Hihi, pernah mengikuti seminar Ibu Elly Risman Musa, S. Psi. itu menurut saya suatu keberuntungan banget. Karena seminar itu, saya jadi belajar terus gimana cara komunikasi yang enak sama Naia. Ikutan seminarnya juga udah lama sih, tapi ada yang masih terus diingat di kepala ini. Yaitu mengenai kekeliruan-kekeliruan orangtua dalam berkomunikasi dengan anak.
Ringkasan seminar itu juga sudah saya posting di blog sebetulnya. Tepatnya di postingan yang ini. Tapi karena udah lama banget, jadi udah kelewat gitu aja deh postingannya. Nah, kemarin saya dapet lagi sharing dari grup WA. Materi yang sama yang didapat dari sumber yang sama namun dari seminar yang lebih baru. Setelah saya baca, isinya sama persis. Yasudah deh saya iseng membuat infografisnya. Ini saya buat sebetunya supaya saya bisa lebih mudah mengerti dan nempel banget di kepala. Saya lebih mau membaca dengan tampilan yang kayak begini soalnya, hehe. Semoga infografis ini bermanfaat yaaa.
Jadi, yang saya ingat dari workshop kemarin adalah kata-kata penutup ~penutup atau jawaban pertanyaan audience yah, lupa saya~ tentang perempuan atau yang nantinya jadi ibu. Kata-katanya gak inget banget-banget, seinget saya sajah lah ini 😀
Perempuan yang lebih tinggi tingkat pendidikannya harus bersedia menjadi ibu rumah tangga dan mengasuh sendiri anak-anak mereka karena merekalah penentu masa depan anak-anak mereka dan bangsa.
Jadi, teruntuk para perempuan:
Intinya, perempuan itu harus memang sudah siap untuk jadi orangtua begitu mereka memutuskan untuk menikah. Jadi waktu untuk dirinya sendiri cukup dari sejak mereka single sampai mereka hamil. Begitu melahirkan, waktunya mereka untuk mendidik anak-anak mereka sendiri di rumah.
Yaa, gak dengan nganggur juga sih, sekarang kan banyak banget ibu-ibu yang bekerja dari rumah, entah bisnis online, part time, atau pekerja freelance seperti saya. Pastinya bukan yang bekerja full time yang sudah tentu waktu untuk mengasuh sangatlah kurang, bahkan mungkin tidak ada. Pasti ada jalannya deh kalau sudah berniat untuk mengurus anak sendiri tanpa diserahkan ke pengasuh atau orang tua.
Untuk apa sekolah dan berpendidikan tinggi jika anak kita diasuh oleh yang pendidikannya lebih rendah bukan? ~maaf, saya bukan mengecilkan pengasuh atau orang tua ya, hanya saja akan sayang sekali jika perkembangan anak kita sendiri bukanlah kita sendiri yang pertama mengetahuinya. Lagipula, dengan kita mengasuh dan mendidiknya sendiri dengan tangan kita sendiri, kita jadi memiliki hubungan yang lebih dekat dan lebih mengerti diri anak-anak kita kan? Setidaknya inilah yang saya yakini. 😀
Nah, setelah anak terakhir, anak terakhir loh ya sudah terbentuk pribadinya dan sudah bisa mandiri, barulah kita bisa sibuk dengan diri kita lagi. Entah dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau menjajaki dunia pekerjaan demi mengejar karir lagi. Ini sih yang dikatakan oleh bunda Elly, tapi saya sangat-sangat setuju.
Saya pun punya rencana untuk itu. Saya sangat ingin sekolah kuliah lagi dan sibuk dengan diri saya lagi. Tapi nanti, saya yakin pasti akan ada waktunya untuk itu. Sekarang saatnya saya memberikan seluruh waktu untuk mengasuh anak 😀 ~yah, pekerjaan freelance ini kan biar gak bosen aja di rumah, ya gak? hehehe.
Alhamdulillah saya merasa telah mengambil keputusan yang tepat dengan keluar dari pekerjaan dan menjadi freelancer demi mengasuh anak. Semoga saya bisa mendidik dan mengasuhnya hingga ia dewasa dan menjadi orang yang berguna nantinya, baik bagi dirinya sendiri, lingkungannya, bangsanya, bahkan agamanya, Amiiin.