Suami yang “Family Man”

Oke, setiap kali saya merasakan sesuatu mengenai keluarga saya ~maksudnya tidak begitu bersyukur~, saya selalu langsung ditunjukkan bahwa masih banyak orang lain yang kehidupannya tidak lebih baik dari saya, bahkan mungkin keadaan saya jauh lebih baik darinya. Dan hal itu selalu berhasil membuat saya mensyukuri, bahkan lebih menghargai kembali apa yang saya punya.

Yang paling baru sih, saya itu orangnya gak sabaran kalau melihat suami tidur terus. Saya jadi orang yang memusuhi tidur kalau melihat dia begitu. Walhasil, saya kesal dan jadi kurang bersyukur punya suami seperti dia.

Nah, dalam keadaan saya yang begitu, saya langsung ditunjukkan kalau suami saya punya banyak kelebihan. Yaah, kelebihan itu juga jadi terlihat karena ditunjukkan olehNya lewat orang lain yang tidak merasakan itu. Contohnya, dia rela pulang siang demi menggantikan saya mengurus Naia ketika saya sedang sakit dan benar-benar tidak beranjak dari tempat tidur. Bahkan, keesokan harinya dia bolos kerja karena saya masih belum sembuh.

Pada waktu saya terkena baby blues, dia juga rela gak masuk kerja demi menemani saya di rumah mertua dan menenangkan diri saya. Keesokannya selama di kantor dia gak lupa menanyakan kabar, entah lewat sms, chatting, atau telpon. Dan sepulangnya dari kantor, dia memberikan kejutan yang membuat baby blues kemudian hilang. Huaah, yang ini benar-benar tidak terlupakan.

Hal lain lagi. Setiap pagi dia selalu mau memandikan Naia karena saya sedang masak untuk sarapan dan bekal makan siangnya nanti. Pokoknya itu sudah menjadi jadwal harian. Naia mandi pagi dimandikan papa, mandi sore sama mama. Nah, gak semua keluarga bisa seperti itu kan? Makanya, kalau saya rasakan lagi, itu benar-benar suatu kelebihan  yang dia punya dan saya harusnya mensyukuri banget nikmat itu.

Atau, kalau pagi hari saya sibuk mencuci, dia menggantikan saya untuk masak. Tapi gantian saya yang memandikan Naia jadinya. Hehehe 😀

Kalau malam hari saya terlalu lelah tapi Naia masih belum tidur, dia yang menggantikan saya memberi Naia makan plus mengajak bermain Naia sampai Naia tertidur.

Walaupun kita tidak memiliki “mba” untuk membantu, tapi dia sudah sangat meringankan beban saya dalam mengurus rumah dan Naia.

Alhamdulillah juga suami kerja di tempat yang agak bebas. Maksudnya bebas adalah waktunya gak terlalu ketat dan bisa ijin dengan mudah. Alhamdulillaaah banget. Lagipula tempatnya juga dekat dengan rumah kontrakan kami, 15 menit naik sepeda lah. Iya, suami juga naik sepeda kalau ke kantor, bike to work lah. Lumayan ngirit ongkos, hihihi.

See, apalagi coba yang gak bisa saya syukuri? Sangat perhatian dengan keluarga, perhatian juga sama saya, sangat menghargai komunikasi, menghargai hubungan juga, dan jarak kantornya juga dekat. Dan saya kesal hanya karena tidurnya yang lama? Tidak melihat berjuta kelebihannya dan hanya fokus kepada 1 kekurangannya? huah, durhaka sekali saya sebagai istri, ckckck.

Sekali lagi, terima kasiiih Muhammad Ilman Akbar telah menjadi suami yang “family man” banget, hehehe. Maafkan saya ya kalau saya terkadang gak mensyukuri itu, maaaaf banget 😀

Baby Blues Teratasi?

Belum sepenuhnya sih, tapi sekarang sudah cukup teratasi.

Jadi, banyak yang menyarankan agar saya tinggal bersama orangtua saja. Saya pun maunya begitu, sewaktu baby blues sedang parah kemarin saya kepengeeen banget pulang ke priuk.

Keinginan pulang ke priuk rasanya karena saya merasa kesepian. Di rumah priuk begitu banyak orang di rumah dan saya sudah terbiasa dengan suasana rumah yang ramai. Sedangkan di rumah mertua, saya merasa sepi 😛

Tapi saya gak enak sama mertua. Dia sudah rela mengambil cuti tahunannya agar kami (saya, suami, dan Naia) tinggal di rumahnya.

Lalu, saya disarankan oleh suami dan kaka saya agar bersabar dan menunggu sampai cutinya habis. Tapi saya merasa gak bisa bersabar.

Akhirnya sepulang kantor, suami berusaha menyenangkan saya dengan memberikan saya kejutan. Dan, cukup berhasil. Suasana hati saya sedikit lebih tenang.

Esoknya, jadwal saya kontrol ke dokter untuk buka perban. Karena jadwal dokter Shinta pada hari itu siang, jadi suami tidak bisa menemani. Akhirnya kita sepakat kalau diundur aja kontrolnya jadi hari setelahnya yang jadwal dokternya malam agar bisa ditemani suami.

Tapi, begitu suami pengen berangkat ke kantor, saya tiba2 menangis lagi. Akhirnya suami rela untuk gak masuk kantor demi menemani saya seharian itu. Nah, karena udah ijin, akhirnya kontrol ke dokter jadi di hari itu. Hari itu suasana hati sudah jauh membaik.

Esoknya lagi, suami masuk kantor tapi dia selalu mengirim kabar atau setidaknya mengobrol lewat sms agar saya tidak kesepian. Mulai hari itu akhirnya dia selalu mengirim dan mengobrol lewat sms dengan saya jika sedang di kantor.

Dan sekarang, saya engeh kalau keadaan saya jauh membaik. Dan saya baru engeh juga keadaan saya membaik sejak suami memberikan saya kejutan itu.

Akhirnya baby blues saya lumayan teratasi dengan sikap suami yang sangat pengertian itu. Terima kasih ya Ilman Akbar :*

Baby Blues

Hum, sepertinya saya sedang mengalami sindrom ini. Yap, baby blues syndrome, keadaan dimana emosi ibu baru melahirkan cenderung tidak stabil -menurut pengertian saya sendiri, dari baca beberapa sumber- 😀

Ya, saya terkadang jadi menangis sesenggukan dan saya sendiri gak tau alasan kenapa saya bisa menangis. Atau terkadang saya bisa merasa kecewa dengan diri sendiri atau dengan suami. Dan terkadang saya bisa marah-marah sama suami karena perasaan ingin selalu ditemani.

Gejala tersebut baru saya rasakan setelah seminggu melahirkan. Sepertinya tepat setelah si Naia kontrol pertama ke dokter anak yang mengurus sewaktu di RS.

Naia kontrol ke dokter pada hari Senin, 9 April 2012 kemarin. Dan hari itu dia beberapa kali disuntik. Suntikan pertama untuk imunisasi hepatitis B. Suntikan kedua untuk diambil darahnya untuk cek lab karena Naia terlihat kuning -karena kurang dijemur, huhu-.  Suntikan ketiga dan keempat di kuping karena ditindik.

Saya jadi sediih liat Naia disuntik-suntik gitu, huhu. Apalagi waktu tindik kuping, anting yang dipasang agak susah jadi agak lama nindiknya jadi Naia nangis lebih lama dan lebih kenceng T_T

Tadinya mau langsung saya kasih ASI setelah ditindik, tapi Naia tidur lamaa banget. Sepertinya kecapean nangis terus karena disuntik. Saya jadi sediih dan mulai menangis. Saat itulah saya pertama kalinya menangis pasca melahirkan, padahal sebelumnya bahagia2 aja.

Yap, rasanya setelah itu saya jadi sering menangis dan sering merasa khawatir. Setelah googling, baca-baca dan inget2 yang dibilang orang2 ‘hati-hati baby blues’, saya baru engeh saya sepertinya terkena gejala itu.

Baca juga: Baby Blues Teratasi