Untuk melatih kedisiplinan Naia saya lebih suka dengan kesepakatan, bukannya hukuman. Karena menurut saya sendiri sih, bersepakat itu komunikasi yang paling baik yang dilakukan oleh orangtua. Soalnya dengan kesepakatan, kita memikirkan perasaan anak serta menentukan dan membuat anak berusaha dengan keinginannya sendiri. Malah kalau anak sudah lebih jago lagi, dia deh yang mengajukan kesepakatan itu, hehehe.
Sudah cukup lama saya menerapkan ini ke Naia, sejak umur 1 tahunan lah *apa kurang ya, lupa*. Pokoknya, sebelum dia lancar berbicara dan berkomunikasi seperti sekarang, saya memperhatikan ekspresi mukanya saja. Kalau ia senang berarti ia setuju dengan kesepakatan yang saya ajukan. Tapi, kalau mukanya terlihat BT, ya kesepakatannya berarti tidak cukup bagus, saya harus merevisinya deh.
Seperti pelajaran kecewa yang pernah saya tulis juga, kesepakatan sebetulnya mengajarkan tentang kekecewaan, tentang tanggung jawab, dan usaha. Kekecewaan apabila “upah” akan usahanya tertunda atau terpaksa tidak diberikan karena tidak tuntas berusaha. Tanggung jawab saat ia bisa melakukan yang memang seharusnya dilakukan dan usaha saat ia betul-betul melakukan apa yang disepakati untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.