“Mama, kita beli es tebu dulu yuk!” ajak anak aku setiap kali aku menjemputnya pulang sekolah. Kebetulan, saat pulang sekolah, kami memang melewati tempat yang kini menjadi Waroeng Noesantara.
Saat itu tempatnya berupa warung kecil yang menjual es tebu di tanah lapang yang cukup luas.
Tapi suatu hari kami lihat tempat tersebut rupanya dibongkar dan entah akan dijadikan apa. Kami yang sering banget beli es tebu di warung itu jadi sedikit merasa kehilangan.
Tidak lama kemudian rupanya tempat itu sudah menjelma menjadi tempat makan atau cafe yang cukup cozy dan kekinian, yang diberi nama Waroeng Noesantara.
Penjual es tebu tadi ke mana? Alhamdulillah masih ada dan berjualan tidak jauh dari Waroeng Noesantara itu.
Anw, begitu tempat makan tersebut jadi, awalnya aku gak begitu penasaran, tapi lama-lama kok jadi penasaran juga karena dilewati hampir setiap hari.
Karena dilewati hampir setiap hari itu, aku jadi bisa mengintip sedikit donk bentuknya seperti apa.
Nah, karena terlihat menarik, aku pun mengajak suami untuk kapan-kapan makan di situ. Eh, Alhamdulillahnya Jumat lalu terrealisasi. Setelah menjemput anak, kami makan sebentar di situ. Kebetulan memang aku belum sempat masak untuk makan siang ya, hehe.
Suasana
Begitu memasuki Waroeng Noesantara ini, suasana yang pertama kali terlintas adalah “terang”. Karena ternyata konsepnya memang banyak outdoor dan kita seperti berada di tempat yang berbeda.
Untuk desain tempatnya sendiri, sepertinya mengusung gaya industrial gitu.
Baca juga: Nanny’s Pavillon: Restoran Fancy Yang Halal Dan Enak
Dengan dipenuhi oleh kursi berwarna kuning dan putih, serta beberapa tempat duduk yang merupakan tempat duduk dan meja “permanen” yang terbuat dari semen, menjadikan suasananya terang seperti kesan yang aku bilang tadi.
Walaupun begitu, tempat ini lumayan adem, karena terdapat beberapa pohon yang cukup besar. Jadi untuk makan di luar pun cukup enak. Walaupun saat panas ya tetap kepanasan sih, huhuhu. Apalagi kalau cuaca lagi sangat terik ya, enaknya di dalam ruangan saja.
Waroeng Noesantara juga menyediakan tempat indoor kok tenang saja. Namun, karena konsepnya memang tempat nongkrong outdoor ya tempat berAC yang disediakan memang tidak besar. Cukup sih untuk beberapa meja, tapi gak terlalu besar ya.
Ruangan indoor ini cukup terlihat dari luar kok. Begitu masuk Waroeng Noesantara, cukup ke arah kiri sedikit, lalu kita akan menemukan ruangan tersebut di pojok sana.
Di seberang ruangan indoor tersebut terdapat sebuah panggung kecil. Mungkin digunakan untuk penampilan band di malam hari yaa. Saat kami ke sana sih hanya terdengar lagu yang disetel dan disambungkan dengan speaker yang berada di panggung kecil tersebut.
Baca juga: Ngedate Sama Anak di Playtopia Pesona Square
Yang aku perhatikan, pilihan lagu-lagunya merupakan lagu yang banyak beredar di sosial media, terutama tiktok, ihihi. Rupanya tempat ini memang ditujukan untuk muda mudi yang saat ini memang sedang aktif di sosial media ya, hehehe.
Oiya, yang bikin tempatnya makin bagus adalah tanaman-tanaman kaktus yang menghiasi gedung utama Waroeng Noesantara ini. Rasanya cocok untuk jadi background foto yang instagrammable. 🙂
Selain itu, ada salah satu area yang letaknya di atas. Jadi kita juga bisa makan sambil menikmati angin dan pemandangan jalan dari atas sini. Di sebelah Waroeng Noesantara ini juga dibuat taman kecil, sepertinya untuk memanjakan pengunjung yang makan dari atas sini juga sih, hehe.
Menu
Awalnya aku mengira menu makanan yang disediakan akan cukup banyak. Namun ternyata tidak terlalu ada banyak pilihan. Ada beberapa jenis makanan yang bisa dipilih, rice bowl, mie, dan juga cemilan.
Kami juga langsung memesan terlebih dahulu di counter, untuk selanjutnya menunggu di meja masing-masing.
Kalau memesan kopi, nantinya kita akan dikasih alat supaya saat kopinya jadi, kita ambil langsung di tempat pengambilan. Tapi untuk makanan, tetap diantar ke meja masing-masing ya.
Anw, kemarin kami memesan Mie Blackpepper, Nasi Semur dan Kopi Susu.
Mie Blackpepper
Ini menu yang menarik perhatian suami, makanya dia pilih menu ini.
Tampilannya cukup oke sih, minyaknya terlihat banyak dan terlihat cukup pedas serta menggiurkan.
Rasanya pun ternyata cukup enak dan memang cukup pedas. Namun, kata suami, walaupun enak, namun rasanya terkesan seperti rasa bumbu instan, hahaha. Gak tau deh ya, kalaupun beneran bumbu instan ya gapapa juga sih.
Nasi Semur
Nah, kalau ini awalnya aku bingung mau pesan apa. Tapi kayanya ini yang paling nyaman di lidah sekaligus bisa untuk menyuapi Nara ya.
Berhubung namanya “Semur”, jadi memang berharap ya seperti daging semur, ahaha. Tapi saat diantar, yang aku lihat malah kelihatan seperti ayam teriyaki. Atau memang ini ayam teriyaki ya sebetulnya ya?
Tapi kalau dilihat dari menu sih betul yang ini, ayam teriyaki lebih cerah lagi warnanya. Okelah jadi ya aku makan aja lah.
Potongan dagingnya kecil-kecil dan cukup empuk. Dipadukan dengan telur ceplok dan tumis sayuran, rasanya cukup nyaman di lidah.
Ternyata di bawah telur terdapat sambal, ahaha. Aku lupa bilang kalau gak usah pedas. Namun begitu Nara tetap bisa makan di bagian nasi yang tidak terkena sambal sih Alhamdulillahnya.
Kopi Susu
Untuk kopi, baik makan di sini ataupun take away, sama-sama akan disajikan di kemasan seperti ini. Ini dia yang aku bilang saat sudah jadi, alat yang diberikan tadi akan berbunyi, dan kita harus mengambilnya sendiri di counter pengambilan.
Berhubung tempat ini memang lebih cocok untuk berkumpul, ragam cemilannya cukup banyak. Ada kentang goreng, batagor, dan juga beberapa cemilan lainnya. Harganya juga masih ramah di kantong donk. Kayanya memang bisa dijadikan tempat nongkrong mahasiswa sih yaa.
Harga
Harganya sangat terjangkau lho. Berhubung memang tempat untuk ngumpul dan “nongkrong”, jadi harga yang ditawarkan juga sangat pas dengan kantong mahasiswa.
Untuk makanan berkisar di 25.000 sampai 40 ribuan. Untuk minuman sekitar 30 ribu. Untuk menu yang kami pesan kemarin, 2 makanan dan 1 kopi totalnya 93.000. Cukup banget untuk makan berdua.
Toilet dan Mushola
Yang bikin aku senang lagi adalah adanya mushola yang terbilang cukup luas. Musholanya ini menyatu dengan toilet dan berada di belakang gedung utama Waroeng Noesantara. Juga merupakan bagian dari tempat outdoor lain.
Oiya, yang aku bilang gedung utama itu adalah yang bagian counter memesan makanan dan minuman tadi yang letaknya persis di depan pintu masuk Waroeng Noesantara.
Makanya, begitu masuk, kita mau tidak mau langsung melihat pilihan makanan dan minuman apa saja yang ada dan langsung memesan di situ, baru deh memilih tempat untuk duduk.
Pintu masuk ke toilet dan mushola memang jadi satu dan agak sempit. Tapi, mushola yang ada cukup lega dan bisa untuk sekitar 10 orang kali ya sholat di sana.
Dari pintu masuk ini, toilet ada di sebelah kiri dan mushola di sebelah kanan. Sedangkan lorong dari akses ke toilet dijadikan tempat wudhu dan wastafel.
Lokasi
Sudah makin penasaran dengan lokasinya? Oke, oke aku spill deh.
Lokasinya berada di Depok, dekat sekali dengan jalan Juanda. Eeh, memang tempat masuknya ya dari jalan Juanda sih, judulnya aja kalau di peta “Waroeng Noesantara Juanda”. Kalau dari arah Margonda belok kiri ke Juanda, tempat ini berada setelah mall Pesona Square.
Jadi, setelah melewati Pesona Square dan melewati tanjakan, kita belok persis setelah tanjakan tersebut. Jalanan ini termasuk jalan tembus dari Juanda menuju Kelapa Dua. Nah, tidak jauh setelah belok dan melewati jembatan di atas tol itu lah ada Waroeng Noesantara yang letaknya di sebelah kanan.
Mungkin kalau sekilas tempatnya tidak terlalu terlihat karena memang ada pohon yang cukup besar. Namun kalau diperhatikan, tempatnya cukup bisa menarik perhatian.
Soalnya pagar depan Waroeng Noesantara ini memang agak luas dan besar, sehingga kalau kita menengok sedikit ke kanan, langsung terlihat kursi yang berwarna putih dan kuning tadi.
Alamat lengkapnya berada di Jl. Sakub, Bakti Jaya, Kec. Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat 16418.
Review
Berhubung namanya “Waroeng Noesantara”, aku sedikit berharap menu makanannya ya makanan-makanan Indonesia sih. Seperti pecel ayam, sate, dan lain sebagainya yang mengesankan judulnya tersebut.
Tapi ternyata menu yang ditampilkan cukup berbeda. Memang sih ada yang namanya semur, tapi menurut aku malah lebih seperti teriyaki.
Kalau dari tempat sih, oke banget untuk ngumpul-ngumpul atau mengobrol. Atau bahkan “nongkrong” untuk “kerja”, hehe. Soalnya memang adem dan enak banget sih untuk bersantai atau menemukan inspirasi saat kerja.
Baca juga: Melihat Kota Lampung Dari Ketinggian Di Puncak Mas
Namun, dari rasa makanan dan minuman, menurut aku pribadi bukan rasa yang cukup favorit dan cukup mengesankan ya. Enak sih, gak bisa bilang gak enak karena kami cukup menikmati, tapi bukan rasa yang langsung mengingatkan dengan tempat ini gitu.
Kopinya juga terbilang biasa, kata suami enakan buatan aku, ahaha. Tapi itu tadi ya, untuk ngumpul dan ngobrol bersama teman mah tempat ini enak banget dan gak masalah sih rasa minuman atau makanan kalau sudah berkumpul, ya gak? 😀