Lifestyle & Beauty

Pentingnya Vaksin DBD: Mengapa Kita dan Keluarga Harus Mendapatkannya?

Sudah pada tahu belum kalau sekarang kita bisa mencegah DBD melalui 3M plus vaksin DBD?

Iya lho, berhubung DBD ini disebabkan oleh virus, jadi salah satu hal yang bisa diupayakan untuk mencegah penyakit DBD ya dengan memberikan vaksin ke tubuh kita.

Tapi masih banyak yang belum tahu akan pentingnya vaksin DBD ini, karena menurut aku penyakit DBD sendiri masih suka disepelekan dan suka diremehkan. Bener gak hayo?

Padahal penyakit DBD ini yang masih menyumbang sampai 1183 kematian pada tahun 2022 lalu. Banyak yaa, huhu.

Jadi ngerasa bersalah banget, karena tadinya aku termasuk salah satu orang yang belum menganggap DBD seberbahaya itu.

Barulah ketika suami terkena DBD beberapa tahun lalu, mataku mulai terbuka. Apalagi saat mendengar kasus anak yang meninggal karena DBD.

Makin sadar kalau ternyata DBD se-mengerikan dan se-berbahaya itu, huhu.

Event Awareness DBD

Diperkuat lagi dengan mengikuti acara mengenai pentingnya vaksin DBD beberapa hari lalu, aku jadi makin peduli dan makin aware akan bahayanya DBD dan pentingnya kita melakukan upaya pencegahan DBD bersama-sama.

Event Demam Berdarah di Sekitar Kita #Ayo3MPlusVaksin

Pada hari Rabu tanggal 31 Mei 2023, aku mengikuti acara mengenai demam berdarah dan pentingnya vaksin DBD di hotel Raffles, Jakarta. Acara tersebut bertajuk “Demam Berdarah di Sekitar Kita #Ayo3MPlusVaksin”.

Acara yang dipandu oleh Aline Wiraatmadja ini menghadirkan 4 orang narasumber, yaitu:

  1. Andreas Gutknecht selaku General Manager Takeda Indonesia,
  2. dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid. Selaku Kepala Birokrasi dan Pelayanan Publik, Kemenkes RI,
  3. Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), selaku Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, IDAI, dan
  4. Ringgo Agus Rahman serta Sabai Morschek
Demam Berdarah di Sekitar Kita

Melalui acara tersebut, aku jadi makin banyak tau tentang DBD ini. Salah satunya ya mengenai pentingnya vaksin DBD yang sekarang sudah resmi beredar.

Ringgo Agus Rahman dan keluarga bahkan sudah menjalani suntik vaksin DBD ini di bulan Mei lalu demi melindungi keluarganya dari bahaya DBD lanjutan.

Pasalnya, Ringgo Agus Rahman pernah terserang DBD sebayak 2 kali lho! Bahkan anak keduanya, Mars, pernah terserang DBD di waktu umurnya masih satu tahun.

Huaah, sedih banget gak sih? Ngebayangin anak umur 1 tahun terkena DBD dan harus dirawat, bahkan harus diambil darahnya 2x sehari, huhuhu.

Fakta-fakta DBD

Memang apa sih bahayanya DBD?

Ya itu, salah satunya penyakit DBD ini bisa menyebabkan kematian, bahkan kasusnya masih tinggi di Indonesia.

Menyebabkan Pendarahan pada Organ (Shock Syndrome)

Gawatnya DBD ini, menurut dokter Anggraini Alam (dokter Anggi), adalah kita tidak tahu apakah penyakitnya nanti bisa menyebabkan shock syndrome atau yang nantinya bisa sembuh.

Shock Syndrome adalah kondisi pasien mengalami kebocoran pada pembuluh darah. 

Analoginya seperti selang air yang bocor. Karena ada lubang-lubang pada selang, maka air yang mengalir akan terus menerus berkurang karena keluar dari lubang tersebut.

Nah, itulah yang terjadi pada pembuluh darah penderita DBD. Selang sebagai pembuluh darah, dan air sebagai darahnya.

Maka dari itulah, kalau pasien sudah mengalami shock syndrome, kecil kemungkinan akan selamat. Karena darah akan terus berkurang tanpa tubuh punya waktu untuk mengganti darah yang bocor tersebut.

Baca juga: Perkuat Sistem Imun Anak dengan Interlac + Vit D3 Yuk!

Cairan yang Masuk Harus Pas!

Selain untuk memantau adanya kebocoran darah atau tidak, pengambilan darah rutin tersebut juga untuk menentukan seberapa banyak cairan yang harus masuk pada penderita DBD.

Karena cairan memang penting bagi penderita DBD, nah jumlahnya itu harus pas. Soalnya, kalau kekurangan cairan, ya si penderita bisa dehidrasi.

DBD Dulu Seperti Covid Sekarang

Nah, ternyata, saat pertama kali terjadi DBD di Indonesia, kasusnya hampir seperti Covid. Yaitu terjadi peningkatan penderita yang sangat cepat, bahkan fatality rate-nya bisa mencapai 40-50%

Gejalanya pun sangat mirip seperti covid, hanya saja penderita DBD tidak mengalami batuk. Gejalanya meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, mual/muntah, ditambah adanya bercak.

Gejala DBD
Yang paling bisa jadi pembeda utama adalah, pada kasus DBD, penderita mengalami demam tinggi mendadak. Hal inilah yang harus segera kita khawatirkan.

Karena demam tinggi tersebut akan melandai di hari ketiga. Namun, hal itu justru yang menjadi titik kritisnya.

Sebetulnya ada 3 fase yang terjadi saat seseorang terjangkit DBD:

  1. Fase Demam, yang bisa berlangsung dua sampai tujuh hari (2-7 hari)
  2. Fase Kritis, terjadi di sekitar hari ketiga sampai ketujuh (3-7 hari)
  3. Fase Penyembuhan, terjadi sekitar hari kelima sampai hari kesembilan (5-9 hari).

Maka dari itu, penting banget kita sudah memeriksakan ke dokter saat mengetahui anak atau penderita mengalami demam tinggi mendadak, bahkan sejak hari pertama.

Tanda Bahaya DBD

Bisa Terjangkit DBD Lebih dari Sekali

Oiya, DBD ini ternyata ada 4 varian lho (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4). Jadi, seseorang memang sangat mungkin terserang DBD lebih dari sekali.

Karena DBD yang terjadi pada kedua kalinya, mungkin merupakan varian DBD yang berbeda.

Malah, saat terkena untuk kedua kalinya, kemungkinan penyakitnya bisa lebih parah daripada saat pertama kali.

Anak-anak Lebih Rentan

Dari pemaparan dokter Anggi di acara tadi, anak-anak ternyata lebih rentan terjangkit DBD.

Dr. Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K)

Hal ini disebabkan oleh kandungan cairan yang ada dalam tubuh anak ternyata persentasenya lebih besar dibanding dewasa dengan ukuran pembuluh darah yang masih kecil.

Karena hal itulah, maka aliran darah pada anak lebih deras dan hal ini yang menjadikan DBD lebih berbahaya pada anak. Ketika terjadi kebocoran pada pembuluh darah anak, darah yang terkuras jadi lebih banyak.

Strategi Nasional Penanggulangan Dengue

Untuk memberantas DBD, menurut dokter Siti Nadia, pemerintah sudah melakukan beberapa upaya.

Upaya tersebut meliputi faktor-faktor yang berperan dalam penyebaran virus DBD, yaitu dengan mengatur faktor vektor (dalam hal ini nyamuk) dan mencegah dari sisi manusianya dengan berbagai program yang sudah dibuat.

Pemerintah bahkan membuat strategi nasional tersendiri untuk pencegahan DBD ini yang meliputi 6 langkah.

Strategi Nasional Penanggulangan Dengue

Sederhananya, Strategi Nasional Penanggulangan Dengue ini sudah meliputi pencegahan dari 2 faktor, faktor nyamuk dan juga faktor manusianya.

Dari faktor nyamuk, kita bisa mengatur dan mencegah adanya jentik-jentik nyamuk di rumah-rumah.

Salah satu upaya memberantas nyamuk adalah menjadikannya tugas sekolah. Yaitu anak diminta membawa jentik nyamuk yang ditemukan di rumahnya.

Mereka diminta untuk memeriksa setiap genangan yang dapat mereka temukan di rumah.

Bahkan genangan air yang sedikit pun, seperti yang ada pada penampung dispenser, pot bunga, dan lain sebagainya juga perlu dibuang.

Karena ternyata jentik nyamuk Aedes Aegypti ini bisa hidup pada genangan air 3mm saja.

Apabila terbukti terdapat jentik nyamuk, maka siswa tersebut diminta untuk menyemprotkan obat nyamuk atau menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air.

Lalu pada lingkungan rumah siswa tersebut bisa dijadwalkan untuk melakukan fogging.

Teknik Wolbachia

Salah satu upaya untuk mengontrol nyamuk, Indonesia sudah mulai mencoba teknologi terbaru melalui teknik Wolbachia.

The World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta yang dijalankan oleh Prof. Adi Utarini melakukan penelitian terkait pengendalian virus dengue dengan menggunakan nyamuk Aedes Aegypti yang telah berbakteri Wolbachia.

Caranya dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam nyamuk tersebut. Sehingga kalo nyamuknya mengigit tidak akan Menular

Menkes Budi Gunadi Sadikin saat meninjau Laboratorium Etomologi WMP Yogyakarta

Bakteri Wolbachia akan menghilangkan virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti, sehingga kalau pun nyamuk tersebut menggigit manusia, virus dengue tidak akan masuk ke dalam tubuh.

Teknik ini rupanya sudah diuji coba di sekitar kota Yogyakarta dan kabupaten Bantul. Hasilnya ternyata bisa menekan kasus demam berdarah sebanyak 77%.

Semoga saja upaya ini bisa makin tersebar luas di Indonesia dengan hasil yang memuaskan juga ya.

3M Bukan Lagi Mengubur!

Selain pada faktor nyamuk, pemerintah juga tidak lelah untuk bekerja sama dan mengedukasi para warganya agar senantiasa mencegah DBD bersama-sama.

Cara yang dari dulu selalu didengungkan adalah dengan melakukan 3M.

Hanya saja, karena perkembangan zaman, seiring makin berkurangnya rumah-rumah yang memiliki tanah luas, M terakhir pada 3M bukan lagi mengubur, melainkan Mendaur Ulang.

Selain sebagai upaya pencegahan DBD, mendaur ulang juga sebagai bentuk kepedulian terhadap sampah yang makin menumpuk yang bisa memberi pengaruh buruk pada lingkungan.

Memberi Edukasi Pentingnya Vaksin DBD

Pada faktor manusianya, selain selalu memberi pengertian akan pentingnya 3M (Menutup, Menguras, Mendaur Ulang), sekarang sudah mulai gencar melakukan edukasi mengenai pentingnya vaksin DBD.

Salah satunya ya melalui acara yang aku hadiri kemarin itu.

Saat ini ada 2 jenis vaksin DBD yang bisa digunakan dan kita bisa dapatkan di fasilitas kesehatan tertentu. Vaksin tersebut bisa diberikan mulai usia 6 sampai 45 tahun.

Fakta-fakta Vaksin DBD

IDAI sudah memberi patokan jadwal vaksin apa saja yang perlu diberikan sejak anak lahir. Semua vaksin yang beredar mempunyai peranan penting dalam pencegahan penyakit apapun yang disebabkan oleh virus.

Vaksin terbukti mencegah 2 sampai 3 juta kematian anak setiap tahun.

Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K)

Apa Bedanya Vaksin DBD dan Pengobatan Lain yang Tersedia untuk Mencegah DBD?

Vaksin DBD bertujuan untuk memberikan perlindungan jangka panjang dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi virus dengue.

Sementara itu, pengobatan lain yang tersedia untuk mencegah DBD, seperti pengendalian vektor dan tindakan pencegahan pribadi, lebih fokus pada mengurangi risiko terpapar virus dengue melalui gigitan nyamuk.

Istilahnya, melalui vaksin, tubuh kita diharapkan bisa mengenali virus dengue dan melawannya, sehingga bisa melindungi individu yang divaksinasi dari penyakit DBD dan mengurangi risiko komplikasi serius yang terkait dengan penyakit tersebut.

IDAI dan PAPDI Sudah Memasukkan Vaksin Dengue ke Jadwal Vaksin di Buku Anak

Yap, IDAI dan PAPDI sudah memasukkan jadwal vaksin DBD ini ke dalam panduan jadwal imuniasi lengkap lho!

Bisa ditemukan pada lembar vaksin dalam buku anak yang disediakan oleh IDAI.

Lembar Jadwal Vaksin Anak

Target 0 Kematian di 2030

Harapannya, dengan adanya vaksin DBD yang bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat luas, penyakit DBD makin bisa dikendalikan dan tidak terlalu menyebabkan kegawatdaruratan.

Bahkan, kemenkes menargetkan, dengan adanya vaksin DBD, Indonesia bisa mencapai 0 kematian akibat DBD di tahun 2030.

Harga Vaksin DBD

Sayangnya, vaksin DBD ini belum bisa kita dapatkan secara gratis.

Namun, pihak penyedia vaksin mempunyai kemungkinan kerja sama dengan beberapa perusahaan untuk bisa menyediakan vaksin untuk para pegawainya.

Hitung-hitung fasilitas kantor untuk menjaga kesehatan dan keselamatan seluruh karyawannya gitu.

Sehingga jangkauan vaksin bisa meluas dan penyakit DBD semakin bisa terkendali dan target 0 kematian pada tahun 2030 tersebut bisa diwujudkan.

Vaksin Melengkapi Perlindungan dari Demam Berdarah (3M Plus Vaksin)

Jadi inget yaa, penyakit DBD memang tidak bisa disepelekan karena termasuk penyakit yang sangat banyak merenggut korban jiwa.

Maka, kita semua harus menyadari bahayanya serta bisa bersama-sama melakukan pencegahan terhadap penyakit ini.

Terutama agar anak-anak tidak terserang DBD. Karena itu tadi, ternyata anak-anak lebih rentan terserang DBD dibanding orang dewasa.

Hal yang bisa kita mulai adalah dengan melakukan 3M plus Vaksin, yaitu menutup semua tempat penampungan air, menguras rutin bak mandi atau ember, memanfaatkan atau mendaur ulang sampah yang ada di sekitar lingkungan rumah, menaburkan bubuk abate, serta memakai obat nyamuk oles atau semprot di rumah.

Ayo 3M plus Vaksin!

Selain itu, karena sekarang vaksin demam berdarah sudah tersedia dan sudah bisa didapatkan, maka usaha kita jadi tidak terbatas hanya 3M Plus tadi saja, melainkan jadi 3M Plus Vaksin #3MPlusVaksin.

Karena vaksin jadi melengkapi maksimalnya usaha kita bersama dalam memerangi penyakit DBD.

Semoga seiring waktu, makin banyak yang bisa terjangkau oleh vaksin DBD sehingga pada akhirnya penyakit DBD makin bisa dikontrol dan kita semua bisa terhindar dari virus dengue varian apapun yaa.

C-ANPROM/ID/QDE/0139 | Aug 2023

Sumber:

istianasutanti

Halo, salam kenal ya.

Aku Istiana Sutanti, seorang ibu dari 3 orang perempuan yang hobi sekali mengajak anak-anak untuk traveling bersama.

Di blog ini aku sharing pengalaman traveling kami sekeluarga plus pelajaran parenting yang aku dapatkan, baik dari pengalaman pun dari seminar parenting.

Semoga kalian suka membaca pengalaman traveling kami dan semoga membantu untuk menentukan tujuan traveling kalian berikutnya! ;)

You may also like...

26 Comments

  1. Aku taunya DBD ini memang bahaya buat anak kecil, Krn resiko kematiannya tinggi. Ga nyangka juga fase kritisnya justru di saat demam mulai turun ya mba ????

    Anak2 dan suamiku udh pernah kena. Asisten juga pernah. Cuma aku doang yg belum. Tapi bukan berarti jadi cuek. Bisa aja aku lagi beruntung doang imun tubuh lagi bagus

    Tapi sejak mereka pernah kena, lingkungan rumahku jadi rutin di cek Ama Bu RT apa ada genangan air di bak, jentik dsb. Trus beberapa bulan sekali juga di fogging. Apalagi kalo warganya udh banyak yg kena.

    Blm vaksin nih mba, planning memang mau. Biar gimana sakit ini ga bisa disepelekan memang. Kalo kata suamiku yg pernah kena, tulang kayak diremes ngilu sakit. Ga pengen juga ngerasain itu

  2. Seringnya masih byk yang menyepelekan DBD ya padahal efeknya semengerikan itu. Beberapa kasus di Indonesia ini, ujuk2 anaknya sakit dibawa ke RS, nggak lama meninggal.. Sering banget aku temui kasus seperti ini huhuhu..
    Alhamdulillah sekarang ada vaksin DBD, minimal bisa meminimalisir ke fase kritis ya mbk.

    1. Nah iya mbak, dari cerita yang sering aku denger juga begitu. Tiba-tiba demam naik turun, begitu dibawa ke RS udah gak tertolong. Sedih banget banget T_T

  3. Terim kasih informasi dan sarannya ya Mba, tapi sayang tidak gratis dan kemungkinan juga tidak ditanggung BPJS yah, hehehe jadi masih buat kalangan tertentu saja ya

  4. Iya lhooo masih banyak yang menyepelekan DBD, padahal juga kasus kematiannya tinggi. Ngeri juga kalo sampe kenan Shock Syndrome. Apalagi anak2 ternyata lebih rentan yaa. Penting banget vaksin dansosialisasi 3M yang terbaru nih. Pokoknya lebih baik mencegah daripada mengobati kan yhaaa.

  5. Sepupu pernah meninggal karena DBD ini ti, waktu itu usianya 40 tahun. Kurang cepat penanganannya bisa bahaya banget DBD.
    Alhamdulillah ada vaksinnya ya sekarang. Setidaknya mencegah dgn berbagai cara. Namanya jg usaha, belum cek ke rs nih. Pengin deh vaksinin anak2 inih

  6. Nah, fase demam turun itu yang sering “menipu”. Dikira sudah mereda, eh ternyata sedang ancang-ancang untuk melompat lebih tinggi 🙁 . Sering digambarkan sbg grafik tapal kuda kan ya?
    Mana gejalanya pun tidak benar-benar spesifik ya Mbak, Dulu aku berpegang pada bercak-bercak merah di kulit, tapi katanya ga harus ada bercak.
    Duuh …. Semoga, kita semua bisa aware dg penyakit DBD.
    Bersyukur skrg sudah ada vaksinnya yaa.. Tanya paksu ah, vaksin DBD masuk tanggungan kantor apa engga hehehe.

    1. Iyaa mbak, seperti tapal kuda. Nah, dulu juga aku taunya kalau ada bercak. Tapi, ternyata kalau sudah ada bercak di kulit malah udah bahaya, artinya udah pendarahan, huhuhu. Makanya emang gak mesti ada bercak, yang penting demamnya itu tinggi yang tiba-tiba (demam tinggi mendadak). Dah, kalau udah tiba2 demam tinggi gitu, bawa ajalah ya ke RS, jaga2 aja. Mendingan diperiksa dan ternyata gapapa daripada diperiksa tapi ternyata DBD, huhuhu

  7. Bener banget 3M+Vaksin bisa mencegah dari yang namanya demam berdarah ya. Terlebih si kecil yang rentan kena DBD, seperti artis Ringgo dan anaknya yang sudah pernah kena DBD jadi trauma rasanya pasti kalau ketemu sama nyamuk. Well bener banget 3M sekarang bukan mengubur ya karena sudah minim lahan jadi diganti dengan mendaur ulang.

  8. Jadi selain kita melakukan 3M di rumah, ada salah satu cara juga ya mak isti. Dengan melakukan vaksin DBD, ini tuh aku sudah sempat baca tapi lupa ih mau vaksinnya. Sekalian nanti pas jadwal rutin anakku konsultasi ke dokter, mau ajak vaksin juga.

  9. Iyq DBD masih jadi momok menakutkan ya soalnya kalau terlambat bisa merusak organ dalam, bersyukur sekarang ada vaksinnya jadi lebih terjaga kita ya di musim tak menentu ini

  10. Aku kalau anak panas, kadang juga parno sendiri mbak, apalagi kalau dilingkungan sekitar ada yang kena DBD. Pikirannya udah jelek aja terus.

    Saya baru tahu kalau sudah ada vaksin DBD, mencegah memang lebih bagik daripada harus mengobati ya, termasuk untuk urusan deman berdarah ini

    1. Huaa, sama mbak. Kalau lagi musim DBD beneran gak tenang deh kalau anaknya tiba-tiba demam. Walaupun Alhamdulillahnya bukan DBD, tapi tetep aja dagdigdug, huhu

  11. Yurmawita says:

    Sangat waspada dengan DBD apalagi saat perubahan musim yang mendadak kita tidak sigap mengantisipasinya tentu akan menyebabkan peluang nyamuk berkembang biak dengan cepat

  12. DBD dari dulu menjadi musuh utama masyarakat kita. Tak sedikit korban DBD sampai kehilangan nyawa.

    Pemerintah dari dulu udah konsen ke masalah ini. Gari 3M, Germas, dan lainnya. Bahkan sekarang udah ada vaksin DBD. Semoga bisa menurunkan angka penyakit DBD.

  13. Membaca ini, sepertinya memang perlu pemberian vaksin DBD untuk keluargaku. Apalagi dalam satu tahun kemarin, dua anakku gantian sakit DBD, jadi ngerti banget rasanya merawat pasien DBD itu gimana

  14. Vaksin DBD kabar yang baik nih di bulan sekarang ini. Nyamuk lagi banyak-banyaknya. Serem juga kalau sampai terkena DBD. Risikonya kematian ya. Makasih infonya mak.

  15. Saya pernah panik luar biasa waktu anak keduaku kena DBD, tiba-tiba panas tinggi terus ada bintik-bintik di lengannya. Setelah ke dokter, tes darah, eh memang betul anakku kena DBD. Auto makin paniklah. Alhamdulillah bisa diatasi, tetapi efeknya sekarang, saya trauma setiap anak panas, langsung periksa apa ada bintik2nya atau tidak. hahaha se parno itu sama yg namanya DBD, karena waktu itu banyak sekali korban yang tidak terselamatkan. Cuma waktu itu tidak seheboh covid, mungkin karena belum ada medsos kali yah…

    1. Iya mbak, bisa jadi. Tapi sampai sekarang kasusnya masih banyak nih, makanya memang perlu waspada terus lah ya mestinya kita.

  16. DBD ini bisa menyerang siapa saja yaa..
    Mau anak-anak, mau orang dewasa. Yang kudu diperbaiki selain pola hidup sehat, kebersihan 3M juga Vaksin DBD. Sehingga kita semua bisa memiliki imunitas yang baik untuk virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti .

  17. Baru tauu kalau ada vakdin dbd memang ya maak dbd ini penyakit berbahaya sejak dulu…untung aku dulu baru gejala pas kelas 1 SD.

    1. Untung segera diatasi ya mak, jadi gak ketelanjuran. Bahaya banget soalnya DBD ini ternyata

  18. Iya nih ingatkan aku untuk imunisasi
    Hari ini memang harus ke Posyandu karena ada sosialisasi vaksin DBD juga
    Semoga si kecil bisa kooperatif

  19. Damar Aisyah says:

    Saya malah baru tahu ada vaksin DBD. Selama ini masih terbatas 3M aja dan ini rutin dilakukan di lingkungan saya. Wah, harus direncanakan nih agar tenang terlebih di musim panca roba.

  20. Lengkap sekali ini liputannya, well noted mesti kusimpan informasinya mengingat suamiku tahun lalu kena DBD juga dan mesti rawat inap beberapa hari di RS. Hiks. Ngeri memang penyakit DBD ini bisa menyebabkan kematian, bahkan kasusnya masih tinggi di Indonesia ya.

  21. Aku baru tau ada vaksin DBD. Untung disosialisasi lewat blogger jadi masyarakat bisa lebih notice

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.