Pribadi

#FamilyTalk #31: Keuangan Keluarga

Ihiy yang baru gajian, ngomonginnya keuangan keluarga jadinya xp

Dan ya emang karena abis gajian itu sih jadi kepikiran mau ngomongin keuangan keluarga di #FamilyTalk, hehehe. Soalnya yah, masalah keuangan keluarga ini yang cukup krusial kan buat kondisi keutuhan keluarga? Krusialnya karena gak jarang juga suami istri berantem sampe segitunya karena masalah keuangan. Makanya ini termasuk hal yang harus dan wajib diobrolin sebelum nikah menurut saya.

Baca punya Icha di sini:
Keuangan Keluarga

#FamilyTalk31_KeuanganKeluarga

Kenapa wajib diomongin sebelum nikah? Karena ya gitu, supaya kelangsungan hidup pernikahan bisa dijaga. Maksudnya, kayak siapa penafkah utama, terus istri ikut menafkahi keluarga atau enggak, terus keuangan dikumpulkan di satu rekening baru dibagi per pos atau gimana, terus keduanya terbuka atau enggak masalah keuangan, gitu-gitu lah. Gak gitu doank juga sih ya, karena banyak ternyata yang harus dipikirkan dalam keuangan keluarga ini. Salah-salah atau ada miskomunikasi sedikiiitt aja, bisa jadi bahan berantem yang agak serius kan?

Pencari Nafkah Utama

Kalo ngikutin budaya sih ya suami ya pasti. Tapi jaman sekarang kan banyak juga gitu yang istrinya ikut andil dalam nafkah keluarga. Walau banyak juga sebenernya yang suami aja yang kerja pun udah cukup banget, tapi ya dengan tambahan dari istrinya siapa tau bisa lebih cepet mencapai kebebasan finansial atau bisa buat nabung buat pendidikan anak mungkin?

Kalau sudah sepakat suami saja yang bekerja, apa si istri sanggup kalau di rumah aja kayak saya? Apa si istri bisa kuat untuk tetap gak kerja dan penghasilan suami belum mencukupi? Apa mau hidup sederhana dulu, “membangun semuanya dari awal” bersama suami atau si istri tetap kerja sampai dana pensiun tercukupi?

Eh, jangan dikira “membangun semuanya dari awal” ini mitos lho ya. Karena bener deh, akan kerasa kalau kita memang gak punya apa-apa setelah menikah, ya dimulai dari 0 deh semuanya (kok kayak pom bensiiin xp). Kondisi kayak gini kerasa kalau kita tinggal terpisah dari orangtua sih, kalau masih bareng serumah sama orangtua masih belum berasa. Etapi gak tau juga deng, kan saya gak ngerasain tinggal bareng ortu dulu setelah nikah, huee.

Oiya, terus si pencari nafkah utama ini apakah diasuransikan atau enggak? Menurut saya penting lho diasuransikan, kalau terjadi keadaan yang tidak diinginkan (naudzubillah), keuangan keluarga gak jadi carut marut. Seenggaknya bisa bertahan gitu dan bisa punya waktu untuk mengusahakan keadaan seperti semula lagi.

Pengaturan Keuangan

Setelah masalah pencari nafkah serta pembagian kewajiban udah terselesaikan, giliran gimana ngaturnya. Apa semuanya diatur oleh istri atau diatur bersama? Mau dikumpulkan di 1 rekening dulu kah atau gimana? Karena ada suami yang betul-betul mempercayakan keuangannya pada istrinya (banyak sih). Kalau udah begitu istri harus pinter-pinter ngitung supaya cukup sampai akhir bulan dan gak harus pinjam sana-sini di tanggal tua. Kalau pinjem pinjem nanti gajinya abis buat nutupin hutang aja gimana? huhuhu.

Idealnya sih, penghasilan yang kita dapet disisihkan dulu ya untuk kebutuhan-kebutuhan yang wajib. Tabungan, cicilan-cicilan mobil atau rumah (kalau ada), zakat, dan tagihan bulanan (kayak listrik, air, pulsa, dsb), baru selebihnya tersimpan untuk operasional sampai akhir bulan. Dalam hal menabung, saya pikir cukup penting sih, seenggaknya nabung untuk dana darurat deh, yang saat betul-betul dibutuhkan baru dipakai. Gak mesti nunggu gaji sisa dulu baru ditabung, tapi sebaliknya. Walaupun nabungnya jumlahnya kecil gak masalah kok, yang penting udah dibiasakan untuk menyimpan terlebih dahulu baru dihabiskan sisanya, gitu.

Soalnya dari pengalaman beneran kerasa si tabungan ini. Waktu pindah rumah, butuh beli ini itu gak pakai pikir berkepanjangan dan gak sampai mengacaukan cashflow bulanan karena pakai dana darurat tadi. Pun kalau ada yang sakit. Walaupun nantinya direimburse kantor atau diganti asuransi ya, tetep harus pakai uang sendiri dulu kan? Nah, di sini deh sangat kerasanya punya tabungan itu 😀

Terus, untuk yang keduanya bekerja, apakah semua kebutuhan keluarga ditanggung oleh gaji suami sedangkan gaji istri full ditabung atau gimana? Atau kebutuhan jangka panjang ditanggung suami tapi operasional bulanannya ditanggung istri atau gimana? Misal untuk kredit rumah, mobil, dan aset aset keluarga lainnya suami yang menanggung tapi buat operasional harian pakai uang istri, gitu-gitu lah.

Saling Terbuka

Ini yang paling penting ting ting! Saling terbuka masalah keuangan itu sungguh menghindarkan masalah lebih besar sih. Soalnya ya kita sama-sama tau penghasilan dari mana dan dipake buat apa aja. Suami jujur berapa total penghasilannya dan kita jujur keuangannya diatur dan dihabiskan untuk apa aja.

Gak jarang kan suami gak jujur berapa penghasilannya karena takut uangnya habis gitu aja? Atau takut gak bisa bebas untuk beli ini itu yang dimau dan dibutuhkan. Atau ada juga yang merahasiakan penghasilannya berapa karena mau dibagi dulu untuk orangtuanya sedangkan istri keberatan?

Buat saya sih semuanya harus terbuka dan saling jujur. Berapa total penghasilannya, berapa yang mau diberikan ke orangtua, berapa yang mau dihabiskan untuk ongkos dan kebebasan beli ini itu buat pribadi, berapa yang untuk keluarga, dan berapa yang dibebaskan untuk saya pribadi. Wehehe, ada dibebaskan untuk saya pribadi karena percayalah istri butuh diperbolehkan memakai sebagian uang untuk keperluan pribadinya supaya selalu “sehat”, wkwkwk. Dan yes, yang diberikan khusus untuk istri ini beda dengan yang diberikan untuk keluarga. Suami juga gitu, harus tau penghasilan istrinya berapa dan apakah penghasilannya itu untuk keluarga atau untuk keperluan pribadi si istri doank.

Walau ada juga sih yang gak tau secara pasti berapa penghasilan suami tetep langgeng adem ayem aja. Ini udah masalah kepercayaan ya jatohnya. Berapa yang dikasih suami ya terima karena percaya suami udah membagi-baginya secara terbaik.

Memberi Lebih Dapet Lebih

Ini kayak tagline iklan gak sih? hahaha. Tapi sungguh terjadi lho, ketika kita mau merelakan sebagian uang untuk orang lain yang lebih membutuhkan, hampir bisa dipastikan rejekinya akan ditambah. Yakin aja kalau di dalam rejeki yang kita dapet, sebagiannya ya hak orang yang kurang mampu atau yang membutuhkan. Memberi gak pernah salah pokoknya! hehehe. Ih, berasa ceramah jadinya :’)StandardOfGiving1

Baca juga: Masalah Rizky

Sekian dulu deh, hahaha. Selamat mengatur keuangan keluarga kalian ya! 😀

istianasutanti

Halo, salam kenal ya.

Aku Istiana Sutanti, seorang ibu dari 3 orang perempuan yang hobi sekali mengajak anak-anak untuk traveling bersama.

Di blog ini aku sharing pengalaman traveling kami sekeluarga plus pelajaran parenting yang aku dapatkan, baik dari pengalaman pun dari seminar parenting.

Semoga kalian suka membaca pengalaman traveling kami dan semoga membantu untuk menentukan tujuan traveling kalian berikutnya! ;)

You may also like...

1 Comment

  1. sama dong ya mulai dari 0 (baru nyadar kayak pom bensin) 😀
    intinya saling terbuka dan saling percaya aja.
    dan suka plus setuju banget sama quote nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.