnya saya juga pernah baca di babycenter, jadilah kepikiran, “sebenernya tantrum bisa dicegah gak sih? lebih baik mencegah daripada mengobati bukan? hehe”.

Pada email babycenter yang rutin dikirim ke inbox saya menyebutkan kalau memang pada anak usia 1-3 tahun wajar sekali akan adanya tantrum. Tetapi berhubung kita juga tidak bisa memastikan kapan tantrum akan terjadi, kita bisa sedikit mencegahnya dengan memastikan makan dan tidurnya cukup. Tidur yang kurang dan perut yang lapar adalah beberapa hal yang berpotensi menyebabkan anak tantrum.

Remember, a hungry,Β sleep-deprived toddler is a meltdown waiting to happen. ~babycenter

Kalau di bagian akhir artikel ini, ada beberapa hal lainnya yang memungkinkan terjadinya tantrum.

  1. Lapar
  2. Kaget dengan situasi baru atau aktifitas baru ~misalkan sedang bermain dan aktifitas berikutnya adalah mandi~. Di sana juga menjelaskan bagaimana transisi aktifitas sebaiknya dilakukan.
  3. Kegiatan yang terlalu banyak ~mungkin kita bepergian ke 3 atau 4 tempat dalam satu hari~. Dengan kegiatan yang terlalu banyak begitu, anak akan capek. Kita saja sebagai orang dewasa kalau sudah capek begitu emosi akan sangat cepat sekali tersulut, apalagi anak kecil, hehe.
  4. Ketegangan orangtua. Atau, saya biasa menyebutkan dengan emosi orangtua yang sedang tidak stabil. Disaat kita sebagai orangtua kurang cukup istirahat dan atau kurang mendapatkan “me” time, maka akan sangat berdampak bagi pola interaksi kita terhadap anak. Saya pun terkadang mengalaminya dan walhasil Naia bisa merengek-rengek gak jelas ke saya dan saya hanya diam untuk meredakan emosi. πŸ™

Jadi, pencegahannya bagaimana? Ya dengan menghindari penyebab tantrum tadi.

  1. Pastikan tidurnya cukup. Saya jadi jarang dan gak mau membangunkan Naia yang sedang tidur walaupun kami harus pergi ~kecuali yang perginya bergantung pada orang lain~. Soalnya saat Naia kurang tidur sedikit saja, maka hilanglah sifatnya yang ceria dan gak mau diem, dan timbul sifat yang selalu merengek πŸ™
  2. Pastikan perutnya kenyang. Kalaupun anak lapar padahal belum jam makannya, ya beri saja biskuit atau cemilan kesukaannya πŸ˜€ . Saya masih suka gagal dalam hal ini, huhu.
  3. Temani saat berada dalam lingkungan baru. Setiap anak memiliki waktu untuk mengenali dan nyaman dengan situasi baru, jadi tunggu sampai anak benar-benar merasa aman berada di lingkungan tersebut barulah mengajaknya beraktifitas. Naia juga bukan termasuk anak yang langsung merasa nyaman saat berada di lingkungan baru, jadi sering banget saya biarkan menempel terus sama saya sampai dia mau berinteraksi dengan sendirinya.
  4. Beri penjelasan atau peringatan akan pergantian aktifitas.
  5. Siapkan hati sepenuhnya saat berhadapan dengan anak. Anak bisa melihat ketidakstabilan emosi kita lho. Misalnya saja, saat emosi saya mudah sekali tersulut, Naia malah sengaja berbuat hal yang memicu emosi ~seperti membuang makanannya atau membanting barang~. Nah, saat keadaan seperti itu saya berpikir kembali apa yang menyebabkan itu, dan saya harus menenangkan diri terlebih dahulu deh baru berinteraksi lagi. Saat pikiran dan hati saya sepenuhnya untuk Naia, ya interaksi kami sangat enak dan nyaman, gak ada nangis2an atau jerit-jeritan. Happy mom raise happy kids.

Nah, kalau kita sudah melihat tanda-tanda awal si anak akan tantrum, mengalihkan perhatiannya juga termasuk salah satu pencegahan lho.

If you sense a tantrum is on the way, try distracting your child by changing locations, giving him a toy, or doing something he doesn’t expect, like making a silly face or pointing at a bird. ~babycenter

Lalu saya ingat dengan buku ayah Edi, ayah Edi menjawab 100 persoalan mendidik anak. Pas sekali, pada curhatan pertama, si orangtua bertanya mengenai anak yang menjadikan tangisan sebagai senjata untuk mendapatkan keinginannya, apalagi kalau perilaku tersebut dilakukan di tempat umum.

Di situ memang tidak dibahas khusus mengenai tantrum, tetapi menurut pendapat saya, menangis sampai menjerit-jerit untuk mendapatkan sesuatu termasuk tantrum juga. Dan ayah Edi menyebutkan kalau menjerit-jerit seperti itu adalah proses eskalasi setelah ia merasa gagal mendapat yang diinginkannya hanya dengan menangis. Jadi, tantrum adalah puncak emosi saat keinginan anak tidak tercapai. Sama seperti gambaran grafik di strategi menghadapi anak tantrum.

grafik tantrum
grafik tantrum

Jadi, menurut ayah Edi, sebaiknya orangtua bisa mencairkan suasana ketika anak masih berada pada tahap awal. Bisa dengan mengalihkan perhatiannya seperti yang telah disebutkan πŸ˜‰

Ah, tapi bukan berarti kita tidak mempedulikan keinginan anak. Setelah anak tenang dan cukup senang, kita bisa membicarakan masalah ini hati ke hati *cieeh*, jelaskan alasan kenapa kita tidak mau memenuhi keinginannya itu.

Yuk, kita lakukan sebisa mungkin untuk mencegah terjadinya tantrum πŸ™‚

Links:

strategi menghadapi anak tantrum

babycenter

tantrums

ayah Edi menjawab 100 persoalan mendidik anak

Hal-hal Yang Diperlukan Demi Langgengnya Pernikahan

Beberapa bulan sebelum saya dan suami menikah, saya dikagetkan dengan berita perceraian salah satu orang yang sangat menginspirasi saya. Beliau baru saja menginjak 2 tahun pernikahan namun berpacaran sudah cukup lama, sekitar 8 tahunan. Saat ditanya mengapa akhirnya memutuskan bercerai, beliau hanya memberikan nasehat, bagusnya sebelum menikah benar-benar terdapat komunikasi satu sama lain mengenai hal-hal yang diharapkan dengan pernikahan, juga mengenai keadaan diri masing-masing, baik atau buruk.

Saya dan calon suami waktu itu akhirnya melaksanakan nasehatnya. Kami saling menceritakan sifat buruk kami dengan tidak mengharapkan apa-apa. Kalau memang cinta dan benar-benar berniat menjadikan pernikahan sebagai ibadah, insyaAllah sifat buruk kami masing-masing akan saling dikurangi.

Akhirnya kami pun menikah pada tanggal 26 Juni 2011 yang lalu.

Pernikahan
Pernikahan

Setelah saya menikah, tidak berapa lama terdapat lagi seorang sahabat yang pernikahannya berada di ujung tanduk. Di dalam hati, saya sebenarnya mengagumi keluarga beliau karena merupakan keluarga yang cukup harmonis dan sang ibu benar-benar menjadi pendidik yang asik bagi anak-anaknya. Fuah, saya jadi was-was lagi, huhu.

Akhirnya saya menjadikan umur pernikahan kedua sahabat itu menjadi patokan keberhasilan mempertahankan pernikahan saya dan suami. Patokan yang paling ringan adalah ketika memasuki usia 2 tahun pernikahan. Terbersit rasa lega yang tidak sedikit saat usia pernikahan kami menginjak umur 2 tahun 4 bulan yang lalu. Patokan selanjutnya adalah di umur pernikahan ke 10 nanti, sama dengan sahabat yang pernikahannya di ujung tanduk dan umur pernikahan mbak Uniek Kasgarwanti, seorang blogger yang saya kenal dari komunitas emak2 blogger (KEB) yang baru saja merayakan umur pernikahan ke 10 ~Semoga beliau bahagia selalu bersama suami dan pernikahannya langgeng sampai akhir hayat, aamiin~. Yang satu di ujung pernikahan, yang satu masih sangat langgeng, dari keduanya kita bisa belajar πŸ˜€

Selain menjadikan umur pernikahan kedua sahabat tersebut sebagai patokan ringan, saya juga menjadikan umur pernikahan orangtua saya dan suami sebagai patokan selanjutnya. Mereka masih tetap harmonis sejak awal menikah hingga sekarang, dan saya sangat mengagumi keduanya. Umur pernikahan mertua saya sudah mencapai 26. Dan umur pernikahan orangtua saya lebih dari itu, yaitu 38. Harapannya siih saya dan suami bisa langgeng seumur hidup. Bahkan dipersatukan kembali di surgaNya kelak, Aamiin.

Namun, dari pengalaman buruk kedua sahabat itu serta dari keharmonisan keluarga orangtua kami, saya mengambil beberapa pelajaran dalam pernikahan.

*Saya pernah bikin postingan mengenai persiapan mental sebelum menikah, nah kali ini pendapat saya untuk membuat pernikahan langgeng dengan melihat pengalaman-pengalaman pernikahan teman maupun sanak saudara.

1. Selalu komunikasi

Tanpa adanya komunikasi yang baik, hubungan juga tidak akan berjalan baik. Saya dan suami Alhamdulillah selalu berkomunikasi dengan baik. Biasanya kami menyediakan waktu 1 hari kosong untuk hanya di rumah saja dan bersantai, hihi. 1 hari bersantai itu kita gunakan untuk saling bercerita panjang lebar mengenai segala hal. Tapi jika dalam satu minggu kami tidak memiliki hari libur yang bisa digunakan untuk di rumah saja, suami kadang-kadang ijin kerja di weekdays πŸ˜›

2. Saling percaya dan menjaga kepercayaan

Huah, ini penting banget nih. Walaupun komunikasi berjalan mulus, tapi tanpa adanya rasa saling percaya tetap saja komunikasi yang berjalan hanya akan saling mencurigai dan itu tidak baik bagi sebuah hubungan. Ini yang saya pelajari dari orangtua saya dan suami. Mereka, walaupun tanpa berkomunikasi, benar-benar bisa saling percaya dan saling menjaga kepercayaan itu. Sekali saja kita mengkhianati kepercayaan pasangan, selanjutnya tidak akan pernah bisa sepenuhnya dipercaya lagi. Huhu.

3. Selalu mempelajari dan mengerti kekurangan pasangan

Iya, mempelajari, hehe. Kita biasanya akan terus menemui kekurangan pasangan yang tidak bisa kita tolerir. Nah, buat saya sih, kekurangan tersebut dipelajari untuk dimengerti. Jadi, saat kita melihat kekurangan pasangan, kita sudah tau cara mengatasinya untuk selanjutnya kita kurangi sedikit demi sedikit. Kita juga harus tau kekurangan kita untuk dikurangi sedikit demi sedikit juga.

4. Selalu belajar untuk menjadi lebih baik

Tanpa belajar, kita gak bisa mengubah diri kita untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Tentunya agar pernikahan langgeng, kita mau selalu lebih baik lagi kan? Nah, dengan selalu berkomunikasi, saya dan suami jadi tau harapan dan kekurangan masing-masing. Dengan begitu, kita bisa selalu belajar untuk bisa memenuhi harapan tersebut atau memperbaiki kekurangan agar hubungan terjaga.

5. Jangan malu untuk sering-sering berhias

Bukan cuma istri, suami juga perlu berhias untuk menyenangkan istrinya, hehe. Biasanya kan yang menuntut selalu suami agar istrinya bisa terlihat cantik di matanya. Nah, istri juga bisa donk menuntut suaminya tampil ganteng dan rapi, hihihi. Maka dari itu, jangan gengsi untuk sesekali berhias diri walaupun gak pergi keman-mana, yaa sekedar menyenangkan hati pasangan πŸ˜€

6. Samakan visi dan misi keluarga

Hihi, kaya apaan aja yak punya visi dan misi. Etapi bener lho, suami istri itu harus punya pandangan yang sama terhadap keluarga yang mereka bentuk, ya punya visi dan misi yang harus sama gitu. Kalau visi yang dipegang suami berbeda dengan istri, ya bisa wassalam deh, dan bisa selalu terangkat ketika terjadi keadaan yang tidak enak *alias emosi*. Kalau untuk hal-hal kecil sih gak masalah bisa beda, tapi visi dan misi ini adalah suatu hal yang prinsipil bentuknya.

7. Rutin memberi kejutan-kejutan kecil

Hihi, kejutan-kejutan kecil gini bisa membuat makin cinta dengan pasangan lho. Pernah suatu hari, suami ada acara di *lupa tempatnya*, karena saya orang yang penakut, jadi saya tidak membolehkan suami pulang terlalu malam ~paling malam ya jam 8 lah~. Nah, karena waktu itu suami pulang agak lebih malam, saya sudah terlanjur tidur dan sudah terlanjur *sedikit* kesal, huhu *mana saya lagi hamil pula*. Tetapi, akalnya suami pinter banget deh. Dia membawakan makanan favorit saya plus hadiah kecil. Seumur-umur saya memang menginginkan barang itu dan belum kesampean sampai dia membelikan XP *sampai saya posting di facebook juga, hihi*

hadiah kecil

8. Mesra di manapun

Asal jangan vulgar yaa, hehe. Sekedar mencuri2 cium saat berdua saja di lift atau di tempat umum atau sekedar mencolek-colek iseng suami juga bisa membuat hubungan gak datar lhoo. Malah bisa semakin harmonis, hihi

9. Jangan remehkan kata tolong, terima kasih, dan maaf

Yap, ketiga kata ini penting digunakan agar pasangan selalu merasa dihargai dan bermanfaat. Pada bagian ini, saya juga pernah membuat postingan sendiri di sini.

10. Sering-sering ucapkan “I love you”

Jangan gengsi juga untuk sering-sering mengatakan “I love you” untuk pasangan, tiap hari juga boleh XP Bener deh, kata-kata ini menjadi penyemangat hati yang sedang suntuk atau tidak bersemangat.

Rasanya baru segitu saja dari saya. No 8 sampai 10 baru ditulis setelah diingatkan oleh kakak sepupu yang komen, hehehe. Memang saya newbie sih untuk urusan pernikahan, hihi maklum baru 2,5 tahun :P. Tapi saya mau dan semangat untuk terus belajar menyenangkan suami, anak, dan juga membuat keluarga yang harmonis. Aamiin.

Kisah pernikahan ini diikutsertakan pada Giveaway 10th Wedding Anniversary by Heart of Mine.

Giveaway 10th Wedding Anniversary

Tetap Peduli

Saat perasaan terhadap pasangan sedang tidak enak dikarenakan entah siapa yang salah, jika keduanya benar saling mencintai maka keduanya akan berusaha membuat keadaan menjadi enak kembali. Betul kan? hehe

Jadi pernah suatu saat saya dan suami mengalami perasaan tidak enak tersebut, mungkin saat saya PMS. Tapi, karena saya sangat menghargai suami dan suami pun menginginkan keadaan baik kembali, masing2 dari kami berusaha untuk memperbaiki keadaan itu. Saya berdandan untuk menyambut suami pulang, suami pun membawakan hal yang saya sukai *biasanya makanan* sebagai kejutan. Dan keadaan pun menjadi enak kembali dengan kemudian saling meminta maaf atas kejadian sebelumnya.

Hal tersebut ya dikarenakan kedua pihak masih saling mencintai dan masih sama-sama saling peduli.

Ah iya, saya jadi memikirkan hal itu karena kemarin baru saja melihat gambar di facebook yang akhirnya saya share ke suami XP. So sweet banget deh fotonya, ihihi.

love is
Just because I’m mad, doesn’t mean I stop caring

tempat saya ngambil gambar

Bener gak ya kita akan otomatis memaafkan kalau benar saling mencintai? At least dari perasaan yang tidak berhenti saling peduli dan keinginan untuk mempertahankan hubungan itu sendiri.

Kalau saya sendiri yang diperlakukan seperti yang di gambar tersebut, hati saya pasti langsung luluh dan saya akan berusaha merayunya agar dia tidak marah lagi, ihihi.

Menurut saya sih, ketika ada konflik antara dua orang yang berpasangan, kalau keduanya benar saling mencintai, maka keduanya akan saling berusaha meminta maaf untuk menjaga kelangsungan hidup hubungan mereka berdua. Kalau sama-sama tidak mau berusaha, ya wassalam deh sama hubungannya XD

Yang lain setuju? Mana suaranyaaa… hehe

Naia Bisa Meledek

Tingkah Naia dalam hal meledek ini memang lucuu banget deh. Keisengan yang turun temurun XP

Sudah cukup banyak ulah Naia meledek. Pastinya bukanΒ  yang tidak sopan, karena kalau tindakannya tidak sopan kita (saya dan suami) sepakat untuk tidak menghiraukannya alias nyuekin. Dicuekin biar dia gak merasa dapet perhatian atas tingkahnya itu. Anak kecil itu paling senang mendapat perhatian kan? Dan dia merasa kalau mendapat perhatian dari lingkungan sekitar ya berarti tindakannya benar, hehe.

Nah, kalau yang ini sih iseng-iseng lucu.

1. Naia meledek papanya. Jadi, Naia ceritanya lagi megang handphone papanya. Nah, diam-diam dia mendekat dan menjulurkan tangan tanda ngasih handphone yang dipegang itu. Tapi, begitu papanya menjulurkan tangan juga untuk menerima, dia lalu menarik tangannya kembali lalu senyum-senyum meledek, wekekek.

2. Naia meledek saya. Ada lagi saat dia mau ngasih saya makanan yang dia pegang. Belum sampai di mulut saya, dia sudah menarik tangannya lagi sambil senyum-senyum ngeledek lagi, hahaha. Benar-benar bikin PHP XP

3. Meledek akungnya (ayah dari saya). Saat akungnya bersin, Naia sempat kaget beberapa saat. Tapi tidak lama, dia lalu menghampiri akungnya dan meniru gaya bersinnya, hihihi. Sampai sekarang kalau ditanya “Bersinnya akung kaya gimana Naia?” dia mengeluarkan suara “ah”, ceritanya meniru akungnya bersin.

Gemeeess banget deh kalau dia sudah melakukan aksi meledek seperti itu.

[Parenting] Kunci Utama Sebagai Orangtua

Hum, sebenarnya lanjutan dari tujuan pengasuhan itu adalah gaya pengasuhan. Dengan adanya kesepakatan tujuan pengasuhan antar suami istri, selanjutnya ya menerapkan gaya pengasuhan seperti apa yang cocok. Sebelumnya saya memang pernah menuliskan 4 gaya pengasuhan menurut Diana Baumrind. Namun, saya berniat untuk menuliskannya lagi, mungkin lain waktu πŸ˜€

Sekarang saya ingin berbagiΒ kunci utama yang harus dimiliki oleh orangtua menurut pengalaman dan pengamatan saya sendiri. Kuncinya itu ada dari dalam hati, cieeeh. Maksudnya, kuncinya adalah sifat yang harus ~banget kayanya~ dimiliki oleh orangtua.

Menurut saya ya, kunci itu adalah ikhlas, sabar, dan percaya saja. Dengan tiga hal itu, perjalanan mengasuh buah hati (termasuk mendidiknya menjadi orang yang bertanggung jawab) menjadi ringan dan mudah.

Sabar

Saya sendiri merasa masih kurang bisa sabar dalam menghadapi buah hati. Memang pelajaran sabar dan ikhlas itu adalah pelajaran hidup yang paling sulit kan? hehe. Tapii, kurang sabar saya masih bisa saya kendalikan, Alhamdulillaah *semoga semakin bisa sabar*. Jadi kalau terasa sedikit kehilangan kesabaran ~belum sampai tahap emosi~ saya biasanya berdiam diri dulu sedangkan anak bermain bersama papanya. Atau, kalaupun di rumah sedang hanya berdua saja, ya saya berdiam diri dengan anak bermain sendiri. Kalau dia tidak bisa bermain sendiri dan terus merengek ke saya, biasanya saya tetap diam namun melakukan apa yang diinginkan oleh anak sambil memberinya pengertian “mama sedang butuh waktu sendiri, sebentar saja, sampai mama ajak Naia main lagi”. Ya, kalau yang baru saja menerapkan pengertian begitu mimpi sih kalau anaknya bisa langsung mengerti dan langsung anteng main sendiri lagi. Tapi, kalau kita memang terbiasa berdialog begitu, biasanya anak bisa langsung mengerti dan bermain sendiri lagi.

Sabar Menunggu Naia Baca Buku
Sabar Menunggu Naia Baca Buku

Sabar itu benar-benar sangat diperlukan ketika kita mengajarkan anak mandiri. Ya misalkan saja mengajarkan anak untuk bisa makan sendiri, atau dia sudah ingin melakukannya sendiri walau kita masih ingin menyuapinya. Nah, nungguin anak makan itu gak sebentar. Walaupun kita juga ikutan makan, anak ya selesai makannya jauh lebih lama ketimbang kita. Belum lagi kalau berantakan *ini sih pasti ya, hehehe*. Berhubung koordinasi tangannya belum sempurna, ya ada lah nasi atau lauk yang terlempar kesana kemari πŸ˜›

Hal yang sama juga berlaku ketika menemani anak bermain. Harus sabar mengikuti kemana anak pergi dan mau main apa, asal yang aman-aman saja. Pokoknya bagi saya dan suami, selama hal itu aman ya kita tidak pernah akan melarang agar hasrat keingintahuannya tidak dibatasi. Tapi, memang kita gak pernah melarang sih, paling-paling kalau sudah tidak aman, ya anaknya kita amankan/ jauhkan dari tempat itu lalu diberi pengertian kenapa gak boleh kesitu.

Benar! Orangtua juga harus sabar dalam memberi pengertian dan menjawab segala pertanyaan anak. Apalagi kalau anak sudah tahap “cerewet-cerewetnya”, ya kita harus sabar selalu mendengarkan ceritanya berulang kali, juga harus sabar menjawab pertanyaannya yang berulang kali. Dari situlah anak belajar, melalui pengulangan. Tapi, kalau kita capek menjawab gimana? Coba saja ajak anak mencari tau jawabannya sendiri, mungkin dengan begitu akan langsung tertanam di otaknya mengenai jawaban pertanyaannya itu hehehe.

Ikhlas

Nah, ini nih salah satu yang mudah dibicarakan tetapi paling suliit dilakukan. Hum, maksudnya ikhlas dalam mengasuh anak itu ya kita gak perlu memikirkan apa yang nanti akan diberikan ke kita. Ikhlas menjalani dan menjaga amanah yang dimiliki. Dengan terus adanya rasa ikhlas ini, rasanya sabar akan selalu mengiringi.

Ikhlas juga maksudnya menerima hasil yang diberikan oleh anak. Seperti dalam hal belajar makan sendiri, kita ya ikhlas saja dengan hasil nasi yang tercecer dan berantakan di lantai, toh bisa kita bereskan. Yang penting kita sudah meningkatkan kepercayaan dirinya untuk makan sendiri. Selanjutnya kemampuan makan sendirinya pasti meningkat, jadi sedikit yang tercecer dan lama-lama ya sepenuhnya bisa makan sendiri tanpa ada yang tercecer.

Keikhlasan tetap diperlukan juga lho dalam mengajari tanggung jawab. Misalnya saja, dia harus membereskan mainannya setelah bermain atau sebelum tidur. Nah, kita cukup memberi tahu kalau dia harus membereskan mainan (kalau perlu ya kita bantu sedikit). Ikhlas dengan hasil yang diperoleh anak. Mungkin kita tidak puas dengan penyusunan mainannya, tapi toh dia sudah belajar bertanggung jawab, jadi ya ikhlas saja dengan hasilnya πŸ˜€

Dengan keikhlasan ini juga keinginan untuk bisa menjadi orangtua yang lebih baik lagi semakin berkembang. Dengan begitu, kita jadi terus menerus menambah ilmu kita mengenai pengasuhan yang baik sesuai dengan gaya pengasuhan yang telah disepakati sebelumnya.

Percaya saja

Ini sebenarnya pelajaran dari ruasdito* sih, hehe. Jadi, maksudnya dalam mengajarkan anak kemandirian, kita cukup perlu percaya saja dengan kemampuannya. Dia bisa loh melakukan sesuai dengan harapan kita, bahkan terkadang melebihinya.

Seperti dalam hal membereskan mainan. Kita gak perlu capek-capek teriak dan sekuat tenaga membuatnya membereskan mainannya sendiri. Ya dijelaskan saja kenapa dia harus membereskan mainannya dan itu merupakan tanggung jawabnya dia. Nah, kalau kita percaya saja diaΒ  bisa melakukan itu, insyaAllah dia memang bisa. Namun, balik lagi ke sabar. Kita harus sabar karena membereskan mainan tidak semudah yang kita bayangkan πŸ˜€

Dia bahkan bisa merapikan sandal yang habis dipakainya untuk bermain di luar. Iya, terkadang saya sendiri jadi malu sama Naia. Sehabis bermain, saat sandalnya saya copot, dia langsung mengambil sandal itu dan meletakkannya di rak sepatu yang ada di depan rumah kita. Sedangkan saya, saya biasa membiarkan sandal ngejogrok *apa bahasa bagusnya yak* di depan pintu karena merasa nanti akan dipakai lagi, huhu. Akhirnya sekarang-sekarang saya pun langsung meletakkan sandal di rak sepatu. Kalau mau dipake lagi ya tinggal ambil lagi, hehe. Agar kebiasaan baik Naia tidak berubah, saya harus selalu mencontohkannya. Anak belajar dari contoh kan? πŸ˜€

*RuasditoΒ (rute-asuh-didik-toge) ini diperkenalkan oleh Toge Aprilianto, penulis buku “Saatnya Melatih Anakku Berpikir”, buku ringan dan tipis namun isi yang terkandung merupakan pelajaran dan petunjuk pengasuhan anak secara rinci.

Itulah 3 hal paling mendasar yang benar-benar diperlukan oleh orangtua *menurut saya loh*. Kalau merasa ada lagi yang lain, silakan berkomentar yaa. Selamat menikmati menjadi orangtua!

Menuruti Orangtua

Menuruti orangtua itu banyak hikmahnya. Dan juga berkah. Saya dan suami membuktikannya malam ini.

Jadi malam ini ada acara pernikahan teman di taman mini. Alangkah lebih dekat kalau kita berangkat ke acara itu dari rumah kontrakan kita di pasar minggu.

Tapi… Karena kita sudah cukup lama tidak berkunjung ke rumah orangtua saya di priuk, jadilah saya dan suami memutuskan untuk menginap di priuk saja sampai besok dengan tetap akan ke acara tersebut dari priuk. Jauuh yah. Apalah artinya jarak untuk menyenangkan orang yang kita cintai *cieeeh*.

Nah, saat saya menyampaikan ke ibu saya kami mau ke acara pernikahan itu, ibu saya menyarankan agar kami berangkat setelah sholat ashar saja agar tidak pulang terlalu malam. Awalnya saya dan suami mau berangkat setelah maghrib, tapi dipikir2 benar juga sih sarannya. Dengan mempertimbangkan lalu lintas juga, kami menuruti saran itu deh, walaupun akhirnya tetap berangkat jam 5 sore.

Alhamdulillah lalu lintas saat kami berangkat itu lancaar jaya, jadi sampai di taman mini baru jam 6.15 sore. Suami bisa sholat dulu *kebetulan saya sedang libur sholat :D* dan kita bisa bersantai sejenak.

Ngomong-ngomong berkah, banyak banget yang kami dapatkan karena berangkat lebih awal. Kalau dituliskan, inilah berkah yg kami dapatkan malam ini:

1. Jalan2. Hihi, jalan2 sekeluarga itu memang sesuatu banget xp. Jadi merasa family time banget.
2. Malam mingguan. Haha, awalnya gk engeh kalau sekarang malam minggu, tapi pas bersantai sejenak karena datang awal jadi terpikir dan senyum2 berdua deh πŸ˜€
3. Reuni/ silaturahmi. Iya banget nih, jadi kaya reuni fasilkom, secara berhubung yg menikah itu “orangtua” dan “anak” kita, hehe. Sesama angkatan ganjil, yg satu mendidik angkatan saya dan suami, yg satu lagi angkatan yg kita didik.
4. Makan enak. Acara pernikahan itu emang satu paket dengan makan enak kan? Hehehe
5. Kembang api. Ini salah satu acara yang bikin acara pernikahan ini beda dari yang lain.
6. Boneka. Ini satu lagi yang bikin beda dari yg lain. Mereka bagi-bagi 10 buah boneka dan saya dapet satuuu, buat Naia doonk pastinya πŸ˜€

image
Boneka Gratisan XP

Yg terakhir, pernikahannya berbeda dari biasanya jadi memberikan kesan tersendiri dan pastinya akan diingat terus πŸ˜‰

Nah yg paling utama…

Kalau kita berangkat sedikit lebih lama saja, kita tidak akan sampai secepat itu dan tidak bisa bersantai deh. Berhubung yang mengadakan acara pernikahan di taman mini itu banyak, jadi sedikit lebih lama lagi akan lebih banyak mobil dan membuat lalu lintas menjadi macet. Dan memang itu yang terjadi, jalanan macet cet cet.

Ada seorang teman yang menghabiskan waktu 2 jam untuk menuju tempat acara padahal hanya dari daerah Depok. Ada lagi 2 orang yang akhirnya terpaksa membatalkan kehadirannya, padahal mereka sudah berada di sekitaran taman mini.

Karena menuruti orangtua,kami jadi tidak terkena macet sama sekali. Jalanan pergi dan pulang lancaar jaya jadi kami bisa mendapatkan berkah sebanyak itu *malam penuh berkah doonk xp

Alhamdulillah yah.

[Parenting] Tujuan Pengasuhan

Pertama-tama saya mau mendeklarasikan kalau saya pengen secara aktif memposting hal yang berhubungan dengan parenting. Tujuannya, selain lahan saya belajar ~jadi kalo baca-baca hal parenting dari artikel-artikel mana aja langsung aja saya simpen linknya dan saya reblog dengan bahasa saya sendiri biar lebih paham~ bisa juga lahan buat pengunjung blog saya untuk belajar ilmu parenting juga. Mudah-mudahan dengan bertambahnya konten parenting gini makin banyak orangtua-orangtua muda yang aware akan pentingnya pengasuhan anak.

Kenapa sih pengasuhan anak penting banget? Iya donk, anak itu masa depan kita, masa depan bangsa juga. Mau dibawa kemana bangsa kita kalau kita mengasuh anak dengan sembarangan?

Saya punya tujuan untuk membentuk Indonesia yang lebih baik lagi dari sekarang dengan pelan-pelan menghilangkan KKN dan segala hal buruk yang terjadi di Indonesia. Nah, saya gak bisa sendirian, jadi saya ingin generasi setelah saya juga seperti itu, saya ingin melatih mereka menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, peduli, serta mementingkan kebenaran BUKAN mementingkan diri sendiri. Jadi di tangan generasi peneruslah bisa kita serahkan Indonesia dengan tenang. Dengan membentuk generasi masa depan yang baik, yang benar, yang bertanggung jawab, mungkin insyaAllah ke depannya kita bisa jadi negara yang bebas korupsi. “Indonesia strong from home”, begitu kira-kira kata ayah Edi πŸ˜€

Nah, mengenai judul, beberapa waktu lalu suami saya nge-share note facebook seseorang yang menuliskan summary dari seminar parenting ibu Elly Risman. Intinya adalah mengenai tujuan pengasuhan anak.

Kenapa tujuan pengasuhan itu diperlukan? Kalau kita bepergian, kita juga pasti punya tujuan, kalau tidak, kita akan berjalan entah kemana yang akhirnya nyasar dan ketika balik lagi ke rumah, kita tidak mendapat hasil apa-apa, nihil, nol, tidak bermanfaat. Begitulah kalau pengasuhan tidak memiliki tujuan πŸ˜€

direction

Karena itu, sebagai orangtua, kita, ibu dan ayah harus terlebih dahulu menyelaraskan tujuan pengasuhan dalam keluarga kita. Seminar tersebut menjelaskan pentingnya tujuan pengasuhan dan menyebutkan beberapa tujuan pengasuhan yang bisa diterapkan. Nah, di bawah ini saya menjelaskan mengenai tujuan-tujuan pengasuhan yang didapat dari seminar itu.

  1. Hamba Allah yang taqwa. Pada anak, yang pertama matang adalah systemlimbic di belakang kepala, system limbic ini berkaitan erat dengan PERASAAN. Jadi ajarkan pada anak rasa beragama dan rasa memiliki Allah. Sama halnya dengan mengajarkan padanya kecerdasan emosi terlebih dahulu. Anak yang dari kecil dikenalkan dengan berbagai macam emosi akan tumbuh menjadi anak yang memiliki empati serta rasa kepedulian tinggi terhadap sesama. Maka, untuk mereka tidaklah penting mengajarkan sebanyak-banyaknya pengetahuan ini-itu, tapi lebih penting mengajarkan PERASAAN. “Indonesia Neuroscience Society merekomendasikan, anak di bawah 4 tahun, salah satu ibu atau bapaknya HARUS dirumah, mendidik anak. Tanggung jawab mendidik agama berada ditangan AYAHNYA, ayah harus β€˜alim, dialah penentu GBHK ( Garis Besar Haluan Keluarga), ibu hanya unit pelaksana teknis.”[1]
  2. Calon suami/ istri yang baik. Hal ini berkaitan dengan ketaqwaan tadi, dengan bertaqwa, kita juga mengajarkan bagaimana membentuk rumah tangga yang harmonis dengan menjadi suami/ istri yang baik.
  3. Calon ayah dan ibu yang baik. Nah, hal ini untuk membentuk generasi berikut-dan berikutnya untuk lebih baik lagi. Mereka harus diajarkan dan ditunjukkan peran ibu dan tanggung jawab ayah. Perlu juga untuk mengajarkan fungsi laki-laki dan perempuan atau ibu dan ayah itu berbeda. Yang sangat penting untuk diperhatikan lagi adalah “jangan berantem depan anak”.
  4. Membantu mereka mempunyai ilmu dan keahlian. Inilah yang menjadi fokus perhatian kita selama ini. Banyak rumah tangga yang menjadikan poin inilah satu-satunya tujuan pengasuhan mereka, padahal ini harusnya hanya salah-satu tujuan saja.
  5. Pendidik istri dan anak. Banyak hal buruk yang menjadi akibat dari kurangnya perhatian ayah kepada anak-anaknya. Contohnya saja terjadi pada artikel ini: http://nelotte.wordpress.com/2013/08/22/saya-sudah-ga-perawan-di-usia-sekolah. Hasil studi di harvard: “anak yang ayahnya involved dalam pengasuhan akan tumbuh menjadi anak yg dewasa dan suka menghibur orang, punya harga diri yang tinggi, prestasi akademis di atas rata-rata dan lebih pandai bergaul.”Β Setidaknya luangkan waktu minimal 30 menit untuk anak tanpa gangguan apapun termasuk gadget, quality time istilah kerennya. Dengan begitu ayah bisa menjalin kedekatan emosi secara langsung dengan anaknya.
  6. Pengayom keluarga. Didik anak laki-laki kita untuk menjadi pengayom orangtua, istri, serta anak-anak mereka. Di pundak laki-laki ada tanggung jawab terhadap 4 wanita yang harus mereka lindungi. 4 wanita tersebut adalah ibu, istri, anak perempuan, dan adik perempuannya, maka penting untuk menekankan hal ini kepada mereka.
  7. Manusia bermanfaat bagi orang lain atau sebagai pendakwah ( penyampai kebenaran). Sama halnya dengan tujuan hidup saya pribadi untuk menjadi manusia yang bermanfaat, saya ingin juga anak-anak saya kelak menjadi orang yang kebermanfaatannya dapat dirasakan banyak orang.

Tulisan lebih lengkap mengenai seminarnya bisa dibaca di sini.

Dari situ, kita bisa belajar kalau tujuan pengasuhan itu penting, biar kita sebagai orangtua punya bayangan akan bagaimana anak kita ke depannya. Dan dengan punya tujuan pengasuhan itu juga, kita jadi bisa merumuskan bagaimana cara pengasuhan yang harus diterapkan ke anak nantinya.

Jadi sebelum melakukan apa-apa, kita memang perlu merumuskan tujuan kita melakukan itu.

So, punya anak emang gak gampang, harus punya ilmunya biar anak gak terbengkalai terabaikan, hehe. Dan anak juga merupakan amanah langsung dari pencipta kita, jadi makin gak bisa sembarangan kita menjaga dan mendidiknya.

Sudahkah kalian menentukan tujuan pengasuhan bagi anak-anak? πŸ˜€

101 Young CEO

Itu judul buku pertama suami saya πŸ˜€

101 Young CEO

Alhamdulillah sebentar lagi bukunya terbit. Bukunya merupakan cerita perjuangan membangun bisnis para 101 pengusaha muda di bawah 30 tahun yang sudah sukses. Selain itu, buku ini juga “ngomporin” kita buat jadi young CEO selanjutnya, hehe. Keren nih, terutama buat anak-anak SMA atau anak kuliahan yang mau mulai usaha sendiri.

Untuk info lengkapnya ada di websitenya: http://101youngceo.com/. Yap, suami saya sudah bikin websitenya juga, hehe.

Sukses terus yaa teruntuk suamiku tercinta, Ilman Akbar.

Toilet Training

Yak, sudah 2 minggu ini Naia saya ajarkan untuk pipis atau BAB di kamar mandi. Istilah kerennya sih toilet training / potty training, hehe.

image from babycenter
image from babycenter

Jadi 2 minggu yang lalu kuliah onine ibuprofesional berbicara tentang mengajarkan kemandirian terhadap anak. Salah satu tugas rumahnya adalah membuat buku bintang terhadap keberhasilan anak melakukan kemandirian ~bisa macam-macam~. Lalu, saya jadi berpikir untuk menerapkan kemandirian masalah buang air kepada Naia.

Kebetulan juga, saya lalu membaca artikel Potty train your toddler in 3 days lalu saya jadi kepikiran untuk menerapkan apa yang saya baca. Sebenernya bukan menerapkannya sih, cuman akhirnya kepikiran untuk ngajarin Naia potty training. Soalnya dalam hati, saya itu yakin banget kalauΒ yang dibutuhkan itu intinya hanyalah kesiapan dan kesabaran kita.

Selain mau mengajarkan kemandirian ke Naia di usia sedini mungkin (usia Naia baru 15 bulan kurang 1 minggu), dengan dia bisa pipis dan BAB sendiri di WC kan bisa jadi mengurangi penggunaan pampers juga. Yang setiap hari bisa pakai 3-4 pampers, jadi gak pakai sama sekali.

Nah, saat itu saya udah mantap banget untuk melaksanakan potty training, jadi segalanya ya disiap-siapin deh. Saya menyediakan lap khusus dan air sabun. Jadi, kalau dia pipis di sembarang tempat bisa saya langsung lap pakai air sabun yang tadi disediakan. Kenapa lap khusus? Karena itu kan pesing, jadi ya lapnya saya khususkan πŸ˜€

Saat saya sampaikan hal ini ke suami, dia sempat kaget dan bilang saya nekat. Tapi tekad saya sudah bulat dan dia mendukung sepenuhnya.

Sayangnya kita belum sempet beli toilet kecil untuk potty training gitu, jadinya ya saya bawa aja ke kamar mandi dan pipis di lantainya. Berhubung wc di kontrakan kita juga pakainya wc jongkok dan bukan wc duduk, jadinya saya bingung untuk mendudukkan dia di wc jongkok, takut malah kakinya masuk ke wc, hiiy. InsyaAllah dalam minggu ini mau beli deh, hehe.

image by mordoc
image by mordoc

Setelah sekarang berjalan 2 minggu (oke, memang jauh dari artikelnya yang mengajarkan cuma 3 hari, tapi itu jadi bikin saya semangat banget untuk terus menjalankan potty training ini), progressnya pesat banget.

Hari pertama

Saya belum bisa membaca pola pipis dan BABnya Naia, jadi semuaaanya gak ada yang berhasil masuk kamar mandi. Di hari pertama ini cuciannya buanyak banget, hampir sama seperti waktu dia baru lahir. Oiya, 5 bulan pertama juga Naia gak pake pampers sih kalau di rumah, berhubung belum bisa kemana-mana, jadi pipisnya ya di satu tempat aja, di tempat tidur yang dikasih perlak buat dia. Di hari pertama ini, malam harinya Naia masih saya pakaikan pampers. Hari pertama ini sambil saya bicarakan pelan-pelan dengan Naia kalau itu namanya pipis dan harus memberi tahu saya kalau nanti mau pipis lagi.

Hari kedua

Dari hasil pengamatan hari pertama, setiap kali Naia bangun tidur, dia pasti pipis. Jadi, saya ceritanya eksperimen di hari kedua ini. Setiap dia bangun tidur langsung saya bawa ke kamar mandi dan saya copot celananya. Saya tunggu agak lama sekitar 1-3 menit, ternyata benar saja dia pipis. Dan 100% itu benar, selalu saja setelah bangun tidur dia pipis. Di hari kedua mulai saya copot pampers pada malam hari juga. Tapi hasilnya: ngompol! hehehe.

Hari ketiga

Dari malam hari kedua, pagi harinya itu kasurnya dia sudah basah ompolnya dia (tenang, kita kasih perlak kok, jadi gak nembus sampai ke kasur dan tidak merusak kasur πŸ™‚ ). Setelah saya amati, sepertinya pada waktu subuh tadi dia seperti ingin bangun tapi saya langsung nenenin lagi jadi dia kembali tidur deh. Soalnya, saat malam saya nenenin, saya cium celananya belum bau pesing dan belum basah juga. Saya jadi berpikir untuk saat subuh itu saya bawa juga ke kamar mandi.

Hari keempat

Nah, saya coba deh saat subuh saya bawa ke kamar mandi, kemungkinan ngompolnya ya pada waktu subuh ini kemarin. Dan ternyata benar saja. Sampai waktu subuh, dia sama sekali belum pipis dan kasurnya kering. Udah gak ngompol!! Horee. Ah iya, sampai hari keempat ini baru berhasil 100% membuat dia pipis di kamar mandi setiap kali bangun tidur saja, belum yang Naia memberi tahu saya sebelum dia pipis pada saat terjaga. Ah, tapi saya pernah berhasil menebak tanda dia ingin pipis. Saat Naia seperti bergidik, berarti dia ingin pipis.

Oiya, setiap kali saya berhasil membuatnya pipis di kamar mandi, saya mengajaknya tepuk tangan ~instead of dancing :P~ agar dia nantinya mau memberi tahu saya saat dia merasa ingin pipis.

Hari kelima

Masih setiap bangun tidur saja pipisnya, dan saya jadi semakin yakin kalau itu memang pola pipisnya. Nah, di hari kelima ini saya masih menebak-nebak juga tanda-tanda dia ingin pipis. Kadang berhasil, kadang enggak juga. Kadang saya menebak dia ingin pipis, tapi saat sudah di kamar mandi dan celananya saya copot dan ditunggu sampai lama gak keluar-keluar juga pipisnya. Yasudahlah, itu berarti dia tidak ingin pipis. Tetap saya beri pengertian pelan-pelan kalau pipis sebaiknya memberi tahu saya agar saya bawa ke kamar mandi. Tapi tebak-tebakan saya terhadap pipisnya sudah 80% berhasil.

Minggu kedua

Hari pertama di minggu kedua dia mulai memberi tahu saya setelah dia pipis. Yap, setelah. Jadi, setelah pipis, dia menuju ke arah saya, menyenggol-nyenggol saya lalu menunjuk-nunjuk ke tempat dia tadi pipis. Okee, satu perkembangan lagi, dia sudah mengerti kalau itu pipis dan sudah bisa memberi tahu saya! Horee, senangnya hati ini. Tapi tidak lupa juga, saya tetap memberi pengertian pelan-pelan kalau sebelum pipis sebaiknya memberi tahu saya agar saya bawa ke kamar mandi. Iya, kali ini saya beri tekanan pada kata sebelum. Ah iya, setiap malam sudah berhasil tidak ngompol sejak hari keempat itu! Mantap sekali Naia ini :*

Hari kedua minggu kedua

Ada satu perkembangan bagus lagii, sekarang Naia sudah bisa memberi tahu saya saat dia merasa ingin pipis, horee..!! Jadi, sebelum pipis, dia ke arah sayasambil menengok-nengok ke arah bawah dan sambil ingin membuka celananya. Ketika saya tanya “Naia ingin pipis?” dia diam saja. Oke, saya artikan sebagai iya. Tanpa ragu lagi saya langsung bawa ke kamar mandi dan saya copot celananya. Ternyata benar, dia pipis, yeay. Hal ini berlanjut sampai sekarang.

Saya sudah menemukan 3 pola pipisnya Naia.

  1. Setelah bangun tidur
  2. Saat Naia bergidik
  3. Saat dia memberi tahu saya dengan cara menuju ke arah saya sambil menengok-nengok ke arah bawah dan sambil ingin membuka celana.

Huah, perkembangan yang cukup menggembirakan buat saya. Di umur yang baru 15 bulan, Naia sudah tidak ngompol kalau tidur dan sudah bisa memberi tahu saya saat dia ingin pipis.

Perkembangan itu juga selalu saya ceritakan setiap hari ke suami dan dia ikut bangga terhadap Naia πŸ˜€

Untuk BAB, dia masih takut kalau di kamar mandi. Entah kenapa. Kemarin soalnya saat dia diam saja dan saya tanya ingin BAB, dia tetap diam. Dan ternyata benar, dia BAB. Ya langsung saya bawa ke kamar mandi sambil dicopot celananya dan saya tunggu lagi kalau dia ingin BAB lagi. Tapi ternyata dia malah nangis kejer, huaaa. Yaudah, saya sudahi. Ternyata beberapa menit setelah keluar kamar mandi dan saya pakaikan celana lagi, dia BAB lagi. Yak, benar berarti dia masih takut untuk BAB di kamar mandi. Okee, pelan-pelan deh, pikir saya.

Trend Mobile Internet terhadap Anak

Prolog

Jadi, tanggal 5 Juli 2013 kemarin ada talkshow mengenai “β€œPeran Orangtua mengatasi Trend Mobile Internet terhadap perkembangan anak” yang diadakan oleh Dari Perempuan dan Indosat Mentari. Kebetulan mengambil lokasi di 1/15 Coffee Gandaria – Jakarta dari jam 14.00 sampai 17.00.

Hari kamis, saya memutuskan untuk menginap di rumah orangtua saya di Tj. Priuk. Nah, saya menyampaikan ke suami kalau saya ingin naik transjakarta aja sekalian jalan-jalan. Tapi kan bawaan saya agak banyak dan berat, terlebih saya bawa Naia, jadi akan merepotkan kalau naik transjakarta karena harus transit 2 kali. Jadilah saya naik taksi saja.

Karena saya sedang menginap di rumah orangtua di priuk, jadi saya memutuskan untuk tidak mengajak Naia. Berhubung tempatnya jauh dari priuk dan saya naik angkutan umum, akan lebih bahaya kalau saya mengajak Naia.
(Dan bener sih, saya berhasil menghabiskan total 9 jam dengan 8 jam di jalan dan 1 jam di tempat acara *what a nice day*. Naia jadi apa ini kalau ikut, bisa bosan tidak ketulungan)

Menenangkan Naia

Karena kita terbiasa cuma berdua di rumah, jadinya setiap saya pergi ya Naia selalu diajak. Nah, kemarin Naia melihat saya sudah rapi jadi dia langsung minta gendong dan menunjuk-nunjuk keluar rumah.

Tadinya malah digendong ibu saya, tapi dia jadi nangis kejer. Yaudah saya ajak keluar rumah dulu sambil saya jelaskan pelan-pelan saya mau kemana dan kenapa dia tidak diajak. Alhamdulillah jadi tenang kembali dan jadi mau digendong ibu saya. Pintarnya kamu nak *cium*

Berangkat deh (jam 12:30).

Perjalanan

Nah, perjalanan saya dari priuk ternyata tidak seperti yang diharapkan. Saya sengaja bersiap dari 2 jam sebelum acara agar tidak terlambat. Ternyata, jam 13.30 saja saya baru sampai terminal priuk. “Jam segini baru sampai sini, mau sampai jam berapa nih ke tempatnya”, pikir saya.

Karena jalur yang saya ambil adalah ke blok m terlebih dahulu baru naik metromini 72, jadilah saya mencari bus patas jurusan blok m. Nah, patas itu baru banget sampai terminal jadi kayanya mungkin baru berangkat setengah jam lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk naik transjakarta saja, walaupun harus transit 2 kali.

Pada saat transit pertama, saya baru memperhatikan kalau sekarang transjakarta di setiap feedernya dilengkapi oleh monitor kedatangan bus. Dengan monitor itu, kita jadi tahu berapa lama lagi busnya sampai di feeder tempat kita menunggu dan tahu juga busnya sudah sampai mana.

Monitor Informasi Transjakarta
Monitor Informasi Transjakarta

Tapi sayangnya, lalu lintas juga sedang tidak bersahabat. Sampai blok m sudah jam 15.20an, hiks. Yaudah lah lanjutkan, tekad untuk datang dan (semoga) mendapat materinya sangat besar. Alhamdulillahnya metromini 72 langsung ada dan bisa langsung berangkat.Β  Karena saya tidak tahu letak persis 1/15 coffeenya itu dimana, saya berpesan ke kondekturnya agar saya diturunkan di Jl. Gandaria 1.

Ternyata kondekturnya lupa, dan saya kelewatan jauh, walhasil harus balik lagi, huhu. Untungnya ongkosnya diganti sama kondekturnya, ihihi. Setelah akhirnya dapet bus lagi dan turun tepat di depan tempatnya, saya langsung masuk. Lihat jam, sudah jam 16.00, hiks T_T

Si mba yang jaga absennya juga sampai senyum-senyum sendiri, acara sudah mau selesai saya baru dateng. Yaudah, kebagian pengumuman-pengumuman aja dah.

Yak, walaupun saya ketinggalan materinya, saya akhirnya minta rekamannya. Tapi, sampai saya menulis di blog ini belum dapet rekamannya, hehe. Akhirnya saya buat saja chirpstory dari pemenang livetweet kemarin, mbak Caroline Adenan.

Peran Orangtua mengatasi Trend Mobile Internet terhadap perkembangan anak

Talkshow
Talkshow

Jadi, anak-anak generasi sekarang itu termasuk ke dalam golongan generasi Z. Apa itu generasi Z? Yaitu generasi yang sudah sangat melek teknologi, termasuk internet dan gadget. Terutama remaja jaman sekarang ya, mereka sangat familiar dan terbiasa banget dengan yang namanya mobile internet. Mereka bisa mengakses internet dengan gampang melalui gadget yang mereka miliki dan sudah jarang menggunakan PC.

Jangankan usia remaja, jaman sekarang itu bayi juga sudah sangat mengenal gadget, terutama untuk bermain. Mereka mungkin sudah tidak kenal lagi yang namanya PC nantinya. Dan faktanya, belum ada juga pembuktian bahwa internet berdampak baik atau buruk terhadap anak.

Menurut saya sendiri, internet itu seperti 2 sisi mata uang, bisa berdampak baik dan bisa juga berdampak buruk terhadap anak, tergantung dari konten yang sedang mereka akses serta pengarahan dari orang terdekat terutama orangtua.

Untuk itu, sebagai orangtua selaku pendidik paling pertama para generasi masa depan, haruslah dituntut untuk mengerti apa manfaat serta kerugian yang bisa diakibatkan oleh internet itu sendiri. Dengan mengerti manfaat yang bisa didapat atau kerugiannya, orangtua bisa dengan mudah deh mengawasi penggunaan internet pada anaknya. Ya memang gak semudah membalik telapak tangan juga sih, perlu komitmen yang kuat dan komunikasi yang baik dengan anak.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengarahkan teknologi internet menjadi hal yang sangat bermanfaat bagi anak kita. Salah satunya menemani anak saat mengakses internet sedini mungkin. Bila diurutkan melalui usia mereka, bisa dijabarkan seperti berikut:

Di usia 2-4 tahun, orangtua bisa mendampingi anak saat mereka mengakses internet. Membuat pengalaman positif serta menyenangkan seperti mencari gambar atau menonton video lagu-lagu anak. Dengan pengalaman menyenangkan tersebut, anak akan mengingat kalau internet itu mengasikkan.

Usia 4-7 tahun, anak bisa diberi kebebasan untuk mulai mengakses internet sendiri namun tetap dalam pengawasan orangtua. Mereka bisa mulai mencari informasi-informasi positif dan yang terkait dengan dirinya sendiri. Dengan begitu, mereka akan merasa nyaman karena bisa mengakses internet.

Usia 7-10 tahun, anak bisa mulai didorong untuk eksplorasi internet sendiri dan orangtua bisa mulai melakukan edukasi filtering. Orangtua bisa mulai menjelaskan mana konten yang baik dan mana konten yang buruk atau tidak pantas diakses. Sebenarnya dari usia sedini mungkin sampai usia segini (10 tahunan) adalah saatnya pembentukan karakter dan kebiasaan anak. Maka, sebaiknya kebiasaan membatasi mengakses internet juga harus diajarkan sedini mungkin.

Di usia 10-14 tahun, orangtua bisa mulai mengajari pentingnya data pribadi dan bagaimana mengatur data tersebut. Orangtua juga mulai bisa berdiskusi 2 arah dengan anak mengapa situs jejaring sosial seperti facebook hanya boleh diakses orang masyarakat yang berusia lebih dari 13 tahun.

Dari semua usia itu, penggunaan internet tetap perlu diberi batasan. Jangan sampai orangtua membebaskan setiap hari dan setiap saat anak bisa mengakses internet, karena nantinya mereka bisa kecanduan internet dan tidak memiliki kontrol diri terhadap teknologi tersebut. Juga lakukan komunikasi terbuka, buat kesepakatan dengan anak mengenai peraturan pengaksesan internet dan teknologi lainnya.

Menurut pengalaman Shita Laksmi selaku pembicara talkshow kemarin, beliau melakukan kesepakatan dengan anaknya kalau mereka boleh mengakses internet apabila ada salah satu orangtua. Dan, internet dianggap sebagai suatu kemewahan bukannya sebagai hak.

Nah, dari pembicara lainnya, Elga Yulwardian, ada beberapa tips mengenai pengawasan teknologi internet terhadap anak.

  • Orangtua harus menentukan waktu kapan anak bisa menggunakan gadget. Mungkin dalam kasus mba Shita Laksmi tadi, ya saat ada salah satu orangtua yang bisa mengawasi.
  • Batasi berapa lama setiap penggunaan gadget atau buat kesepakatan seperti kapan saja bisa mengakses, berapa jam bisa diakses dan dimana saja internet tersebut bisa diakses.
  • Harus ada parenting control
  • Orangtua harus tau apa yang diakses dan dimainkan oleh anak-anak kita.
Parental Control
Parental Control

Sumber gambar

Dari semua tips tersebut, orangtua dituntut harus mengerti teknologi internet itu sendiri. Kalau sebagai orangtua tidak mengikuti perkembangan teknologi seperti itu, maka nantinya kita tidak bisa mengontrol dan mengajarkan kontrol diri terhadap anak-anak kelak.

Untuk saya pribadi, nantinya saya akan membatasi penggunaan internet. Misalnya sehari berapa jam dia bisa mengakses internet, menjelaskan apa saja situs yang boleh dan tidak boleh dibuka, serta mengawasi apa saja yang mereka mainkan. Kalau sudah dewasa dan sudah mempunyai kontrol diri, saya akan mempercayakan sepenuhnya sambil tetap saya awasi apa saja yang mereka buka secara diam-diam.

Kenapa diam-diam? Agar anak saya yakin mereka dipercaya oleh saya, dan pengawasan tersebut hanya saya lakukan jarang-jarang. Ini sih baru rencana saya, lha wong anak saya baru 15 bulan, hehe. Tapi ya seperti komitmen saya juga, saya ingin mengajarkan kemandirian dan pengendalian diri sedini mungkin terhadap anak πŸ˜€

Sumber:

Chirpstory dari pemenang livetweet, Caroline

Lomba Blog DPTalk

*Yah, dari perjalanan panjang kemarin, saya jadi jalan-jalan naik transjakarta seperti yang saya inginkan di hari sebelumnya deh, hehe.

Tobat

Akhir-akhir ini entah kenapa kok saya lupa ya memberi link di gambar yang saya gunakan sebagai konten blog, dooh *merasa berdosa*. Lalu kemarin ujug-ujug saya baca blog cara mendapatkan gambar gratis yang sangat menampar saya dan benar-benar mengingatkan. Saya kok udah jarang ngasih link sumber di gambar yang saya pake siiih, hadoooh *tepokjidat*.

Saya juga bingung sih nih ama diri saya sendiri kenapa akhir-akhir ini jadi jarang nyantumin sumber gambar. Mungkin banget sih karena saya memposting gambar yang memang koleksi pribadi. Jadi, kebiasaan gak nyantumin sumber gambar di koleksi pribadi kebawa deh.

Jadi ceritanya mulai hari ini dan insyaAllah seterusnya saya tobat, heheh. Kemarin sempet nyari-nyari gambar yang pernah saya pake, tapi capek juga ya. Jadi saya mohon maaf sebesar-besarnya yaa buat gambarnya yang saya pake tapi gak saya kasih link ke sumbernya, huhuhu.

Dengan baca postingan itu saya jadi inget dulu juga saya sering banget pake stok foto yang gratisan dan saya dapat dari sxc.hu. Dulu sih biasanya saya pakai untuk gambar dummy dari web yang saya bikin. Tapi sekarang setelah saya pikir bisa juga donk jadi gambar di web. Kok baru kepikiran yak? Yaudahlah, yang penting tobat, hehe.

Hasil search “tulip” di dreamstime danΒ sxc.hu πŸ˜€

2 Hari Lagi

Yak, gagal sudah target saya untuk menulis selama 30 hari. Waktu itu 4 hari berturut-turut saya nulis blog, sekedar mengisi waktu sekaligus memang ada yang ditulis. Karena itu, saya jadi menargetkan jadi 30 hari berturut-turut mau nulis di blog. Etapi ternyata cuma bertahan sampai hari senin minggu lalu saja, waktu baru 7 hari berturut-turut.

Lumayan sih, seminggu bisa saya jalani. Tapi kalau terputus begini, ya jadinya mesti ngulang lagi πŸ˜›

Oke, bukan itu yang mau saya omongin, hehehe. 2 hari lagi ada apa?

2

2 tahun yang lalu, hari ini jantung berdegup sangat kencang membayangkan 2 hari lagi akan berganti status. Hari ini, jantung masih berdegup kencang membayangkan apa yang sudah dan yang akan kita lalui setelah 2 tahun pernikahan ini ~2 hari lagi~.

2 tahun bukan waktu yang lama. Dalam 2 tahun ini kami diberikan anugerah yang begitu besar yang membuat waktu terasa cepat sekali berlalu. Naia namanya. Melihatnya dan mendidiknya selama setahun ini membuat kita benar-benar merasakan betapa besarnya kasih sayang orangtua terhadap kita dan membuat kita semakin sayang kepada orangtua.

Dan bukan juga waktu yang cepat. Banyak hal yang berubah selama 2 tahun ini, status, pekerjaan, tanggung jawab, juga pola pikir. Lamanya waktu 2 tahun membuat kita belajar banyak hal lagi. Tanggung jawab lebih berat lagi karenaΒ sejak 1 tahun yang lalu status saya bertambah, selain menjadi istri, saya juga menjadi ibu. Pola pikir berubah menjadi semakin realistis.

Sudah 2 tahun ternyata, dan waktu sangat cepat berlalu. Semoga pernikahan ini bisa selalu dipenuhi keberkahan dan bertahan selamanya. Aamiin

Sekedar Update Blog

Yap, demi memenuhi keinginan buat jadiin 30 hari berturut-turut ngeblog, saya sempatkan menulis hari ini di penghujung hari πŸ˜€

Jadi, hari ini adik ipar saya berulang tahun ke-18 dan seperti tradisi di keluarga suami, setiap ada anggota keluarga yg berulang tahun, kami sempatkan untuk makan bersama, entah di restoran ataupun delivery ke rumah. Biasanya kami melakukan itu di malam hari, tapi karena hari ini ada motoGP dan mertua saya sama sekali tidak ingin melewatkan itu, jadi jadwal makannya diimprovisasi jadi makan siang, hehehe.

Berhubung hari ini hari minggu juga dan belum ada yg punya rencana apa2, ya akhirnya jalan deh siang tadi ke pejaten village. Dari rumah belum memutuskan ingin makan dimana, baru saat sampai di sana kita memutuskan untuk makan di restoran secret recipe.

Saya dan suami baru 1 kali pernah makan di situ dan kami sangat puas akan makanannya, jadi kamilah yg merekomendasikan itu ke mereka, hehe. Dan, mereka mau, horee.

Kali ini Naia sudah bisa makan sendiri, hihi. Di secret recipe ada menu untuk anak kecil juga, jadi kami pesan menu kids itu deh, fish & chips kids judulnya. Kami putuskan makanan yg bisa dipegang karena Naia suka banget makan sendiri dan baru bisa menggunakan tangan.

Karena daging ikannya lembut banget, dan ada kentang gorengnya, Naia memegang kentang goreng sambil saya suapi daging ikannya, dan dia hampir menghabiskan makanannya. Alhamdulillah, Naia suka πŸ™‚