Bismillah, aku mau sharing 5 tips menghadapi anak rewel saat traveling nih. Pasti pernah donk mengalaminya? Hayo, yang pernah ngerasain anak rewel saat diajak jalan ngaku aja gak perlu malu-malu gituu, ahaha.
Anak rewel itu beragam bentuknya. Ada yang ngambek gak mau jalan lah, ada yang belum mau pulang lah, atau bahkan ada yang ngambek minta beli mainan, dan lain sebagainya. Aku tentu juga mengalami ini hampir di setiap waktu traveling kami, ihihi.
Tapii, bagaimana cara kita sebagai orangtua menghadapi kerewelan mereka itu yang menentukan kenyamanan liburan kita kaan.
Rewelnya Anak Adalah Tantangan Saat Traveling
Nah, dari awal tekankan dulu saja pada pikiran kita, kalau anak rewel saat traveling itu memang jadi salah satu tantangan saat kita memutuskan liburan bersama anak-anak.

Pahami saja dan yakinkan kalau mereka memang akan selalu punya kemungkinan untuk rewel, yang biasanya disebabkan oleh lelah, bosan, lapar, atau mengantuk.
Intinya, dari rumah tuh kita harus sudah bertekad kalau kita insyaAllah pasti bisa menghadapi anak yang rewel.
Karena kalau gak bertekad begini, akan susah deh. Kita mikirnya pasti akan kerepotan terus. Padahal, insyaAllah akan lebih banyak momen indah dan momen kebersamaannya dibanding kerepotan karena anak rewelnya kan kalau traveling bersama anak-anak? hehehe.
1. Mengakui Perasaannya
Hal pertama yang kita lakukan adalah mengakui perasaannya. Waktu rewel itu, dia bilang mau apa? Apakah capek? Atau bosan? Atau merengek ingin berenang misalnya?
Kita akui kalau dia memang lagi capek, atau dia lagi bosan, dan lain sebagainya.

Tapi yang sulit adalah, alasan utama anak merengek ini yang belum terlihat. Misal, padahal dia sudah mengantuk, tapi yang muncul malah dia rebutan mainan dengan kakaknya atau temannya. Ini yang divalidasi yang mana? Mengantuknya, atau rebutannya?
Kita validasi yang saat itu terjadi lebih dahulu. Kita akui kalau dia juga mau mainan yang sama dengan kakaknya. Maka, kita ajak dia untuk bersabar bergantian dengan kakaknya. Kalau gak mau (biasanya memang gak mau sih, wkwkwk), kita ajak untuk mainan yang lain atau kita tawarkan pelukan.
Baca juga: Trekking Sentul
Biasanya, anak akan langsung mau dipeluk dan jadi keluar deh “alasan sebenarnya”. Keluar deh perasaan dia kalau ternyata dia lapar, atau mengantuk ingin tidur. Jadi, biasanya sambil dipeluk sambil diajak juga untuk makan, atau tidur.
Kalau memang kebutuhan makan atau tidurnya tadi diperlukan, insyaAllah dia segera mau. Bisa tidur sambil digendong, atau makan yang banyak saking laparnya xp
2. Tetap Tenang Dan Tidak Tertular Emosinya

Nah, supaya kita bisa “melihat” kebutuhan atau alasan sebenarnya anak merengek, kita perlu melatih diri untuk tetap tenang dan tidak tertular emosi anak.
Aku akui, langkah paling sulit menenangkan anak itu ya di sini, di menenangkan diri sendiri. Gimana supaya kita tetap tenang saat anak rewel itu juga merupakan suatu tantangan berat, maka memang perlu dilatih terus menerus.
Karena dengan ketenangan, kita jadi bisa melihat “alasan” sebenarnya dibalik anak rewel tadi.
Sebagaimana kita bisa “tertular” emosi negatif dari anak, maka dengan teori yang sama, anak-anak juga insyaAllah bisa “tertular” ketenangan diri kita. Dengan tenang, kita jadi bisa mencontohkan ke anak untuk tetap bisa mengendalikan emosi dalam kondisi apapun:)
3. Penuhi Kebutuhannya
Setelah memvalidasi perasaannya dan mengetahui alasan sesungguhnya dari kerewelan anak selama traveling, maka selanjutnya ya memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan akan tidur, kebutuhan akan makanan, atau kebutuhan akan kegiatan yang berbeda.
Kalau ternyata dia mengantuk, maka kita ajak tidur.
Ah, sebetulnya sulit sih. Banyak anak yang tidak mau mengakui kalau dia mengantuk, mungkin karena tidak mau ketinggalan hal seru ya. Tapi, biasanya kalau kita sudah terbiasa memberitahu anak kalau ngantuk itu bobo, maka anak juga nantinya tidak segan untuk memberitahu kalau dia sebenarnya mengantuk.

4. Buat Kesepakatan
Setelah mengetahui apa yang mereka butuhkan atau inginkan dan setelah mereka juga tenang, kita bisa membuat kesepakatan.
Kesepakatan akan solusi masalah yang dipikirkan oleh anak. Misalnya saja, waktu mau ke The Ranch kemarin, Nawa sudah sangat antusias ingin naik kuda, tapi ternyata cuaca tidak mendukung dan hujan deras sekali sebelum kita check out dari Grand Diara.

Kami validasi kalau dia sedih karena berpotensi gagal naik kuda. Selanjutnya setelah dia tenang, kami berikan solusi kalau tetap hujan, kita bisa naik kuda di tempat lain. Tapi kalau hujannya reda dan cuaca jadi cerah kembali, kita tetap pergi ke The Ranch.
Nah, ternyata dibalik “antusiasme” dia naik kuda ini adalah dia lapar dan butuh makan. Maka, kami ajak makan dulu sembari menunggu hujan reda. Ternyata betul, setelah selesai makan, hujan mereda dan kami jadi bisa ke The Ranch sehingga akhirnya dia tetap bisa naik kuda di hari itu 🙂
5. Sabar!
Nah ini dia, yang dirasa paling sulit mungkin ini ya, haha. Seperti yang aku bilang, ketenangan membuahkan kesabaran, atau sebaliknya.
Dan tau gak? Kesabaran itu bisa dilatih!
Jadi, kalau sekarang kalian merasa belum sesabar itu saat menghadapi anak yang rewel saat traveling, maka perlu latihan lagi dan lagi. Malah, saat traveling gini memang saatnya latihan sebelum kita menghadapi anak-anak di rumah sih.

Kesabaran yang terlatih saat liburan, akan terpancar juga dalam keseharian.
Kenapa aku bilang saat traveling justru saat yang cocok untuk latihan? Karena, biasanya kalau liburan, anak itu rewel ya di hadapan banyak orang kan, bukan di rumah saja. Biasanya sih, sebagai orangtua akan lebih segan kaan untuk mengomel atau kelepasan emosi saat banyak orang begitu?
Plus, kita sebagai orangtua memang sebaiknya terus mencari ilmu dan belajar lagi dan lagi ketika mulai “kewalahan” dengan anak sih. Karena terkadang:
Kita itu bukan kurang sabar, tapi bisa jadi, kita kurang ilmu 😀
Contoh Respon yang Bisa Dilakukan
Misalnya, saat kita lagi di pantai lalu anak merengek karena masih belum mau diajak pulang dan karena masih asik bermain. Kita bisa “memvalidasi” perasaannya terlebih dulu lalu katakan dengan tenang:
"Oh, kamu masih mau main ya? Asik banget ya main di pantai sini bersama teman yang lain?"
Selanjutnya, kita bisa buat kesepakatan sambil tetap memenuhi kebutuhannya. Anak masih ingin main, berarti dia mungkin ya masih butuh main itu. Maka, kita bisa tawarkan hal ini kepada mereka:
"Kita sudah mau pulang karena hari sudah sore, kamu boleh bermain pasir 10 menit lagi ya. Setelah 10 menit, kita akan pulang. Oke?"
Kalau tidak terbiasa pakai metode seperti ini tentu anak belum langsung mau ya. Tapi, karena kami membiasakan sejak kecil, maka anak-anak aku juga sudah terbiasa dan jadi bersiap kalau sebentar lagi mainannya akan selesai.
Iyah, mirip-mirip briefing sih, intinya sama-sama bertujuan “menyiapkan” anak untuk berganti aktivitas.
Pengalaman Menghadapi Anak Rewel
Kalau tadi baru contoh, sekarang cerita pengalaman kami sendiri nih saat menghadapi anak rewel waktu traveling.
Capek jalan di Sudirman
Sudirman Jakarta lho yaa inii, hehe. Waktu kami staycation di Aryaduta Semanggi, kami memang merencanakan untuk naik MRT lalu berjalan sampai bundaran HI untuk sekedar foto-foto sebentar.

Sayangnya, Nawa sudah terlalu antusias naik MRT. Berhubung ternyata naik MRTnya cuma sebentar, lebih lama jalan, dia jadi merengek dan rewel, selalu bilang kalau dia capek.
Jadilah kami bilang “Kalau capek, kita bisa istirahat dulu, nanti dilanjutkan kalau Nawa sudah siap”.
Beruntungnya, di sepanjang jalan Sudirman memang tersedia tempat duduk di trotoarnya ya jadi memang sudah seramah itu bagi para pejalan kaki. Jadilah kami bisa istirahat sesekali di kursi tersebut.
Hal lain yang kami lakukan adalah menggendongnya jadi dia tidak perlu berjalan. Selain itu, kami juga membolehkan dia naik di stroller yang harusnya untuk Nara.
Baca juga: Kafe Kucing Cali Coffice BSD
Berhubung Nara malah semangat untuk jalan kaki saja, jadi strollernya kosong dan bisa dipakai oleh kakaknya deh.
Anaknya (Nawa) masih tetap bermuka masam sih, tapi kami semua sudah berusaha memenuhi kebutuhannya dan memvalidasi rasa capeknya, jadi yasudah kami tetap tenang dan foto-foto sesuai tujuan utama (walau tanpa Nawa), hehehe.

Kita hanya bisa meyakinkan kalau kita akan selalu ada dan selalu bisa menerima perasaannya. Masalah anaknya masih punya perasaan tersebut lalu bermuka masam sepanjang jalan, ya sudah, perasaannya masih ada dan memang tidak mudah “kembali” dari perasaan tidak enak.
Jadi, memang sabar-sabarin saja deh melihat anak yang sedang memiliki perasaan tidak enak saat traveling gini 🙂
Belum Mau Pulang saat di Bali Zoo
Kali ini si anak pertama yang lumayan bete, karena dia menanti-nanti untuk bisa menonton pertunjukan burung saat kami ke Bali Zoo.
Jadi, saat memasuki Bali Zoo, kami memang mengambil peta Bali Zoo serta jadwal pertunjukan yang ada. Nah, Naia kepincut sama pertunjukan burung, tapi baru akan diadakan pada jam 3 sore. Aku bilang, “oke kalau kita nanti sempat, kita nonton yaa.”

Rupanya, setelah berkeliling Bali Zoo (kami sampai Bali Zoo sejak jam 10 kayanya) dan mengikuti aktivitas yang tadi telah kami beli tiketnya, kami semua kelelahan (kecuali Naia).
Rasa lelah yang kami alami sebetulnya “sisa” dari hiking Gunung Batur 2 hari sebelumnya sih. Sudah lah di Gunung Batur beraktivitas fisik dan menggunakan kaki, lalu di Bali Zoo juga lelah harus berjalan kaki lagi keliling tempatnya (karena lahannya gede ya cuy! ahaha), jadi rasanya kami sudah tidak punya cukup kekuatan untuk balik arah dan menonton pertunjukan burung itu.
Baca juga: 13 Hari Road Trip Ke Bali, Mulai Dari Bali Utara Hingga ke Nusa Dua
Walhasil ya membuat Naia tidak puas dan merengek deh untuk tetap bisa menontonnya. Aku tenangkan dan aku beri pengertian kalau yang lain capek, jadi meminta maaf kepada Naia hari itu tidak bisa memenuhi keinginannya untuk menonton pertunjukan burung.
Dia pulang dengan wajah yang ditekuk sih, tapi perlahan-lahan bisa kembali lagi karena begitu sampai penginapan, dia bisa berenang sepuasnya. Alhamdulillah.

Bisa Diaplikasikan di Kehidupan Sehari-hari
Nah, yang aku suka dari traveling adalah… Traveling itu seperti “miniatur” dari kehidupan kita sehari-hari.
Traveling bisa mengajarkan kita akan kesabaran, mengajarkan untuk kepasrahan, dan juga latihan supaya kita bisa menghadapi hal serupa dalam keseharian kita.
Sabar menghadapi anak rewel, juga pasrah kalau saat jalan-jalan dan saat menikmati waktu liburan, tiba-tiba anak merengek dan bete sehingga sulit mengembalikan moodnya. Itu semua bisa jadi latihan agar kita juga bisa menghadapi kerewelan mereka sehari-hari 😀
Travel is not reward for working, it’s education for living