Salah satu hal yang paling “magical” dan bukti Allah itu mendengar doa-doa aku selama ini adalah, aku bisa umroh saat hamil di tahun 2019 lalu.
Kubilang magical karena gak mengira kalau Allah akan mengabulkan doa aku untuk umroh sebelum aku punya anak ketiga. Betul-betul doanya itu “umroh sebelum punya anak ketiga”, dan Alhamdulillah dikabulkan sebelum anak ketiga lahir, ahaha.
Cerita lengkapnya ada sih di Umroh: Antara Doa, Tawakal, dan Usaha.
Nah aku belum cerita mengenai pengalaman Umroh selama di sana nih. Susah gak sih umroh saat hamil begini? Atau repot enggak sih, baik dalam menyiapkan, pun selama menjalankan ibadah umrohnya?
Jadi, cuss ya kumulai saja pengalaman selama umroh saat hamil waktu itu.
Memang Boleh Umroh saat Kondisi sedang Hamil?
Yap, sebelum aku dan suami akhirnya memutuskan untuk okee kita daftar umroh deh, aku memang mencari tau apakah boleh umroh dalam kondisi hamil begitu?
Jawabannya, tentu saja boleh! Karena sudah aku alami sendiri ya, hehe.
Asalkaan nih, asal kalian tau kondisi diri sendiri dan namanya lagi hamil, jadi bakal skip suntik meningitis yaa.
Selain itu, kami memang berkonsultasi dengan dokter kandunganku, dokter Arju Anita, mengenai apakah kami diperbolehkan umroh di tanggal yang kami pilih waktu itu? Sekitar tanggal 10 Februari 2019.
Alhamdulillahnya, kandungan aku memang berada di trimester kedua pada tanggal tersebut, sehingga insyaAllah akan aman untuk melakukan perjalanan cukup panjang dengan pesawat.
Sebelum Mendaftar Umroh
Intinya, kalau memang berniat untuk umroh saat hamil, jangan lupa untuk lakukan beberapa hal ini sebelum memutuskan fix mendaftar:
1. Cari jadwal keberangkatan di umur kandungan yang aman. Biasanya di trimester kedua seperti aku waktu itu yaa. Soalnya, sudah melalui trimester pertama yang cukup rentan, juga sebelum trimester ketiga yang sudah mulai muncul kontraksi. Jadi, trimester kedua ini insyaAllah janin sudah cukup kuat dan berkembang, tapi belum mulai ingin keluar. Maka dari itu, menurut aku, memang paling pas di umur kehamilan trimester kedua untuk melakukan perjalanan jauh.
2. Konsul dokter kandungan. Supaya kondisi kehamilan juga bisa dipersiapkan (siapa tau dokter bisa memberi vitamin tambahan yang diperlukan). Selain itu, kita juga akan mendapat surat keterangan yang berisi umur kehamilannya terbilang aman untuk melakukan penerbangan.
3. Cari travel umroh yang mengerti kondisi ibu hamil. Mereka akan sangat berbaik hati untuk mengatur visa dan menjelaskan segala dokumen yang harus disiapkan kalau mau umroh dalam kondisi hamil seperti itu. Aku pakai travel umroh Alhijrah Mulia Wisata ya btw, yang beralamat di Utan Kayu, Jakarta Timur.
4. Pastikan anak-anak akan aman ditinggal. Kami menitipkan Naia Nawa kepada kakak dan keponakan aku waktu itu. Eh, ini kalau berniat berdua saja tanpa anak-anak yaa. Aku memilih untuk umroh berdua saja karena kondisi sedang hamil. Jadi, rasanya akan memberatkan suami kalau kami membawa serta kedua anak kami yang lain, hehe.
Selain 4 hal tersebut, persiapkan mental dan fisik juga terutama. Berhubung ibadah umroh ini menurut aku tergolong ibadah fisik ya, jadi kalau bisa, pelan-pelan kita menyiapkan diri agar ibadahnya lancar.
Tidak putus berdoa agar proses ibadahnya lancar, pun olahraga rutin agar fisik insyaAllah tetap prima saat hamil.
Tapi tetap ingat kondisi juga ya, jangan memaksakan diri. Kalau kandungan terhitung lemah, sebaiknya pikirkan kembali untuk umroh di saat anak nanti sudah lahir.
Umroh itu panggilan langsung dari Allah, jadi insyaAllah memang akan dilakukan di waktu terbaik menurut Allah 😉
Biaya Umroh
Alhamdulillah karena aku dan suami berangkat di low season, jadi biayanya masih terjangkau untuk kami. Di Alhijrah Mulia Wisata, kami mendapat harga sekitar 18,5 juta per orang waktu itu (tahun 2019).
Tapi berhubung kami request minta kamar untuk berdua saja (jadi tidak digabung dengan jamaah lain) jadi ada penambahan sekitar 2,5 juta kayanya. Dengan biaya biaya lain, sepertinya kami berdua menghabiskan total 40 juta.
Kalau sekarang, rata-rata travel umroh menawarkan harga start di 20 jutaan deh sepertinya.
Kelengkapan dokumen untuk Umroh
Berhubung aku umrohnya sudah di tahun 2019 (sebelum pandemi), kali ini kelengkapannya aku tambahkan dengan kondisi terkini setelah pandemi ya. (tulisan berwarna hijau)
- Paspor
- Visa Umrah
- Pas Foto 4×6 dengan background putih fokus wajah 80 persen sebanyak 4 lembar
- Fotokopi KTP, KK, dan buku nikah
- Tiket pesawat PP Indonesia-Saudi Arabia
- Kartu kuning meningitis yang berlaku
- Sertifikat vaksin Covid-19 2 dosis
- Memiliki Sertifikat Internasional Arab Saudi (KSA Tawakkalna) yang dapat dibuat melalui PeduliLindungi
- Surat rekomendasi dari Kepala Kantor Kemenag Kabupaten/Kota
Persiapan tanpa Suntik Meningitis
Iyes, karena kondisi sedang hamil, jadi kita tidak dianjurkan untuk suntik meningitis yaa.
Walaupun di persyaratan terdapat kartu kuning tanda sudah suntuk meningitis, tapi berhubung gak suntik, jadi aku menyertakan surat keterangan dari dokter saja. Biasanya kartu kuning ini digunakan untuk membuat visa.
Sebetulnya di awal aku agak ragu sih, mending suntik atau enggak ya?
Soalnya ada juga sih yang bilang, gak apa-apa untuk tetap suntik meningitis walaupun hamil. Namun dari beberapa pendapat (termasuk dokter kandungan aku), lebih banyak yang tidak menyarankan untuk suntik meningitis.
Maka dari itu, aku skip suntik meningitis ini.
Baca juga: Tips Packing untuk Traveling Bersama Anak dan Balita
Nah, ternyata walaupun tanpa suntik meningitis, kita tetap perlu melakukan persiapan, terutama membuat surat keterangan dokter yang menyatakan kondisi sedang hamil dan tidak diperkenankan untuk suntik meningitis ini.
Sebetulnya sempat bingung juga karena ada kabar walaupun tidak suntik meningitis, kita minta kartu kuning saja.
Tapi ternyata setelah aku datang ke kantor penyedia suntik meningitis, mereka malah bilang gak perlu kartu kuning dan cukup menyertakan surat keterangan dokter saja.
Maka dari itu akhirnya aku hanya menyerahkan surat keterangan dokter yang menyatakan kandungan sehat dan aman untuk bepergian tadi ke travel umroh yang kita pilih.
Surat tersebut yang akhirnya digunakan agar mereka bisa segera mengurus pembuatan visa kami.
Pengalaman Menjalankan Ibadah Umroh saat Hamil
Kalau tadi ngomongin biaya serta persiapannya, sekarang pengalaman sejak berangkat sampai setelah di tanah suci.
Penerbangan
Baru kali itu sih aku melakukan penerbangan long haul gitu. Malah keberangkatan dan kepulangan memang transit juga 1x. Berangkat transit di Malaysia, untuk pulang transit di Abu Dhabi.
Total waktu yang aku habiskan di pesawat ketika berangkat adalah sekitar 14 jam, 2,5 jam sampai Malaysia, 11,5 jam dari Malaysia ke Makkah.
Transitnya lumayan lama sih, sampai sekitar 6 jam menunggu di bandara untuk selanjutnya naik pesawat menuju Jeddah, Arab Saudi.
Yap, Alhamdulillah kami bisa langsung ke Jeddah untuk menuju ke Masjidil Haram terlebih dulu untuk melaksanakan umroh.
Soalnya ternyata gak banyak travel umroh yang jadwalnya ke Masjidil Haram terlebih dulu, kebanyakan ke Madinah dan ibadah di Masjid Nabawi baru beberapa hari terakhir ke Masjidil Haram untuk melaksanakan umrohnya.
Nah perjalanan pulang tidak terlalu jauh berbeda ya. Total waktu di pesawat selama 12 jam dengan rincian 3 jam menuju Abu Dhabi, 9 jam menuju Indonesia. Transit di Abu Dhabi hanya 1,5 jam saja.
Alhamdulillah dengan penerbangan selama itu dengan posisi yang duduk saja, kondisi kehamilan masih baik dan gak terasa pegal pegal yang berarti.
Karena bolak balik kamar kecil dan bolak balik tidur-makan-tidur-makan sih kayanya yaa, ahaha.
Di Makkah
Begitu sampai hotel di Makkah sekitar jam 3 pagi, kami langsung check in lalu beristirahat sebentar, untuk selanjutnya sekitar pukul 4 pagi, kami semua berkumpul untuk melaksanakan umroh.
Oiya, berhubung pesawat kami melewati miqat, jadi semua jamaah sudah memulai niat umroh di pesawat. Jadi begitu sampai hotel, jamaah pria sudah mengenakan pakaian ihram ya.
Pelaksanaan Umroh
Alhamdulillah rukun umroh bisa dilakukan semua dengan lancar oleh yang hamil seperti aku.
Rukun pertama tentu sudah dilakukan saat di pesawat ya, ya ketika melewati daerah miqat.
Berikutnya saat Thawaf, karena mengikuti rombongan dan berada dalam barisan, kami Alhamdulillah aman dari dorongan-dorongan jamaah lainnya.
Hal itu karena Alhamdulillah jamaah wanita terlindung oleh barikade yang dibuat para jamaah pria.
Sebanyak 7 putaran bisa terlewati. Hanya saja, aku tidak berkesempatan untuk bisa menyentuh Hajar Aswad.
Soalnya memang sangat berdesakan, sehingga khawatir dengan kondisi kandungan, jadi suami menyarankan untuk tidak perlu berkeras menyentuh Hajar Aswad.
Setelah Thawaf, kami langsung menjalankan rukun umroh berikutnya, yaitu Sa’i. Sa’i ini disunnahkan berlari kecil saat bolak balik bukit Shafa – Marwa. Di sinilah tantangannya baru terasa.
Di tengah proses Sa’i, aku terpaksa melanjutkan dengan menyewa kursi roda dan insyaAllah itu diperbolehkan ya. 🙂
Setelah itu lanjut Tahallul dan Alhamdulillah ibadah umroh selesai begitu Tahallul usai dilaksanakan.
Oiya, Tahallul untuk wanita cukup memotong 3 helai rambut saja ya, tidak perlu terlalu banyak. InsyaAllah memotong 3 helai rambut tersebut sudah terhitung menjalankan Tahallul 🙂
Rihlah (Jalan-jalan)
Sempat ada satu hari kami melakukan perjalanan ke Jabal Nur, Mina, masjid Quba, dan kebun kurma sekaligus beli oleh-oleh tahap pertama. Tahap pertama karena di Madinah juga bisa beli oleh-oleh yaa, ahaha.
Nah, di Jabal Nur aku sempat mendaki sampai atas. Berhubung bukitnya juga bukan yang tinggi dan mudah dicapai yaa, jadi walaupun kondisi hamil, aku tetap bisa mencapai atas Alhamdulillah.
Tapi kami bukan mendaki dari sisi yang aku foto tersebut. Di situ terlihat tangga dan jalur menuju atas yang memang tidak terlalu jauh kan?
Nah, kami dari sisi sebaliknya, yang tracknya agak lebih terjal namun jaraknya jadi lebih dekat.
Berhubung di sisi yang kami datangi memang agak kosong dan tidak sepenuh sisi bertangga itu sih ya, hehe.
Setelah dari Jabal Nur, kami beranjak ke Masjid Quba. Aku dapet info sih katanya oleh-oleh di Masjid Quba murah-murah ya. Tadinya jadi berniat beli oleh-oleh dulu di situ.
Tapi sesampainya di Masjid Quba, ternyata penuh sesak, jadi hilanglah sudah hasrat untuk beli oleh-oleh. Tujuannya sekarang cukup bisa sholat di dalam masjidnya itu saja, udah.
Walaupun penuh sesak dengan jamaah lain dari berbagai negara, aku Alhamdulillah akhirnya bisa melakukan sholat dengan tenang di dalam. Yaa mencari tempat sholatnya memang agak menantang sih yaa.
Namanya juga puenuh banget masjidnya dan ya semua jamaah yang datang ke situ juga tidak menyianyiakan kesempatan untuk bisa sholat di dalamnya kan, pahalanya bisa seperti menjalankan umroh soalnya.
Barangsiapa yang keluar dari rumahnya kemudian mendatangi masjid ini, yakni Masjid Quba kemudian salat di dalamnya, maka pahalanya seperti ia menjalankan umrah
(HR. Ibnu Majah)
Di Madinah
Di hari keempat, kami baru beranjak ke Madinah. Perjalanan selama total 6 jam (termasuk istirahat) dari Makkah dan Madinah Alhamdulillah juga lancar.
Aku pun tidak mengalami kendala yang berarti atau pegal-pegal. Rasanya kandungan ini sangat bisa diajak kerja sama saat itu, masyaAllah.
Begitu sampai Madinah, kami lalu istirahat sebentar untuk kemudian melakukan ibadah di masjid Nabawi. Selama beberapa hari, aku bolak balik hotel – masjid Nabawi saja untuk sholat dan berdiam di sana.
Sayangnya aku tidak bisa mencapai Raudhah saat itu.
Rombongan kami sih sudah mengantri dan menunggu pintu Raudhah dari tempat perempuan dibuka ya. Sejak subuh kami sudah berdiam di masjid Nabawi agar berkesempatan untuk ke Raudhah di saat yang tepat.
Aku sebetulnya menunggu sambil menahan keinginan untuk ke kamar kecil. Soalnya aku berpikir sebentar lagi mungkin akan dibuka dan kesempatan kami tiba.
Baca juga: 13 Hari Road Trip Ke Bali, Mulai dari Bali Utara Hingga ke Nusa Dua
Namun sayangnya, kira-kira beberapa menit sebelum pintu menuju Raudhah betul dibuka, kandung kemihku sudah penuh dan meminta untuk segera dikeluarkan, aku tak tahan!
Akhirnya terpaksa aku keluar dan ya kalau sudah keluar di saat pintu Raudhah sudah akan dibuka, kita tidak diperkenankan untuk masuk kembali.
Saatnya mengikhlaskan tidak berkesempatan ke Raudhah di momen tersebut deh 🙁
Keesokan harinya suami menghibur dengan mengajak aku berkeliling masjid Nabawi dan menunjukkan bangunan awal masjid tersebut di jaman Rasulullah.
Sambil berkeliling, suami juga sambil menceritakan sejarah masjid Nabawi dan kisah-kisah Rasul lainnya.
Alhamdulillah kesedihan karena belum bisa ke Raudhah bisa dipadamkan dan sudah ikhlas karena jadi berpikir Allah akan memberi aku kesempatan lain lagi nanti, insyaAllah.
Hal yang Perlu Diperhatikan Sewaktu Umroh saat Hamil
Nah, ada 4 hal yang perlu diingat saat menjalani umroh saat hamil ini. Waktu itu aku:
1. Selalu pakai masker!
Berhubung tadi kita skip suntik meningitis, maka kita memang lebih rentan donk ya terkena virus.
Jadilah kita harus selalu menggunakan masker selama berada di Makkah dan Madinah. Baik saat santai maupun saat melakukan ibadah umroh.
Oiya, ingat ya, ini aku umroh sebelum pandemi, jadi masih terlihat agak aneh dan jarang yang menggunakan masker. Hanya terlihat beberapa jamaah saja yang menggunakan masker seperti aku.
Anw, maskernya pakai yang N95 ya! Soalnya masker tersebut yang memang direkomendasikan dan paling maksimal dalam melindungi dan mencegah masuknya berbagai virus.
Dalam memilih masker ini, aku juga berkonsultasi dengan dokter dan teman aku (yang juga dokter). Semua bilang, harus masker N95 supaya lebih yakin dan lebih maksimal perlindungannya dibanding masker biasa.
Intinya usaha melindungi diri dan kandungan juga harus maksimal yaa agar ibadahnya juga maksimal 😉
2. Sadari kondisi kehamilan
Seperti yang aku bilang di atas, sadari kondisi kehamilan selama di sana ya. Soalnya, berhubung umroh ini ibadah fisik, jadi pasti membutuhkan kondisi tubuh yang prima.
Nah kondisi kehamilan tiap ibu memang berbeda, ada yang rentan kontraksi, ada yang kondisinya sangat kuat bahkan memang terbiasa olahraga sehingga ibadah umroh ini sama saja seperti olahraga biasa.
Aku termasuk yang tipe kandungannya pertengahan. Bukan yang kuat banget, juga bukan yang rentan. Makanya dokter mengijinkan aku berangkat umroh kan, karena kondisi kandungannya insyaAllah sudah kuat.
Tapi namanya hamil, memang fisik aku tidak sekuat itu untuk bisa menjalani Sa’i yang cukup melelahkan.
Sejak awal melakukan Sa’i, aku dan suami bilang ke muthawwif kalau aku gak apa-apa ditinggal, karena memang harus berjalan sedikit lebih lambat dibanding yang lain.
Bahkan di tengah Sa’i, setelah mendapat sekitar 4 kali perjalanan (2 kali bolak balik jadinya), perut aku terasa sakit dan kencang sekali. Aku dan suami akhirnya memutuskan menyewa kursi roda untuk menggenapkan proses Sa’i tersebut.
Sayang sih ya, tinggal 3 kali lagi, tapi mau gimana? Daripada aku membahayakan janin yakan, lebih baik menyadari kondisi dan mengakui kalau memang butuh bantuan 🙂
3. Jaga kondisi kulit
Jangan lupa juga untuk terus menjaga kelembaban kulit ya. Udara di Makkah dan Madinah cenderung kering. Udah lah lagi hamil kulit memang harus selalu terhidrasi, udara menambah resiko kulit bisa lebih kering.
Jadi, jangan putus untuk selalu memakai pelembab. Yang biasa digunakan oleh para jamaah sih, Vaseline Petrolleum Jelly ya, karena memang selembab itu dan bisa digunakan di semua bagian tubuh.
Aku sempat skip sekali sih, dan berhubung udara juga kering, jadi kaki aku mulai pecah-pecah. Setelah kaki pecah-pecah itu, akhirnya gak pernah skip pakai pelembab kulit lagi selama umroh itu.
Salah satu jamaah bahkan ada yang kakinya sampai berdarah saking keringnya, huhuhu.
4. Selalu ikut rombongan
Yap yap, selama di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, aku usahakan untuk selalu ikut dalam rombongan. Mau ke toilet pun bilang dan mengabari di grup whatsapp.
Yang penting sih kita update dengan kondisi rombongan kita ya.
Jadi kita tidak tertinggal ataupun tidak bingung mau ke mana lagi. Ya selama di sana memang mau ke mana lagi juga sih ya, kan tujuannya ibadah, jadi paling bolak balik Masjidil Haram (atau Masjid Nabawi) dan hotel saja biasanya.
Eh, tapi aku keliling Masjid Nabawi berdua saja sih sama suami, tapi itu memang di waktu bebas.
Jadi, sudah terserah jamaah mau ke mana saja, yang penting di waktu sholat berkumpul lagi dan sholat bersama.
Intinya sih, jangan sampai pergi sendirian ya.
Kesimpulan
Umroh saat hamil memang diperbolehkan yaa, tapi tetap ingat kondisi tubuh dan kandungan, juga jangan lupa untuk selalu berdoa dan mencari tau apa saja yang dibutuhkan selama di sana.
Supaya ibadah lancar, badan sehat, kandungan juga terjaga. 😉
Semoga yang punya keinginan untuk umroh (atau bahkan haji!) disegerakan dan dilancarkan rencana-rencananya yaa.
Again, umroh itu ibadah panggilan langsung dari Allah, jadi insyaAllah akan dimampukan (baik secara finansial, fisik, maupun mental) bila memang saatnya tiba 😉
Oiya, kalian bisa baca pengalaman aku road trip keliling Candi di Jawa Tengah saat hamil juga lho di Road Trip Jawa Tengah – Wisata Candi
Jadi pengalaman berharga banget ya Mbak. Dan si bungsu bisa dikasih cerita pernah diajak umroh (tapi pas masih dalam perut hehehe). Bersyukur kondisnya sehat dari berangkat, ibadah di sana, hingga kembali ke rumag. Semoga next bisa umroh bareng suami dan anak-anak (atau malah sudah?).
MasyaAllah kak, pertolongan Allah banget ya bisa pergi dan kuat ibadah Umroh pas hamil. Semoga kami juga dimampukan ibadah ke Tanah Suci, manfaat banget ini tipsnya buat yg hamil atau pun enggak..
Baru aja semalam saya mendengar tausyiah kalau rajin beribadah itu bagus, tapi jangan berlebihan. Tetap ada prioritasnya. Seneng deh trus baca postingan ini. Intinya Umroh pun tetap boleh. Tapi, tetap harus menjaga kondisi kehamilan. Karena menjaga janin tetap aman dan sehat tentu lebih utama.
Alhamdullilah berjalan lancar umrohnya walau sedang hamil. Niat yang kuat dan Konsul dokter terlebih dahulu itu penting
Alhamdulillah ikut senaaanggg mba.
MasyaAllah, memang umroh tuh memgesankan bangeettt apalagi klo lagi berbadan dua.
Sunggug magical
bukan mengesankan lagi mbaak, gak bisa move on tuh begitu sampai Indonesia lagi. baru beberapa hari juga udah kangen banget. kangen bisa ibadah dengan tenang dan nikmaaat selama di sana 😀
Masya Allah mbak Isti, alhamdulillah dimudahkan ya. Tapi aku percaya jika memang sudah diniatkan, Allah berikan kelancaran selama disana ya. Untuk bumil nih aku setuju kembali ke kondisi masing-masing orang karena perempuan itukan beda-beda ya.
Masya Allah tabarakallah.. sehat2 terus bumils dan debaynya ya selama umroh. Baru tahu kalo bumils bisa umroh. Layak dicoba nanti 😉
Masyaallah mba, alhamdulillah ya meski hamil bisa umroh dan mengikuti semua prosesnya dengan lancar juga kembali dengan sehat
Masya Allah tabarakallah tii, hamil ke-3 tuh rasanya aku udah cukup lelah. Dikasih kesempatan umroh ya. Aku pengin 🥰 smoga menyusul ibadah haji ya Allah 😭
Jadi tanpa suntik gunain surat keterangan udah ok ya. Smoga bisa sampai Raudhah ya ti, ksana lagi sama anak2 jugaa.. amiin
Aamiin aamiin ya rabbal ‘alamiiin. Iyaa ci, semoga kamu juga bisa segera haji bareng keluarga yaa. seru dan gak bisa move on rasanya kalau udah pernah ke sana tuh, huahua
tahun 2019 masih bisa ya umroh di bawah 20 juta. kalau sekarang kayaknya umroh minimal 30 juta biayanya apa karena inflasi ya?
MasyaAllah alhamdulillah lancar umrahnya ya meski sempat sedikit lelah saat sai. Jadi sebenarnya gak masalah ya umroh ketika hamil asal emang fisik ok dan udah mendapatkan persetujuan dari dokter juga. Ternyata gak vaksin meningitis gpp asal alasannya jelas yaa. Tengkyu infonya detail banget dan pasti membantu para bumil yang kangen Baitullah nih 😀
Senengnya si bungsu udah ngerasain umroh ya xixi. Kuat juga lho lagi hamil berangkat umroh. Aku dulu hamil anak ketiga bedrest terus bahkan sampe hampir melahirkan.
Wow luar biasa ya mom diberkati kesehatannya ya Umroh dengan kondisi hamil. Niatnya sudah baik ya mom untuk Umroh jadi sepanjang perjalanan kesehatan mom dan si buah hati dalam kandungan aman terjaga
Lengkap banget mbakkk ceritanya. Baru tau jg nih soal vaksin miningitis kalo gak boleh kudu ada surat jg ya. Kemarin mama pas umroh bolak balik klinik mau suntik. Ak yg sendiri blm pernah umroh jd bagiku pengetahuan baru inii
Masya Allah, luar biasanya, Mbak. Lagi hamil masih tetep bisa umroh. Fisik dan mental bener-bener harus sehat ya, Mbak..
MashaAllah~
Memandangi keindahan foto umroh bersama pasangan ini menjadi doa bagi seluruh pembaca agar dalam kondisi apapun tetap berserah diri dan optimis bahwa semua keajaiban, kekuatan dan rejeki itu datangnya dari Allah semata.
Barakallahu fiik, kak.. atas ceritanya.
Ikut senang dan in syaa Allah ibadahnya mabrur.
masyaAllah umroh yang berkesan sekali ya mbak, karena saat itu bener bener diijabah doanya oleh Allah, bisa umroh sebelum punya anak ketiga. Alhamdulillah lagi kandungan juga gak bermasalah ya, jadi bisa melaksanakan ibadah umroh meski dalam keadaan hamil. Barakallah mbak, ceritanya inspiratif banget. moga aku dan suami juga segera bisa beribadah ke tanah suci dan bisa shalat di masjidil haram, masjid Nabawi dan masjid Quba
Masya Allah benar-benar rezeki dari Allah ini mbak, bisa umroh dalam kondisi hamil. Saya yang bayangin hamil di rumah saja kadang udah payah. Mbaknya dapat pahala berkali lipat. Ikut terharu baca cerita perjalanan umrohnya
Masya Allah, senangnya Mbak Isti bisa lancar beribadah umroh dalam keadaan hamil. Nggak apa-apa pas sa’i harus pakai kursi roda, karena menyesuaikan dengan kondisi tubuh dan memilih jalan yang terbaiknya. Btw, itu baby di dalam perut berarti sudah umroh juga, ya. Hehe.
Tahun 2014 waktu aku berangkat haji pun, jarang yang menggunakan masker. Saat itu ada virus juga tapi akku kok lupa namanya. Aku dan suami tetep pakai, gitu juga yang satu rombongan dengan kami. Tapi teman seregu yang putri, maunya pakai masker kain warna biru. Jadi masker N95 malah dianggurin, ya udah aku tuker dong. Karena aku suka masker N95 karena ada rongga dan nggak mepet hidung.
Memang kalo untuk ibadah lebih baik pilih aman ya mbak, kayak nggak bisa mendekat hajar aswat juga demi keamanan. Aku pun dulu nggak pernah ada keinginan mencium hajar aswat, suami bilang itu nggak wajib nggak usah dipaksa. Karena engkel kaki kiri yang belum sembuh, sayang nanti kalo sampai keinjek orang
Aaaah mbaaa, alhamdulillah semua berjalanlancar ya. Senang bacanya dan melihat foto – foto di tanah suci. Semoga kita bisa menjadi tamu Allah juga segera.
Dulu pun aku pake travel umroh yg perginya ke Mekkah dulu, baru Trakhir Madinah mba. Ntah kenapa aku lebih suka gitu, apalagi jujur aku lebih suka liat Madinah, makanya seneng pas tahu Madinah tujuan trakhir ❤️. Bukan berarti ga suka Mekkah, itukan ibadah utamanya, tapi vibe Madinah itu memang beda.
Baca ini, aku jadi pengen sih umroh lagi. Tapi kali ini mau pake travel yg bagusan lah. Yg dulu aku pake amit2 ustadnya, malah kampanye utk memilih capres tertentu pas di sana. Kesel banget aku. Pake acara menghina capres saingannya 🤬. Ustad atau buzzer sih dia
Aku pas umroh tuh gak tau lho kalau ternyata kebanyakan ke Madinah dulu. begitu pulang umroh, liat2 travel umroh yang lain, jarang yang buka ke Makkah dulu. Aku juga lebih suka yang ke Makkah dulu gini, lebih ngerasa menunaikan ibadah duulu aja gitu, menuntaskan kewajiban kita ke sana.
lah ada ya ustadz begitu ya, huhu. padahal kan mestinya ya fokus aja udah untuk membimbing jamaahnya menuntaskan ibadah 🙁
Masya Allah, kekuatan doa beneran ajaib ya Mbak. Barokallah ya Mbak umrohnya.
Itu 40 juta sudah termasuk biaya umrohnya atau hanya lain-lainnya aja Mbak? Aku sedih tiap baca cerita umroh, karena mamak dan bapakku sangat ingin umroh tapi bwlum kesampaian juga.
Sudah termasuk yang lain-lainnya kayanya mbak. Alhamdulillah emang harganya bersahabat banget waktu itu. Bismillaah, semoga diberi kemudahan untuk ke tanah suci sekeluarga ya mbak
Alhamdulillah kuat banget Mak bisa ibadah umroh dalam keadaan hamil. InsyaAllah rejekinya bisa nular ke diriku dan keluargaku juga. Pengen banget bisa umroh dalam waktu dekat :’))