Kotornya Mencuci Sepeda

Tulisan ini diikutsertakan dalam Laiqa & Rinso Writing Competition

Suatu hari Minggu di bulan Juni *hayah* saya, suami, dan Naia berdiam diri di rumah sekedar bersantai untuk merecharge kembali tenaga kami untuk menghadapi minggu berikutnya, family time laah istilah kerennya 😀

Etapi bersantai dan family time itu juga diisi dengan membereskan rumah dan mengerjakan segala sesuatu yang berguna kok, hehe. Jadi ya gak nganggur-nganggur banget gituu. Saya sekalian membereskan cucian dan tumpukan pakaian serta membereskan rumah, si suami juga gak ketinggalan untuk mencuci sepeda yang biasa digunakannya untuk kerja. Iya, suami pulang pergi kantor naik sepeda lho, cuma 15 menit soalnya, hihi.

Nah, di saat suami mencuci sepeda itu, Naia kepo *seperti anak kecil lainnya yang serba ingin tahu* papanya itu sedang apa dan kalau bisa dia ikutan deh. Berhubung saya dan suami memiliki pemahaman yang sama, tidak melarang segala kegiatan  yang dilakukan Naia kecuali yang berbahaya, jadi ya kita mempersilakan saja dia kalau ingin main membantu, hehe. Dan berhubung waktu itu juga si Naia belum mandi ya sekalian saja deh. Bukan sekalian mandinya lho, tapi sekalian kotornya 😀 Iya, kita tau dia pasti akan terkena kotoran, terlebih dia memakai celana putih waktu itu. Tapi, apalah artinya pakaian kotor kalau dibandingkan dengan kebahagiaan anak *lebay*. Berani kotor itu baik kan? Gak kotor gak belajar 😀

nyuci sepeda
nyuci sepeda

Dan  hasilnyaa, ya sepedanya bersih doonk *bangga*. Nih terlihat foto sepedanya dengan si Naia yang seneng dan bangga sudah membantu ngerecokin papanya nyuci sepeda. Berhasil deh membuat Naia senang sekaligus belajar caranya merawat barang yang kita punya, hehehe.

Tapi gimana dengan celananya yang super duper kotor itu? Nah, kali ini giliran saya deh yang berperan. Saya tidak khawatir mencucinya akan susah lho, berhubung saya menggunakan Rinso cair, ya langsung saja saya oleskan di celananya yang kotor itu lalu direndam selama 15 sampai 30 menit. Selanjutnya saya tinggal menguceknya sebentar saja *tanpa kekuatan penuh juga XP* dan hasilnya langsung kelihatan bersih. Benar-benar tidak tertinggal lho nodanya *banggalagi*

image

Ah iya, saya dan suami juga cukup sering membiarkan Naia bermain di luar. Karena dengan begitu dia bisa bergerak dan tidak selalu berdiam diri di depan TV *gak punya TV juga sih, hihi*. Kami berpikir dengan membiarkannya bermain di luar, dia bisa belajar banyak, belajar tentang alam, binatang, juga permainan fisik seperti bermain pasir, ayunan, juga bola. Saya benar-benar tidak peduli dengan pakaiannya yang akan menjadi kotor nantinya. Ya karena nantinya akan diatasi dengan Rinso cair, karena Rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari. Jadi, buat apa khawatir kan? 😀

Sebelum menikah sih saya belum menggunakan Rinso cair jadi sewaktu mencuci pakaian yang terkena lumpur tidak bisa sebersih celana Naia itu. Jadi, saya pernah mengikuti reli sepeda dan kebetulan saat itu hujan deras mengguyur saat kira-kira baru 45 menit start. Nah, karena sepeda saya tidak berbemper belakang, jadilah kaos putih yang saya kenakan saat itu penuh dengan cipratan lumpur. Tidak tanggung-tanggung, cipratannya sampai kerah *hiks, nangis T_T*. Tapi karena waktu itu saya mencuci masih dengan deterjen bubuk, ya noda lumpurnya masih aja ada walaupun sudah dicuci berkali-kali. *mau ngasih gambarnya e kaosnya udah gak ada XP*.

Begitu nikah, saya kok ya tertarik sama Rinso cair, yaudah ampe sekarang pakainya itu deh. Apalagi sekarang tersedia web http://www.rinso.co.id/ tempat mencari segala info dan tips mencuci, jadi makin cinta deh sama Rinso :*

image

*yak, hari ini hari paling produktif ngeblog kayaknya. udah 3 postingan diposting pada hari yang sama, ahaha. 2 untuk lomba, 1 pengumuman lomba, fyuh*