Waah, ini udah buku ketiga Annisa Ihsani looh, temen kuliah sayaa (penting amat mesti nyebut2 temen kuliah, wkwkwk). Buku pertamanya, Teka Teki Terakhir saya review juga di blog.
Tapi buku keduanya, A untuk Amanda belum sempet saya review, uhuhu. Mengingat cerita di buku kedua itu tentang Amanda yang depresi, jadi agak-agak ragu juga untuk mereviewnya sih 😀
Buku kedua terkesan lebih gloomy & dark soalnya, jadi bacanya aja udah bikin saya jadi tertekan sendirian dan jadi mempertanyakan semua hal dalam hidup ini, ahahah. Continue reading “[Review] A Hole In The Head”
Buku di sini adalah buku bikinan Naia sendiri, wekekek. Jadi seminggu yang lalu, kita (saya dan Ilman) dapet progress report dari sekolah Naia. Di situ gurunya Naia bilang kalau dia suka sekali menggambar, di sekolah setiap istirahat atau ada waktu luang, dia lebih memilih menggambar. Walau kalau main di luar sama temen mah tetep maunya main ya, tapi saat di kelas ya gitu. Apalagi kata gurunya gambar Naia sudah “bercerita”, jadi walau menggambar sedikit, tapi Naia bisa menceritakan gambarnya panjang lebar. Continue reading “Boneka Little Pony, Buku, dan Pelajaran Keuangan untuk Anak”
Wiih, udah lama banget gak review buku-bukuan, hahaha. Daan kali ini mau ngereview buku lagi gegara inih… Buku.. karangan…. anak Fasilkoooommm, aaakk. Sekaligus dia juga teman yang cukup dekat sama saya daan pastinya menginspirasi dooonk, Naya Corath. Sebetulnya ini buku karangan lima orang penulis. Saya pikir awalnya kumpulan cerpen gitu dari kelima penulis tersebut, gak taunyaa ini novell, haha. Dan, buku ini udah ada juga lho di goodreads, buat yang mau baca review lebih banyaknya sebelum membeli, silakan ke sana yaa 🙂 Continue reading “Eternal Flame”
Baru saja menyelesaikan baca buku ini: “Semiliar Cinta untuk Ayah”.
Yak, dari judulnya aja ini adalah kisah tentang ayah. Dan memang buku ini adalah kumpulan cerpen yang semuanya mengisahkan tentang ayah mereka dan pendapat mereka mengenai ayahnya. Mulai dari yang ayahnya galak, aneh, baik, sampai yang gak punya ayah.
Ada 1 cerpen yang sampai si penulis menuliskan cerpennya, si penulis tetap gak tergugah hatinya untuk mulai menyukai ayahnya ini. Bahasa gampangnya sih, masih membenci ayahnya sampai saat si penulis nulis itu. Judul cerpennya “Produk Gagal”.
Ada juga yang menceritakan pamannya, bukan ayahnya. Karena memang, dia ditinggal ayahnya sejak kecil. Bukan karena ayahnya meninggal, tapi karena ayahnya meninggalkan ia dan ibunya dan menikah dengan wanita lain. Dan sejak saat itu, dia bener2 putus hubungan/komunikasi dengan ayahnya itu. Judulnya “Hidup Tanpa Ayah”
Ada lagi yang kisahnya sedikit bikin saya sedih ~sampe bikin saya nangis, huhu~. Eh, tapi sedihnya bukan karena ceritanya yang sedih, tapi bikin saya inget gimana kehidupan saya sendiri dan jadi mensyukuri yang ada sekarang.
Tapi, ada juga beberapa cerpen yang agak sedikit monoton. Maksudnya monoton adalah, kisahnya sama aja, sejenis gitu. Jadi, begitu baca awalnya mirip, saya udah nebak akhirannya gimana.
Afterall, buku ini bagus untuk mengingatkan kita kembali tentang ayah. Jadi, gak melulu tentang ibu.
Ibu memang harus kita hormati, bahkan tiga tingkat di atas ayah. Namun, tahukah kalian, di hari akhir nanti saat pengadilan Tuhan tiba, di pundak seorang ayahlah tanggung jawab terberat itu berada