Pernahkah mengalami anak malah marah atau mengamuk saat kita membantunya? Padahal sebelumnya dia yang mengajukan pertanyaan atau meminta perhatian kita dalam masalah yang dihadapinya.
Bisa jadi itu artinya dia cuma mau kita jadi “kamus”. Apa tuh maksudnya jadi kamus? Kita sendiri kalau sedang membutuhkan kamus, yg diharapkan apa? Kita jadi tahu dan jadi lebih mengerti sesuatu. Namun, kamus tidak bisa serta merta ikut campur dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Nah, persis deh itu yg diinginkan anak.
Baruu aja beberapa hari yang lalu saya mengalami ini. Naia (anak saya yang berumur 2,5 tahun) sudah hampir berputus asa dengan mainan mobil yang gk pas disusun di tempatnya (padahal kalo menyusun secara benar, mobil-mobil itu bisa masuk semua ke tempatnya). Nah, dia mencolek saya dan bertanya, ‘mana tempatnya?’ katanya. Dodolnya, saya sama sekali tidak berpikir kalau cuma dilibatkan sebagai kamus, jadi saya memberitahu solusinya sambil membukakan jalan untuk menyelesaikan masalahnya. Tapi Naia bukannya seneng malah ngamuk. Mobilnya jadi malah berantakan semua karena dikeluarkan lagi dari tempatnya 🙁
Saya diam saja menunggu dia tenang sendiri. Setelah tenang, tidak lama dia main lagi dan masalah yang sama kemudian muncul. Dia bertanya lagi pada saya.
Kali ini saya sadar kalau saya cuma dibutuhkan sebagai kamus, jadi ya saya hanya berkata “mobilnya gk muat karena ada 2 tempat kosong yg berjauhan, harusnya sebelahan supaya mobilnya muat”, sudah. Saya hanya memberitahu demikian tanpa ikut campur dalam penyelesaian masalahnya. Dia lalu mencoba lagi sambil mencari cara terbaik agar tempat yang tersedia bisa bersebelahan. Berhasil! Dan dia jadi seneng bangettt.
Sayanya lebih senang karena udah engeh harus gimana dan senang krn dia mau berusaha nyelesein masalahnya sendiri.
Begitu juga saat dia sedang bermain puzzle. Memang bukan puzzle yang sulit banget sih, tapi lumayan lah untuk anak seusianya, 2 tahun 6 bulan. Dia cuma mau saya jadi “kamus” lagi. Nanya ini gimana itu gimana cuma agar saya mengarahkannya saja, sisanya dia selesaikan sendiri. Lagi-lagi dia puas dan senang sekali saat berhasil menyelesaikan sekian banyak puzzle yang dia punya. Saya sendiri sampai heran dan kagum akan kegigihannya menyelesaikan ke-14 puzzle yang dia punya.
Dengan hanya menjadi “kamus” begini untuk anak, sedikit banyak kita telah mengajarkan kemandirian dan juga rasa percaya dirinya. Kemandirian menyelesaikan masalah tanpa bergantung pada orang lain dan rasa percaya diri karena sudah berhasil menyelesaikan masalahnya SENDIRIAN. ^^