Trend Mobile Internet terhadap Anak

Prolog

Jadi, tanggal 5 Juli 2013 kemarin ada talkshow mengenai ““Peran Orangtua mengatasi Trend Mobile Internet terhadap perkembangan anak” yang diadakan oleh Dari Perempuan dan Indosat Mentari. Kebetulan mengambil lokasi di 1/15 Coffee Gandaria – Jakarta dari jam 14.00 sampai 17.00.

Hari kamis, saya memutuskan untuk menginap di rumah orangtua saya di Tj. Priuk. Nah, saya menyampaikan ke suami kalau saya ingin naik transjakarta aja sekalian jalan-jalan. Tapi kan bawaan saya agak banyak dan berat, terlebih saya bawa Naia, jadi akan merepotkan kalau naik transjakarta karena harus transit 2 kali. Jadilah saya naik taksi saja.

Karena saya sedang menginap di rumah orangtua di priuk, jadi saya memutuskan untuk tidak mengajak Naia. Berhubung tempatnya jauh dari priuk dan saya naik angkutan umum, akan lebih bahaya kalau saya mengajak Naia.
(Dan bener sih, saya berhasil menghabiskan total 9 jam dengan 8 jam di jalan dan 1 jam di tempat acara *what a nice day*. Naia jadi apa ini kalau ikut, bisa bosan tidak ketulungan)

Menenangkan Naia

Karena kita terbiasa cuma berdua di rumah, jadinya setiap saya pergi ya Naia selalu diajak. Nah, kemarin Naia melihat saya sudah rapi jadi dia langsung minta gendong dan menunjuk-nunjuk keluar rumah.

Tadinya malah digendong ibu saya, tapi dia jadi nangis kejer. Yaudah saya ajak keluar rumah dulu sambil saya jelaskan pelan-pelan saya mau kemana dan kenapa dia tidak diajak. Alhamdulillah jadi tenang kembali dan jadi mau digendong ibu saya. Pintarnya kamu nak *cium*

Berangkat deh (jam 12:30).

Perjalanan

Nah, perjalanan saya dari priuk ternyata tidak seperti yang diharapkan. Saya sengaja bersiap dari 2 jam sebelum acara agar tidak terlambat. Ternyata, jam 13.30 saja saya baru sampai terminal priuk. “Jam segini baru sampai sini, mau sampai jam berapa nih ke tempatnya”, pikir saya.

Karena jalur yang saya ambil adalah ke blok m terlebih dahulu baru naik metromini 72, jadilah saya mencari bus patas jurusan blok m. Nah, patas itu baru banget sampai terminal jadi kayanya mungkin baru berangkat setengah jam lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk naik transjakarta saja, walaupun harus transit 2 kali.

Pada saat transit pertama, saya baru memperhatikan kalau sekarang transjakarta di setiap feedernya dilengkapi oleh monitor kedatangan bus. Dengan monitor itu, kita jadi tahu berapa lama lagi busnya sampai di feeder tempat kita menunggu dan tahu juga busnya sudah sampai mana.

Monitor Informasi Transjakarta
Monitor Informasi Transjakarta

Tapi sayangnya, lalu lintas juga sedang tidak bersahabat. Sampai blok m sudah jam 15.20an, hiks. Yaudah lah lanjutkan, tekad untuk datang dan (semoga) mendapat materinya sangat besar. Alhamdulillahnya metromini 72 langsung ada dan bisa langsung berangkat.  Karena saya tidak tahu letak persis 1/15 coffeenya itu dimana, saya berpesan ke kondekturnya agar saya diturunkan di Jl. Gandaria 1.

Ternyata kondekturnya lupa, dan saya kelewatan jauh, walhasil harus balik lagi, huhu. Untungnya ongkosnya diganti sama kondekturnya, ihihi. Setelah akhirnya dapet bus lagi dan turun tepat di depan tempatnya, saya langsung masuk. Lihat jam, sudah jam 16.00, hiks T_T

Si mba yang jaga absennya juga sampai senyum-senyum sendiri, acara sudah mau selesai saya baru dateng. Yaudah, kebagian pengumuman-pengumuman aja dah.

Yak, walaupun saya ketinggalan materinya, saya akhirnya minta rekamannya. Tapi, sampai saya menulis di blog ini belum dapet rekamannya, hehe. Akhirnya saya buat saja chirpstory dari pemenang livetweet kemarin, mbak Caroline Adenan.

Peran Orangtua mengatasi Trend Mobile Internet terhadap perkembangan anak

Talkshow
Talkshow

Jadi, anak-anak generasi sekarang itu termasuk ke dalam golongan generasi Z. Apa itu generasi Z? Yaitu generasi yang sudah sangat melek teknologi, termasuk internet dan gadget. Terutama remaja jaman sekarang ya, mereka sangat familiar dan terbiasa banget dengan yang namanya mobile internet. Mereka bisa mengakses internet dengan gampang melalui gadget yang mereka miliki dan sudah jarang menggunakan PC.

Jangankan usia remaja, jaman sekarang itu bayi juga sudah sangat mengenal gadget, terutama untuk bermain. Mereka mungkin sudah tidak kenal lagi yang namanya PC nantinya. Dan faktanya, belum ada juga pembuktian bahwa internet berdampak baik atau buruk terhadap anak.

Menurut saya sendiri, internet itu seperti 2 sisi mata uang, bisa berdampak baik dan bisa juga berdampak buruk terhadap anak, tergantung dari konten yang sedang mereka akses serta pengarahan dari orang terdekat terutama orangtua.

Untuk itu, sebagai orangtua selaku pendidik paling pertama para generasi masa depan, haruslah dituntut untuk mengerti apa manfaat serta kerugian yang bisa diakibatkan oleh internet itu sendiri. Dengan mengerti manfaat yang bisa didapat atau kerugiannya, orangtua bisa dengan mudah deh mengawasi penggunaan internet pada anaknya. Ya memang gak semudah membalik telapak tangan juga sih, perlu komitmen yang kuat dan komunikasi yang baik dengan anak.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengarahkan teknologi internet menjadi hal yang sangat bermanfaat bagi anak kita. Salah satunya menemani anak saat mengakses internet sedini mungkin. Bila diurutkan melalui usia mereka, bisa dijabarkan seperti berikut:

Di usia 2-4 tahun, orangtua bisa mendampingi anak saat mereka mengakses internet. Membuat pengalaman positif serta menyenangkan seperti mencari gambar atau menonton video lagu-lagu anak. Dengan pengalaman menyenangkan tersebut, anak akan mengingat kalau internet itu mengasikkan.

Usia 4-7 tahun, anak bisa diberi kebebasan untuk mulai mengakses internet sendiri namun tetap dalam pengawasan orangtua. Mereka bisa mulai mencari informasi-informasi positif dan yang terkait dengan dirinya sendiri. Dengan begitu, mereka akan merasa nyaman karena bisa mengakses internet.

Usia 7-10 tahun, anak bisa mulai didorong untuk eksplorasi internet sendiri dan orangtua bisa mulai melakukan edukasi filtering. Orangtua bisa mulai menjelaskan mana konten yang baik dan mana konten yang buruk atau tidak pantas diakses. Sebenarnya dari usia sedini mungkin sampai usia segini (10 tahunan) adalah saatnya pembentukan karakter dan kebiasaan anak. Maka, sebaiknya kebiasaan membatasi mengakses internet juga harus diajarkan sedini mungkin.

Di usia 10-14 tahun, orangtua bisa mulai mengajari pentingnya data pribadi dan bagaimana mengatur data tersebut. Orangtua juga mulai bisa berdiskusi 2 arah dengan anak mengapa situs jejaring sosial seperti facebook hanya boleh diakses orang masyarakat yang berusia lebih dari 13 tahun.

Dari semua usia itu, penggunaan internet tetap perlu diberi batasan. Jangan sampai orangtua membebaskan setiap hari dan setiap saat anak bisa mengakses internet, karena nantinya mereka bisa kecanduan internet dan tidak memiliki kontrol diri terhadap teknologi tersebut. Juga lakukan komunikasi terbuka, buat kesepakatan dengan anak mengenai peraturan pengaksesan internet dan teknologi lainnya.

Menurut pengalaman Shita Laksmi selaku pembicara talkshow kemarin, beliau melakukan kesepakatan dengan anaknya kalau mereka boleh mengakses internet apabila ada salah satu orangtua. Dan, internet dianggap sebagai suatu kemewahan bukannya sebagai hak.

Nah, dari pembicara lainnya, Elga Yulwardian, ada beberapa tips mengenai pengawasan teknologi internet terhadap anak.

  • Orangtua harus menentukan waktu kapan anak bisa menggunakan gadget. Mungkin dalam kasus mba Shita Laksmi tadi, ya saat ada salah satu orangtua yang bisa mengawasi.
  • Batasi berapa lama setiap penggunaan gadget atau buat kesepakatan seperti kapan saja bisa mengakses, berapa jam bisa diakses dan dimana saja internet tersebut bisa diakses.
  • Harus ada parenting control
  • Orangtua harus tau apa yang diakses dan dimainkan oleh anak-anak kita.
Parental Control
Parental Control

Sumber gambar

Dari semua tips tersebut, orangtua dituntut harus mengerti teknologi internet itu sendiri. Kalau sebagai orangtua tidak mengikuti perkembangan teknologi seperti itu, maka nantinya kita tidak bisa mengontrol dan mengajarkan kontrol diri terhadap anak-anak kelak.

Untuk saya pribadi, nantinya saya akan membatasi penggunaan internet. Misalnya sehari berapa jam dia bisa mengakses internet, menjelaskan apa saja situs yang boleh dan tidak boleh dibuka, serta mengawasi apa saja yang mereka mainkan. Kalau sudah dewasa dan sudah mempunyai kontrol diri, saya akan mempercayakan sepenuhnya sambil tetap saya awasi apa saja yang mereka buka secara diam-diam.

Kenapa diam-diam? Agar anak saya yakin mereka dipercaya oleh saya, dan pengawasan tersebut hanya saya lakukan jarang-jarang. Ini sih baru rencana saya, lha wong anak saya baru 15 bulan, hehe. Tapi ya seperti komitmen saya juga, saya ingin mengajarkan kemandirian dan pengendalian diri sedini mungkin terhadap anak 😀

Sumber:

Chirpstory dari pemenang livetweet, Caroline

Lomba Blog DPTalk

*Yah, dari perjalanan panjang kemarin, saya jadi jalan-jalan naik transjakarta seperti yang saya inginkan di hari sebelumnya deh, hehe.